Liputan6.com, Jakarta - Negara pengguna batu bara termasuk Polandia, Vietnam dan Chili menyampaikan komitmen mereka untuk beralih dari bahan bakar fosil, dalam janji yang dibuat pada KTT iklim COP26.
Penandatangan perjanjian itu telah berkomitmen untuk mengakhiri semua investasi pembangkit listrik tenaga batu bara baru di dalam negeri maupun internasional.
Advertisement
Hal itu diumumkan oleh pemerintah Inggris.
Diketahui bahwa, batu bara merupakan kontributor tunggal terbesar terhadap perubahan iklim.
Dikutip dari laman BBC, Kamis (4/11/2021) Inggris mengatakan 190 negara dan organisasi telah berjanji untuk berhenti menggunakan batu bara.
Tetapi beberapa negara yang bergantung pada batu bara terbesar di dunia, termasuk Australia, India, China, dan Amerika Serikat, tidak menandatangani janji tersebut.
190 negara tersebut juga telah sepakat untuk menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara pada 2030-an untuk negara-negara ekonomi utama, dan tahun 2040 mendatang untuk negara-negara miskin, kata Inggris.
"Akhir dari batu bara sudah di depan mata," kata sekretaris bisnis dan energi Inggris, Kwasi Kwarteng.
"Dunia sedang bergerak ke arah yang benar, berdiri siap untuk menutup nasib batu bara dan merangkul manfaat lingkungan dan ekonomi dari membangun masa depan yang didukung oleh energi bersih," ujar Kwasi.
Lebih dari 40 negara telah menandatangani pernyataan tersebut.
Polandia, Vietnam, dan Chili termasuk di antara 18 negara yang setuju untuk menghentikan dan tidak membangun atau berinvestasi dalam pembangkit listrik tenaga batu bara baru untuk pertama kalinya, demikian keterangan dari pemerintah Inggris.
Masih Ada Kesenjangan?
Di sisi lain, sekretaris bisnis Inggris Shadow Ed Miliband menyebutkan ada "kesenjangan yang mencolok" dari negara-negara seperti China dan penghasil emisi besar lainnya, yang belum berkomitmen untuk menghentikan peningkatan batu bara di dalam negeri.
Dia juga mencatat bahwa tidak ada penghapusan minyak dan gas secara bertahap.
Meskipun kemajuan telah dicapai dalam mengurangi penggunaan batu bara secara global, namun masih sekitar 37 persen dari listrik dunia dihasilkan dari batu bara pada 2019 lalu.
Negara-negara seperti Afrika Selatan, Polandia dan India akan membutuhkan investasi besar untuk membuat sektor energi mereka lebih bersih.
"Secara keseluruhan pernyataan ini masih jauh dari ambisi yang dibutuhkan untuk bahan bakar fosil dalam dekade kritis ini," ujar Juan Pablo Osornio, kepala delegasi Greenpeace di COP26.
"Langkah kecil tampaknya memberi negara-negara kelonggaran besar untuk memilih tanggal penghentian mereka sendiri, terlepas dari tajuk utama yang mengkilat," tambahnya.
Advertisement