Pemberontak Berkuasa, Ethiopia Umumkan Keadaan Darurat Nasional

Pada hari Selasa, Kabinet Ethiopia mengumumkan keadaan darurat nasional setelah kelompok pemberontak menguasai dua kota penting.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Nov 2021, 19:35 WIB
Pengungsi Ethiopia menggendong seorang anak di wilayah Qadarif, Sudan, Rabu (18/11/2020). Pertempuran yang kian meluas di perbatasan Ethiopia dan Sudan mengancam wilayah Tanduk Afrika. (AP Photo/Marwan Ali)

Liputan6.com, Addis Ababa - Kabinet Ethiopia pada Selasa mengumumkan keadaan darurat nasional setelah pemberontak Tigrayan merebut dua kota penting dalam rangka menuju ke ibu kota, lapor media yang berafiliasi dengan negara.

"Keadaan darurat bertujuan untuk melindungi warga sipil dari kekejaman yang dilakukan oleh kelompok teroris Tigray People's Liberation Front (TPLF) di beberapa bagian negara," Fana Broadcasting Corporate melaporkan, merujuk pada Front Pembebasan Rakyat Tigray, demikian dilansir dari laman France24, Rabu (3/11/0221).

Anggota parlemen diharapkan menyetujui tindakan tersebut dalam waktu 24 jam, kata Fana.

Dalam beberapa hari terakhir TPLF telah mengklaim kendali atas dua kota utama sekitar 400 kilometer (250 mil) dari Addis Ababa dan berbaris di ibu kota, yang sejauh ini belum ada pertempuran apapun.

Pemerintah telah membantah klaim kemajuan teritorial TPLF yang jika dikonfirmasi, akan mewakili kemajuan strategis besar.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pejabat Memerintahkan Warga Ibu Kota untuk Mendaftarkan Senjata

Abiy Ahmed (kiri) dan Vladimir Putin (kanan) (wikimedia commons)

Sebagian besar Ethiopia utara berada di bawah pemadaman komunikasi, dan akses bagi wartawan dibatasi. Hal ini membuat klaim medan perang sulit untuk diverifikasi secara independen.

Sebelumnya pada Selasa, para pejabat memerintahkan warga Addis Ababa untuk mendaftarkan senjata api mereka dan bersiap untuk mempertahankan wilayah mereka.

Perdana Menteri, Abiy Ahmed, mengirim pasukan ke Tigray setahun yang lalu untuk menahan dan melucuti senjata TPLF, sebuah langkah yang katanya dilakukan sebagai tanggapan atas serangan terhadap kamp-kamp tentara.

Peraih Nobel Perdamaian 2019 itu menjanjikan kemenangan cepat, tetapi pada akhir Juni para pemberontak telah berkumpul kembali dan merebut kembali sebagian besar Tigray.

Mereka kemudian melancarkan serangan ke wilayah tetangga Afar dan Amhara.

Komunitas internasional telah menyatakan kekhawatirannya atas konflik yang meluas. Kekuatan Barat mengulang seruan untuk gencatan senjata segera dan Uni Afrika diharapkan untuk menengahi pembicaraan damai antara pihak-pihak terkait.

 

Reporter: Ielyfia Prasetio

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya