Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyampaikan komitmen Pemerintah Indonesia untuk menciptakan pelabuhan yang ramah lingkungan (green ports).
Hal ini disampaikan Menhub saat menjadi pembicara kunci secara daring, pada kegiatan di "Indonesia Pavilion COP26”, yang diselenggarakan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.
Advertisement
Kegiatan ini adalah bagian dari partisipasi Indonesi pada Konferensi Perubahan Iklim Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), yang berlangsung di Glasgow, Skotlandia.
“Sektor transportasi, khususnya di sektor transportasi laut menjadi salah satu kontributor utama perubahan iklim. Perlu dilakukan upaya Pengendalian iklim melalui pengelolaan pelabuhan yang ramah lingkungan, demi menciptakan lingkungan hidup yang lebih baik di daerah pelabuhan,” ujar Menhub Budi, dikutip Kamis (4/11/2021).
Menhub Budi mengungkapkan, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan pelabuhan yang ramah lingkungan.
Diantaranya dengan meratifikasi konvensi internasional tentang pencegahan pencemaran dari kapal atau MARPOL Annex VI, penggunaan peralatan listrik dalam kegiatan bongkar muat, penggunaan truk berbahan bakar gas di area pelabuhan, pengembangan aplikasi berbasis internet untuk pendaftaran angkutan barang dari pengirim ke pengangkut, serta penggunaan energi surya di fasilitas pelabuhan seperti, penerangan jalan sel surya dan lampu LED.
“Kami berharap aksi mitigasi perubahan iklim di area pelabuhan, akan mengurangi emisi secara signifikan dan berkontribusi pada pengurangan gas rumah kaca dari sektor transportasi. Langkah ini menjadi titik awal positif, untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik bagi masyarakat di daerah pelabuhan,” kata Menhub.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Asia dan Afrika
Wilayah Asia dan Afrika diprediksi akan mengalami peningkatan emisi paling tajam, karena pertumbuhan lalu lintas pelabuhan yang signifikan, namun memiliki langkah-langkah mitigasi yang terbatas.
Berdasarkan Kajian tentang Gas Rumah Kaca dari Organisasi Maritim Internasional/International Maritime Organisation (IMO), pada tahun 2020 memperkirakan kegiatan pelayaran telah mengeluarkan total sekitar 1 juta ton CO2 pada 2018.
Sementara itu berdasarkan laporan OECD pada tahun 2014, sebagian besar emisi pengiriman di pelabuhan diperkirakan akan tumbuh hingga empat kali lipat pada tahun 2050. Hal tersebut akan membawa emisi CO2 dari kapal di pelabuhan menjadi sekitar 70 juta ton pada tahun 2050 dan emisi NOx hingga 1,3 juta ton.
Semua pihak diharapkan dapat mencapai kesepakatan dalam upaya mencapai target global, yaitu mencegah kenaikan suhu bumi tidak lebih dari 2 derajat celcius, dan bisa menguranginya sebesar 1,5 derajat celcius.
Advertisement