COVID-19 Varian AY.4.2. Berpotensi Masuk ke Indonesia, Ini 4 Hal yang Perlu Dilakukan Menurut Ahli

COVID-19 varian AY.4.2. mulai menjadi bahan pembicaraan beberapa hari terakhir. Pasalnya, varian ini memiliki potensi merebak di Indonesia.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 03 Nov 2021, 16:00 WIB
Ilustrasi COVID-19. Foto: (Ade Nasihudin/Liputan6.com).

Liputan6.com, Jakarta - COVID-19 varian AY.4.2. mulai menjadi bahan pembicaraan beberapa hari terakhir. Pasalnya, varian ini memiliki potensi merebak di Indonesia.

Menurut guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Tjandra Yoga Aditama, AY.4.2 adalah semacam turunan dari varian Delta.

“Pada akhir 2020 dan awal 2021 kita mengenal B.1.617., lalu ada B.1.617.1 yang pernah diberi nama varian Kappa, B.1.671.2 yang dikenal luas sebagai varian Delta dan B.1.617.3. Dari varian Delta B.1.671.2 kemudian ada berbagai turunannya lagi, antara lain 75 jenis varian Delta yang tergolong AY,” kata Tjandra dalam keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com, Rabu (3/11/2021).

Varian yang paling banyak dibahas adalah AY.4, lanjutnya. Data di Inggris menunjukkan bahwa AY.4 sudah sekitar 63 persen dari kasus baru negara itu dalam sebulan terakhir. Sementara itu, AY.4.2. juga terus meningkat angkanya di Inggris.

Pada data 4 sampai 11 Oktober 2021, 8,5 persen kasus baru Inggris adalah AY.4.2, lalu naik menjadi 10,3 persen pada data 11 sampai 18 Oktober 2021. Bahkan, naik lagi menjadi 11,3 persen pada data mingguan 18 sampai 25 Oktober 2021.

“Varian AY.4.2. disebutkan mengandung mutasi pada A222V dan juga Y145H.”

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua


Data GISAID

Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) yang mengkompilasi genom berbagai jenis virus Delta menunjukkan sudah ada 26.000 genom AY.4.2. yang dilaporkan. Varian ini sudah dilaporkan dari 42 negara.

“Kita tahu kalau ada varian baru virus SARS CoV2 maka selalu dibicarakan kemungkinan lima dampaknya, yaitu pada penularan, beratnya penyakit, kemungkinan infeksi ulang, dampak pada diagnosis dan dampak pada vaksin.”

Untuk AY.4.2. ini data-datanya masih sangat awal dan bukti ilmiahnya masih terus dikumpulkan. Dari lima kemungkinan dampak maka baru ada informasi tentang penularan, yaitu bahwa AY.4.2. sekitar 10 persen sampai 15 persen lebih menular.

Data dari Inggris menunjukkan penularan lanjutan varian Delta di rumah tangga yang diteliti adalah 11 persen, sementara angkanya pada AY.4.2. meningkat menjadi 12,4 persen.

Ada juga yang menyebut AY.4.2. sebagai Delta Plus. Ini bukan lah istilah baku, walau tentu boleh-boleh saja digunakan karena memang merupakan “terusan” dari varian Delta, lanjut Tjandra.

“Hanya saja harus diingat bahwa sebelum AY.4.2. sudah ada Delta Plus yang lain. Pada sekitar Mei dan Juni 2021 India menghadapi varian K417N yang juga merupakan turunan dari varian Delta, dan mereka sebut sebagai Delta Plus ketika itu.”


4 Hal yang Perlu Dilakukan

Lebih lanjut, Tjandra mengatakan ada empat hal yang dapat dan perlu dilakukan. Pertama adalah pembatasan sosial, dan kedua yakni 3T berupa tes, telusur dan terapi.

“Karena kita bicara tentang varian baru maka jumlah pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) harus terus ditingkatkan dari waktu ke waktu.”

Data di GISAID per 1 November 2021 menunjukkan bahwa Indonesia sudah mengirimkan 8.350 sampel, sementara Singapura sudah mengirimkan 8.970, Filipina mengirim 12.681, India jauh lebih tinggi lagi karena sudah mengirim 72.325 WGS ke GISAID.

“Tentu tidak terlalu tepat juga kalau membandingkan dengan negara maju, tetapi Amerika Serikat memang sudah memasukkan 1.466.011 WGS sampel ke GISAID dan Inggris sudah mengirimkan 1.109.311 sampel.”

Hal ketiga yang perlu dilakukan adalah terus meningkatkan vaksinasi. Data Kementerian Kesehatan per 31 Oktober 2021 menunjukkan 35,44 persen warga yang menjadi target sudah mendapat vaksinasi dua kali. Artinya masih sekitar 65 persen masyarakat Indonesia belum dapat perlindungan secara lengkap.

Di sisi lain, karena cakupan vaksinasi lanjut usia (lansia) adalah 24,57 persen maka artinya tiga perempat lansia Indonesia belum mendapat perlindungan optimal dengan vaksinasi lengkap ini.

“Keempat tentunya adalah penguatan di pintu masuk wilayah Indonesia,” pungkasnya.


Infografis Anak Indonesia Usia 6-11 Tahun Siap Terima Vaksin COVID-19

Infografis Anak Indonesia Usia 6-11 Tahun Siap Terima Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya