Indonesia dan Negara Asia Tukar Pengalaman Kelola Sumber Daya Air di COP26

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono hadir pada hari ketiga pelaksanaan Conference of the Parties (COP) ke-26 di Glasgow, Skotlandia.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Nov 2021, 11:30 WIB
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono hadir pada hari ketiga pelaksanaan Conference of the Parties (COP) ke-26 di Glasgow, Skotlandia. (Dok Kementerian PUPR)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono hadir pada hari ketiga pelaksanaan Conference of the Parties atau COP26 di Glasgow, Skotlandia.

Dalam sesi khusus Asia Water Council (AWC) Climate Change High-Level Roundtable, dia berdiskusi soal manajemen air di tengah perubahan iklim bersama Menteri Lingkungan Korea Selatan, Menteri Pengembangan Energi Tenaga Air, Angin, dan Surya Sri Lanka, hingga Managing Director General Asian Development Bank.

Dalam paparannya, Menteri Basuki menyampaikan tentang permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia dalam manajemen air. Kemudian bagaimana masalah terkait air, seperti banjir, kekeringan, kenaikan muka air laut yang semakin serius dengan adanya perubahan iklim dan tingginya urbanisasi.

Menteri Basuki berharap Indonesia bisa belajar, bertukar pengalaman dan bekerja sama dengan negara-negara Asia lain dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dalam platform AWC.

"Kita bisa belajar dari negara-negara Asia tentang bagaimana menghadapi tantangan perubahan iklim bersama-sama untuk mengimplementasikan kesepakatan politik yang dinyatakan oleh kepala negara masing-masing," kata dia dalam keterangan tertulis, Kamis (4/11/2021).

Dikatakan Menteri Basuki, saat ini negara-negara di seluruh dunia masih berjuang untuk mengurangi pandemi Covid-19 serta konsekuensi ekonomi dan sosialnya.

"Penyediaan air bersih untuk mendukung penerapan protokol kesehatan akan menjadi tujuan penting utama bagi sektor infrastruktur publik," imbuh dia.

Studi terbaru yang dilakukan oleh Indonesia Water Institute menunjukkan, konsumsi air bersih selama pandemi Covid-19 meningkat 3 kali lipat dari kondisi normal, dengan total konsumsi air rumah tangga mencapai sekitar 995 hingga 1.415 liter per hari.

Indonesia, sambung Menteri Basuki, merupakan negara kepulauan yang sangat besar dengan jumlah penduduk sekitar 271 juta jiwa. Berdasarkan kajian Kementerian PUPR, potensi air permukaan di Indonesia sekitar 2,78 triliun m3.

"Namun, seperti halnya negara-negara Asia lainnya, Indonesia menghadapi 3 masalah air, yaitu terlalu banyak, terlalu sedikit, dan terlalu kotor. Masalah-masalah ini saling terkait yang berpotensi menjadi bencana perubahan iklim dan masalah sosial-ekonomi," keluhnya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Sumber Daya Air

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono hadir pada hari ketiga pelaksanaan Conference of the Parties (COP) ke-26 di Glasgow, Skotlandia. (Dok Kementerian PUPR)

Untuk mencapai target ambisius pembangunan sumber daya air dan air minum, Menteri Basuki mengungkapkan, Indonesia masih mengandalkan belanja publik atau APBN yang tidak akan mencukupi.

"Oleh karena itu, kesenjangan pembiayaan harus diatasi dengan solusi terintegrasi yang didukung dengan skema pembiayaan baru seperti memobilisasi pembiayaan dari swasta untuk menjembatani kesenjangan pembiayaan dan memperkuat sistem pembiayaan melalui skema pembiayaan campuran," ujarnya.

Selain itu, menurut Menteri Basuki juga perlu adanya rencana pengelolaan aset sesuai dengan berbagai skema kerjasama (APBN/PPP/investasi) dan mengoptimalkan manfaat dari pembangunan infrastruktur dari hulu hingga hilir, seperti bendungan multiguna yang dapat menghasilkan pendapatan dengan menyediakan pembangkit listrik tenaga air.

",Selanjutnya adalah mengembangkan potensi dana air untuk mendorong investor menyalurkan dananya membiayai proyek secara optimal dan tepat sasaran, serta memanfaatkan big data dan smart water untuk mengatasi permasalahan yang ada di sektor air bersih seperti proses monitoring yang tidak efektif dari sistem hulu ke hilir terutama pada kondisi ekstrim," tuturnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya