Liputan6.com, Teheran - Pembicaraan yang bertujuan untuk menerapkan kembali kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan enam negara lain akan dilanjutkan bulan November ini.
Kepala perantara Iran, Ali Baqeri Kani, mengatakan bahwa pemerintahnya telah setuju untuk bertemu di Wina tanggal 29 November.
Dilansir dari laman BBC, Kamis (4/11/2021), diskusi mengenai nuklir Iran telah tertunda sejak pemilihan presiden garis keras baru Iran pada bulan Juni.
Baca Juga
Advertisement
AS, di bawah pemerintahan presiden sebelumnya, Donald Trump, telah menarik diri dari kesepakatan tersebut, tetapi, Washington sejak itu mengatakan agar mempertimbangkan untuk bergabung kembali.
Pemerintahan Joe Biden mengatakan akan menghadiri pertemuan Wina, bersama dengan negara penandatangan yang tersisa, Inggris, China, Prancis, Jerman dan Rusia.
Cuitan di Twitter pada hari Rabu, Kani mengatakan bahwa Iran telah “setuju untuk memulai negosiasi yang bertujuan untuk menghapus sanksi yang melanggar hukum dan tidak manusiawi pada 29 November di Wina".
Ned Price, juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa kesepakatan dapat dicapai dengan cepat jika perwakilan Iran serius.
Namun, ia menambahkan AS mengharapkan negosiasi untuk melanjutkan apa yang telah mereka bicarakan setelah putaran keenam pembicaraan di Wina pada bulan Juni.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Mantan Presiden Trump Memberlakukan Kembali Sanksi Terhadap Iran
Presiden Iran, Ebrahim Raisi, diperkirakan akan mengambil pendekatan yang sulit untuk negosiasi.
Negara-negara Barat telah meminta Iran untuk bergabung kembali dalam negosiasi selama berbulan-bulan, memperingatkan bahwa kemajuan nuklir Teheran saat ini telah menyimpang secara signifikan di luar batas yang ditetapkan kesepakatan awal.
Di bawah perjanjian 2015, Iran menyetujui pembatasan pengayaan uraniumnya, yang memiliki kegunaan sipil tetapi juga dapat digunakan dalam senjata nuklir; jumlah bahan yang dapat ditimbunnya; dan juga jenis mesin (centrifuge) yang digunakan untuk melakukan pengayaan.
Selain itu, ia setuju untuk mengizinkan inspeksi internasional. Sebagai imbalannya, ia mendapat pencabutan sanksi.
Namun, Trump mengabaikan kesepakatan tersebut pada 2018 dan memberlakukan kembali sanksi setelah gagal membuat Iran menyetujui ketetapakan untuk mengekang program rudal balistiknya dan mengakhiri keterlibatannya dalam konflik regional.
Sejak penerapan kembali sanksi, Iran tidak dapat mengakses miliaran dolar asetnya yang disimpan di bank asing.
Reporter: Ielyfia Prasetio
Advertisement