Liputan6.com, Jakarta Beberapa wanita mungkin sering merasakan perut kram saat mengalami masa menstruasi. Bahkan mungkin ada pula yang merasakan sakit sampai begitu parah.
Sebagai informasi, kram akibat menstruasi yang menyakitkan atau bisa disebut dismenorea primer itu bukanlah disebabkan oleh penyakit ginekologi.
Advertisement
Rasa sakit itu berbeda dengan nyeri haid yang disebabkan oleh gangguan reproduksi, seperti endometriosis, fibroid, atau penyakit radang panggul yang dikenal dengan nama dismenorea sekunder.
Menurut Konsultan Senior Endokrinologi & Infertilitas Reproduksi di Rumah Sakit Universitas Nasional, pada faktanya, dismenorea ini merupakan salah satu ginekologi umum di kalangan wanita.
“Prevalensi dismenorea dapat bervariasi antara 16 dan 91 persen pada wanita usia reproduksi,” ujarnya, seperti dikutip dari laman CNA, Minggu (10/11/2021).
Lantas mengapa wanita sering merasakan perut kram saat menstruasi?
Menurut Dokter sekaligus Co-Lead Kesehatan Wanita di Rumah Sakit Alexandra Logan, “Toleransi nyeri berbeda pada setiap wanita, tetapi dismenorea bukanlah hal yang harus dirujuk ke Unit Gawat Darurat.”
Kadar prostaglandin (senyawa lemak yang memiliki efek seperti hormon) pada wanita dengan dismenorea primer cenderung akan meningkat. Hal ini kemudian yang menyebabkan kontraksi pada rahim terjadi lebih intens dari biasanya.
Menurut Logan, prostaglandin disekresikan oleh lapisan rahim pada awal menstruasi. Itu biasanya terjadi pada saat hari pertama atau kedua. Prostaglandin itulah yang menyebabkan rahim berkontraksi dan melepaskan lapisan. Dengan begitu, jadilah aliran menstruasi seperti yang dialami wanita setiap bulannya.
Logan mengatakan, “Intensitas rasa sakit sebanding dengan jumlah prostaglandin yang dilepaskan.”
Selain itu, ada pula hormon lain yang dapat menyebabkan nyeri. Hormon tersebut, kata Logan, salah satunya termasuk progesteron dan vasopresin.
Untuk progesteron, itu adalah penurunan tingkat yang menyebabkan kram. Sementara vasopresin, itu yang menyebabkan kontraksi rahim seperti prostaglandin.
“Siklus menstruasi, di mana ovulasi tidak terjadi, biasanya tidak terlalu menyakitkan atau tidak menimbulkan rasa sakit,” terang Logan. Itu benar, wanita tidak selalu berovulasi setiap bulan. Fenomena ini dapat disebabkan oleh stres yang esktrem atau masalah medis, seperti hipotiroidisme.
Advertisement
Cara Mengatasinya
Saat perut merasa kram ketika menstruasi, beberapa hal ini mungkin bisa menjadi solusinya.
1. Parasetamol
Dokter Kandungan dan Ginekolog di Thomson Women’s Clinic Tan Toh Lick mengatakan, obat penghilang rasa sakit sebetulnya adalah pilihan sederhana dan alami untuk dismenorea.
Dalam hal ini, parasetamol termasuk obat penghilang rasa sakit yang paling umum. Tan mengatakan, “Hal ini berguna untuk wanita yang tidak dapat menggunakan obat anti inflamasi nonsteroid.”
Lebih lanjut Tan mengatakan, “Ini juga biasanya tidak memiliki efek samping gastrointestinal yang buruk dan dapat dikonsumsi dengan atau tanpa makanan.”
Namun, keberadaan parasetamol ini mungkin bisa membuat seseorang terlena. Misalnya tidak boleh dikonsumsi jika memiliki penyakit hati yang akut. “Ini juga dapat berpengaruh terhadap obat lain, termasuk anti-konvulsan,” katanya.
2. Asam Mefenamat
Faktanya, asam mefenamat dianggap lebih efektif dibanding parasetamol karena dapat membatasi prostaglandin, kata Tan.
Akan tetapi, asam mefenamat juga memiliki kelemahan. Karena itu saat mengonsumsinya, perlu makan terlebih dahulu. Catatan tambahan, orang yang memiliki penyakit lambung atau maag, radang usus, ginjal, jantung, hati, asma, atau alergi sebaiknya jangan mengonsumsi ini.
Selain itu, perlu diketahui pula bahwa asam mefenamat mungkin dapat bereaksi dengan beberapa obat. Hal itu menyebabkan dampak negatif pada ovulasi. Karenanya lebih baik jangan dikonsumsi untuk wanita hamil.
3. Vitamin D
Jika mencari informasi di Google tentang nyeri haid, mungkin akan muncul iklan yang menganjurkan mengonsumsi vitamin dan mineral tertentu untuk dismenorea. Namun, “Ada kekurangan bukti dari sebagian besar data pada beberapa penelitian kecil,” kata Tan.
Akan tetapi jika masih ingin mencoba, vitamin D tampaknya mampu mengurangi dismenorea, khususnya bagi wanita yang kekurangan vitamin D.
Ahli diet Caleb Mok mengatakan, “Banyak yang kekurangan vitamin D dan disarankan untuk memeriksa kadar vitamin D dalam darah Anda dan mengisi kembali dengan tepat.”
Catatan dari Tan, jika Anda ingin melengkapi vitamin D, ada baiknya berkonsultasi terlebih dahulu kepada ahli gizi atau dokter untuk menanyakan dosis yang dibutuhkan.
4. Kalsium
Nutrisi yang berasal dari susu atau keju konon dapat mengurangi rasa kram. Nutrisi tersebut bisa mengurangi rasa kram hingga 58 persen. Beberapa penelitian dan menurut Ahli Diet dan Pendiri Aptima Nutrition & Sports Consultants Jaclyn Reutens mengatakan, bahkan kekurangan kalsium bisa dikaitkan dengan kejang otot dan kontraksi dalam rahim. Itu jika kadar kalsium rendah.
Salah satu penelitian menyarankan untuk mengonsumsi 500 hingga 1.000 mg sehari. Ada pula saran lain yang merekomendasikan 1.000 mg kalsium pada hari ke-15 siklus menstruasi untuk mengurangi kram.
Namun dengan catatan, “Hindari mengonsumsi kalsium dengan suplemen zat besi dan zinc, obat tiroid, dan antibiotik tertentu,” kata Reutens.
Cara Lainnya
5. Magnesium
Dalam hal ini, magnesium juga dapat berperan sebagai pelemas otot, menurut Reutens. “Ini membantu menenangkan dan mengencangkan otot-otot rahim dan mengurangi prostaglandin yang menyebabkan rasa sakit,” katanya.
Menurut Reutens, magnesium baik dikonsumsi terlebih bersamaan dengan vitamin B6 yang dikaitkan dengan sistem saraf.
Reutens merekomendasikan untuk mengonsumsi dosis harian sekitar 250 hingga 350 mg magnesium. Intinya tidak lebih dari 350 mg.
Akan tetapi, magnesium tidak cocok dikonsumsi oleh seseorang yang memiliki gangguan ginjal. Selain itu, baiknya pula hindari mengonsumsi antibiotik bersamaan dengan magnesium. Hal itu karena dapat menurunkan efektivitas antibiotik tertentu atau mengurangi jumlah antibiotik yang diserap tubuh.
6. Asam Lemak Omega
“Dalam diet khas kami, asam arakidonat dari makanan hewani terkumpul di rahim dan ini dapat menyebabkan peradangan,” ujar Reutens.
Dia melanjutkan, “Asam lemak omega-3 dikenal karena sifat anti-inflamasinya yang dapat membantu meredakan rasa sakit.”
Selain itu, asam lemak omega 3 juga dapat berkontribusi pada mekanisme pembekuan yang sehat dengan menekan produksi prostaglandin, ujarnya.
Reutens menyarankan untuk mengonsumsi asam lemak omega ini 1.000 mg setiap hari untuk membantu mengurangi kram saat menstruasi. Namun, hindari pula mendonsumsi asam lemak omega dengan anti-koagulan, obat anti-platelet, dan obat-obatan atau suplemen pengencer darah.
7. Ekstrak Biji Adas
Biji adas dan ekstraknya telah digunakan oleh orang zaman dahulu untuk menenangkan otot yang tegang. Karena itu, bahan alami ini dipercaya mampu menenangkan kram saat masa menstruasi.
“Dalam satu penelitian, mengonsumsi kapsul yang mengandung 30 mg ekstrak adas empat kali sehari selama tiga hari sebelum dimulainya menstruasi menunjukkan pengurangan nyeri haid yang signifikan,” kata Mok.
8. Jahe Bubuk atau Teh
Mok mengatakan, “Jahe kaya akan fitokimia anti-inflamasi dan antioksidan yang dapat mengatasi peradangan dan menyeimbangkan bahan kimia dalam tubuh yang dapat menyebabkan rasa sakit.”
Berdasarkan fakta menurut tujuh penelitian, lebih dari 6.000 wanita mengatakan bahwa mengonsumsi 750 hingga 2.000 mg bubuk jahe selama tiga hingga empat hari pertama menstruasi tampak membantu mengurangi nyeri haid.
Reporter: Aprilia Wahyu Melati
Advertisement