Liputan6.com, Jakarta - Masih dalam suasana Halloween, bioskop kembali menayangkan film bergenre psiko-horor, Last Night In Soho. Film ini dapat ditonton di seluruh bioskop Indonesia pada Rabu, 3 November 2021.
Last Night In Soho bercerita tentang seorang calon perancang busana bernama Eloise (diperankan oleh Thomasin McKenzie) yang bercita-cita mendapatkan terobosan besar untuk karyanya. Secara misterius, sebuah mimpi membawanya ke Soho, London tahun 1960-an.
Dalam mimpi tersebut, ia hidup dalam tubuh seorang penyanyi pop wannabe bernama Sandie (Anya Taylor-Joy). Tenggelam dalam pesona mimpi yang indah tersebut, perlahan menjadi teror hingga saat dia bangun. Yang ditekankan dalam film ini adalah tidak ada masa lalu yang indah.
Baca Juga
Advertisement
Last Night In Soho disutradarai oleh sineas asal Inggris yang berbakat, Edgar Wright. Film ini karya pertamanya sejak film action Baby Driver pada 2017.
Dilansir NME, Rabu (3/11/2021), Last Night In Soho mengalami penundaan tayang hampir satu tahun karena pandemi COVID-19. Akhirnya dirilis di bioskop Amerika pada 29 Oktober dan saat ini memeroleh rating 73% di Rotten Tomatoes.
Film ini juga banjir pujian dari sineas ternama lainnya, seperti James Gunn dan penulis horor ikonis Stephen King.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dibintangi Ikon Akting Tua dan Muda
Last Night In Soho merupakan penampilan terakhir di layar bagi Diana Rigg. Ia meninggal pada 2020 di usia 82. Aktris ikon ini terakhir terlihat berperan sebagai ibu pemimpin di Game Of Thrones bernama Olenna Tyrell.
Diana Rigg juga dikenal dengan perannya sebagai Emma Peel dalam serial mata-mata tahun 60-an, The Avengers. Dia juga memerankan sejumlah karakter hebat dalam film seperti, Tracy Bond dalam On Her Majesty's Secret Service, dan Catwoman dalam serial TV ultra-campy Batman.
Juga ada Terence Stamp, Rita Tushingham, Margaret Nolan. Dalam sebuah wawancara dengan NME, Wright mengatakan sangat beruntung mendapat daftar ikon tersebut dalam filmnya.
Sementara itu, aktris yang memiliki momen 'Diana Rigg di 60-an' saat ini mungkin adalah Anya Taylor-Joy yang memerankan Sandie. Peran utamanya dalam serial hit Netflix, The Queen's Gambit telah menjadikannya bintang baru yang paling laris di layar perak.
Advertisement
Ditulis oleh Penulis Skenario Berbakat
Cerita film ini ditulis oleh Edgar Wright bersama dengan Krysty Wilson-Cairns. Last Night In Soho menandai kolaborasi pertama mereka berdua sekaligus penghargaan film fitur kedua Wilson-Cairns setelah bekerja sama dengan Sam Mendes dalam film Perang Dunia 1 yang terkenal, 1917. Pada film tersebut Wilson-Cairns juga menerima nominasi Academy Award untuk kategori Best Original Screenplay (Skenario Asli Terbaik).
Dalam wawancara dengan Slash Film, Wilson-Cairns mengungkap bahwa ada kesamaan dalam proses penulisan dan gaya bahasa antara karya horor psikologis terbarunya ini dengan karya sebelumnya, 1917.
"Keduanya, saya kira, berbeda dan sangat mirip. Pada akhirnya, gaya keduanya (film) adalah membiarkan Anda masuk ke dunia batin karakter. Dengan 1917, Anda mengikuti George MacKay pada setiap langkahnya, dan dengan Last Night In Soho menggunakan cermin sebagai pemecah realitas Ellie," jelasnya.
Penulis berbakat asal Skotlandia tersebut mengakui bahwa menulis bersama dengan seseorang yang berpengalaman dan berprestasi seperti Wright membuat proses menulis ini lebih mudah baginya.
Film ini juga bukan karya pertamanya dalam genre horor, Wilson-Cairns juga berkontribusi pada seri buku komik Showtime's Penny Dreadful.
Terkait Erat dengan Musik
Soho adalah pusat klub jazz, klub malam, selalu dipenuhi artis di tahun 60-an dan mungkin hingga sekarang. Asosiasi mendalam terkait Soho dengan musik secara langsung menginspirasi Wright, di mana baginya, soundtrack merupakan sesuatu yang istimewa. Begitu pula dengan karya sebelumnya Baby Driver, karakter utamanya Baby (diperankan Ansel Elgort) selalu memutar lagu yang catchy sebelum beraksi.
Kepada Entertainment Weekly, Wright mengaku telah mengumpulkan setidaknya 60 lagu yang disukainya sejak 2007, dan beberapa di antaranya mendapatkan catatan tempel untuk mengingatkannya menulis film.
Setelah berhasil dengan Baby Driver, Wright melangkah lebih jauh dengan Last Night In Soho dengan mengatur waktu dalam mimpi berlatar 1960-an seirama dengan durasi lagu yang diputar. “Film ini benar-benar bergerak mengikuti irama lagu yang diputar di latar belakang,” Thomasin McKenzie menjelaskan.
"Kontinuitas dalam film ini tidak seperti apa pun yang pernah saya lakukan sebelumnya.”
Setelah menonton Last Night In Soho, sutradara peraih 11 penghargaan Academy Awards, Alfonso Cuarón mengatakan bahwa Edgar Wright harus membuat karya musikal setelah ini.
Penulis: Anastasia Merlinda
Advertisement