3 Kerugian Stunting bagi Masa Depan Anak

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr. Hasto Wardoyo, SP. OG. (K) menjelaskan 3 kerugian bagi anak di masa depan jika terkena stunting.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 04 Nov 2021, 18:00 WIB
Ibu hamil menunggu antrean saat pemeriksaan rutin di Puskesmas Kecamatan Jatinegara, Jakarta, Kamis (26/11/2020). Stunting disebabkan kurangnya nutrisi sejak bayi dalam kandungan. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr. Hasto Wardoyo, SP. OG. (K) menjelaskan 3 kerugian bagi anak di masa depan jika terkena stunting.

Ketiga kerugian itu adalah tubuh pendek, kemampuan intelektual di bawah rata-rata, mudah kena penyakit kardiovaskular.

“Anak stunting itu punya kerugian tiga, satu badannya tidak tinggi sehingga tidak bisa menjadi polisi, tentara, pramugari, pramugara, karena badannya pendek. Stunting pasti pendek tapi pendek belum tentu stunting.” ujar Hasto dalam peluncuran Pendataan Keluarga 2021 (PK21), Kamis (4/11/2021).

Tak hanya tubuh pendek, kerugian kedua yang dapat dialami anak stunting adalah kemampuan intelektual di bawah rata-rata.

“Anak stunting bisa sulit untuk berkembang menjadi orang yang intelektual dan cerdas.”


Kerugian Ketiga

Kerugian ketiga pada anak stunting di masa depan adalah gemuk di tengah atau central obese.

“Barang siapa yang central obese memang mudah terkena penyakit kardiovaskular yaitu penyakit stroke, tekanan darah tinggi, jantung.”

Selain mudah kena penyakit kardiovaskular, orang stunting juga rentan kena penyakit metabolisme (metabolic disorder) seperti kencing manis.

“Tiga kerugian ini sangat merugikan sumber daya manusia (SDM).”


Pencegahan Stunting

Mengingat dampak stunting yang sangat besar bagi SDM Indonesia di masa depan, maka BKKBN terus-menerus menyerukan pencegahan bayi lahir stunting.

Pencegahan ini meliputi:

-Pencegahan pernikahan dini.

-Mengkampanyekan 2 anak lebih sehat.

-Pemenuhan gizi ibu hamil.

-Persiapan kesehatan reproduksi sebelum menikah.

-Memberi jarak antar kehamilan.

-Edukasi kehamilan di usia terlalu muda dan terlalu tua.

-Menghindari bahaya anemia.

-Menjadikan bayi di bawah dua tahun (baduta) sasaran program stunting).

“Kenapa baduta penting? Selalu saya sampaikan di mana-mana, Tuhan menciptakan manusia di 1.000 hari pertama ubun-ubunnya saja belum nutup. Setelah 1.000 hari baru menutup, maka seluruh dunia sepakat bahwa 1.000 hari pertama adalah kehidupan yang istimewa.”

Ia menambahkan, baik bagi bayi stunting maupun non stunting, 1.000 hari pertama kehidupan yang dianggap istimewa perlu diisi juga dengan perawatan dan penanganan yang istimewa pula.   


Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi

Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya