6 Fakta Menarik Kabupaten Bone yang Berjuluk Bumi Arung Palakka

Arung Palakka, atau juga dikenal sebagai Aru Palaka, merupakan Sultan Bone yang sosoknya mengundang perdebatan. Di satu sisi membantu warga memperoleh kemerdekaan dari Kesultanan Gowa, tetapi dia juga bekerja sama dengan Belanda.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Nov 2021, 08:31 WIB
Goa Mampu yang berada di Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan. (dok. dispar.bone.go.id)

Liputan6.com, Jakarta - Kabupaten Bone yang beribu kota di Watampone itu terletak di Provinsi Sulawesi Selatan. Posisinya strategis dalam perdagangan barang dan jasa di kawasan Indonesia Timur karena berada di pesisir timur Pulau Sulawesi.

Bone merupakan kabupaten terluas ketiga di Sulawesi Selatan dengan wilayah mencapai 4.559 kilometer persegi, atau 9,78 persen dari luas Provinsi Sulawesi Selatan. Wilayahnya terbagi menjadi 27 kecamatan, dengan Bontocani sebagai kecamatan terbesar dengan luas 463,35 kilometer persegi.

Secara geografis, Kabupaten Bone berbatasan dengan Kabupaten Wajo dan Soppeng di sebelah utara; Kabupaten Sinjai dan Gowa Barat di sebelah selatan; Kabupaten Maros, Pangkep, dan Barru Timur di sebelah barat; serta Teluk Bone di sebelah timur. Kabupaten ini berpenduduk 801.775 jiwa, pada 2020.

Kabupaten Bone memiliki semboyan Sumange Tealara. Sumange berarti penggabungan antara jiwa dan raga, sedangkan Tealara berarti tidak terpisah yang menggambarkan keyakinan diri. Dengan begitu, semboyan itu berarti penggabungan jiwa dan raga untuk mewujudkan keteguhan dan keyakinan diri yang berawal dari niat, tergambarkan dalam perilaku dan perbuatan untuk menghadapi tantangan kehidupan secara bersama-sama.

Tentunya masih banyak fakta menarik lainnya dari Bone. Berikut enam fakta menarik dari Kabupaten Bone yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.

1. Bukit Cempalagi

Bukit Cempalagi berada di pesisir Teluk Bone, Desa Mallari, Kecamatan Awangpone. Menurut sejarah, Raja Bone ke-15, Arung Palakka mengucapkan sumpah untuk membebaskan rakyat Bone dan Bugis dari ketertindasan daerah lainnya.

Sumpah tersebut diucapkannya sebelum melakukan perjalanan panjang ke Kerajaan Buton, yang dilanjutkan perjalanan ke Batavia hingga ke Pariaman, Sumatera Barat. Perjalanan ini terjadi pada abad ke-17 ketika Arung Palakka dan pengikutnya dikejar oleh pasukan Kerajaan Gowa.

Karena itu, Bone juga dikenal dengan sebutan Bumi Arung Palakka. Ia memimpin kerajaannya merdeka dari Kesultanan Gowa pada 1666 saat masih bergelar pangeran. Arung Palakka bekerja sama dengan Belanda untuk melawan Sultan Hasanuddin merebut Makassar.

Kerajaan Bone dikenal sebagai salah satu kerajaan besar di Nusantara yang berdiri pada 1330 Masehi. Pada masa pemerintahannya di abad ke-17, Kerajaan Bone mencapai puncak kejayaannya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


2. Goa Mampu

Air Terjun Baruttung’e yang berada di Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan. (dok. sitwibbon.bone.go.id)

Goa Mampu terletak di Desa Cabbeng, Kecamatan Dua Boccoe, di lereng gunung yang dipenuhi pohon-pohon besar. Gua seluas sekitar 2000 meter persegi ini memiliki stalagmit dan stalagtit yang unik, menyerupai makhluk hidup dan benda-benda peradaban manusia

Gua yang bertingkat ini memiliki enam ceruk yang saling terhubung. Pada bagian dalam gua terdapat travertin yang membentuk stalagmit dan stalaktit yang tampak seperti pilar alam. Selain itu, gua ini memiliki rongga-rongga kapur yang ditemukan saling tersusun.

3. Tanjung Pallette

Tanjung Pallette terletak di Kelurahan Pallette, Kecamatan Tanete Riattang Timur. Tempat ini menyuguhkan pemandangan bukit karang di tepi laut Teluk Bone. Pengujung dapat pula menikmati pemandangan laut biru dengan ombak yang mengantar perahu nelayan melaut.

Tanjung ini diyakini warga sebagai lokasi pelaksanaan tradisi maladdung. Tradisi itu dilaksanakan dengan menenggelamkan warga yang bersalah secara adat, seperti berbuat asusila, ke dasar laut. 

4. Air Terjun Barutting'e

Air Terjun Barutting'e berada di Desa Cani Sirenreng, Kecamatan Ulaweng. Pemandangan sekitar air terjun menyajikan pepohonan yang hijau. Tempat ini menjadi destinasi menarik bagi para wisatawan.

Ketinggian Air Terjun Barutting’e mencapai 20 meter. Jika ingin mencapai dasar air terjun, harus menuruni 1000 anak tangga dan harus dalam kondisi yang prima. Di dekat air terjun ini terdapat Coppo’ Cempa, yakni lokasi perkemahan umum.


5. Rumah Adat Bola Soba

Rumah Adat Bola Soba tampak samping. (dok. warisanbudaya.kemdikbud.go.id)

Rumah Adat Bola Soba terletak di Kecamatan Watampone. Dalam Bahasa Indonesia, rumah itu berarti rumah besar atau rumah persahabatan (dalam bahasa Bugis Sao Madduppa to Pole).

Bangunan ini berdiri pada masa pemerintahan La Pawawoi Karaeng Sigeri, Raja ke-31 Bone  (1895-1905). Mulanya, bangunan ini difungsikan sebagai tempat tinggal raja sehingga disebut sebagai Saoraja. Kemudian, putranya, Baso Pangilingi Abdul Hamid yang diangkat menjadi Petta Ponggawae (panglima perang) menempati rumah itu.

Ketika ditempati oleh Petta Ponggawae, bubungan rumah (timpa’ raja) yang sebelumnya lima singkap menjadi empat singkap. Pada tata kehidupan masyarakat Bugis, lima singkap timpa’ laja diperuntukkan untuk rumah raja dan empat singkap untuk putra raja.

Rumah ini juga pernah difungsikan sebagai markas tentara Belanda ketika menguasai Nusantara. Pada 1912, difungsikan sebagai penginapan bagi para tamu Belanda. Sayangnya, pada Maret 2021, rumah ini habis dilahap si jago merah.

6. Kue Tradisional

Keberadaan Suku Bugis tersebar di daerah Sulawesi Selatan, termasuk Kabupaten Bone. Suku Bugis memiliki kue tradisional khas yang bernama Kue Bolu Cukke. Kue ini terbuat dari tepung beras dan gula merah sebagai bahan utama. Pada bagian atas kue ditaburi dengan gula putih.

Kue Bolu Cukke memiliki rasa yang manis dengan tekstur yang lebih kering dari kue bolu peca dari Makassar, karena dalam proses pembuatannya dipanggang di atas cetakan tanah liat yang menggunakan kayu bakar. Masyarakat setempat juga mengenal kue ini dengan sebutan bolu cungkil karena untuk mengangkat kue yang sudah matang dengan cara dicungkil. (Gabriella Ajeng Larasati)


8 Tips Liburan Akhir Tahun

Infografis 8 Tips Liburan Akhir Tahun Minim Risiko Penularan Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya