Liputan6.com, Jakarta - Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil mengembangkan cara budidaya lobster. Menyambut hal ini, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb Haeru Rahayu menginginkan masyarakat menilai ekspor lobster konsumsi lebih menguntungkan.
Apalagi menurutnya, budidaya lobster adalah village based industry artinya sesuai dengan karakteristik usaha dan kemampuan teknis masyarakat pesisir, sehingga dapat menciptakan lapangan kerja yang besar.
Pria yang akrab disapa Tebe itu juga mengaku optimistis Indonesia mampu bersaing dengan negara tetangga yang sudah lebih maju dalam ekspor lobster konsumsi.
Ia telah melihat langsung Perekayasa dan Litkayasa di BPBAP Situbondo sudah berhasil budidaya lobster dari BBL hingga 30 gram atau tahap pendederan, segmen 1 dan segmen 2 yang tergolong tahapan masih kritis.
Dan juga berhasil pada tahap pembesaran, segmen 3 dan segmen 4 hingga ukuran konsumsi. Bahkan, tingkat kelangsungan hidup lobster pada segmen ini, kata dia, telah mencapai angka yang membanggakan berkisar antara 75-100 persen.
“Ini sangat membahagiakan kami, dengan semangat budidaya lobster dan harapannya semua teknologi ini dapat diaplikasikan ke masyarakat pembudidaya,” katanya dalam keterangan resmi, Kamis (4/11/2021)
Ia menyebut, sesuai Permen KP Nomor 17 Tahun 2021, segmentasi usaha budidaya lobster di Indonesia terbagi dalam dua segmentasi usaha meliputi pendederan dan pembesaran.
Segmentasi tersebut lalu terbagi dalam empat kategori yakni pendederan I, dimana proses budidayanya dimulai dari BBL hingga ukuran 5 gram. Kemudian pendederan II, diatas 5 gram sampai dengan 30 gram. Pembesaran I, diatas 30 gram sampai dengan 150 gram dan Pembesaran II, diatas 150 gram.
“Disini kami ingin mengajak seluruh stakeholder dan lapisan masyarakat agar ayo mulai budidaya dan bangun industri lobster. Bahkan kami juga mengajak pihak asuransi untuk bekerjasama sebagai dukungan jaminan usaha bagi para pembudidaya lobster di Indonesia. Selain itu Pinjaman modal juga akan diberikan melalui BLU LPMUKP yang ada dibawah naungan KKP”, paparnya.
Baca Juga
Advertisement
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dua Metode
Sementara itu, Koordinator Budidaya Lobster BPBAP Situbondo, Siti Subaidah menuturkan, teknologi yang dilakukan di BPBAP Situbondo yakni ada 2 metode yaitu dengan menggunakan keramba jaring apung (KJA) dan petak tambak berlapiskan semen (concrete pond) seluas 1.000 m2 di unit pecaron BPBAP Situbondo.
Pada budidaya lobster di tambak, segmen 1 pendederan yang ditempatkan tenggelam dan terapung. Dimensi untuk terapung berbentuk persegi yaitu panjang 1 meter, lebar 1 meter dan kedalaman 50 cm, diisi BBL 200 ekor. Sementara yang di dasar tambak berbentuk bulat dengan diameter 1 meter dan ketinggian 50 cm diisi BBL sebanyak 150 ekor.
Sementara itu, untuk segmen 2 pendederan dengan dimensi wadah panjang 2 m, lebar 2 m dan kedalaman 60 cm, diisi benih ukuran 5 gram sebanyak 250 ekor, sementara dimensi di dasar yang berbentuk bulat yaitu diameter 120 cm dengan ketinggian 60 cm, diisi benih lobster sebanyak 90 ekor.
Sedangkan, segmen 3, dengan dimensi wadah panjang 2 m, lebar 2 m dan kedalaman 60 cm, diisi lobster 30 gram sebanyak 100 ekor. Sementara yang bentuk bulat dengan diameter 120 cm dan ketinggian 60 cm, diisi lobster 35 ekor.
Dan pada segmen 4, dimensi di dasar yang berbentuk bulat dengan diameter 2 meter dengan ketinggian 60 cm, diisi lobster ukuran 150 gram sebanyak 50 ekor, sementara yang diletakkan terapung dengan dimensi panjang 3 meter, lebar 3 meter dan kedalaman 1,5 meter, diisi 180 ekor.
Ibet menjelaskan, untuk menjaga keberlangsungan dari budidaya lobster di tambak, dilakukan pengelolaan kualitas air yaitu penggantian air, siphon serta menggunakan aplikasi kapur, mineral dan probiotik (jika diperlukan). Sedangkan keuntungan dari budidaya lobster di tambak, dapat dikendalikannya parameter kualitas air seperti oksigen, pH, suhu, total bahan organik maupun total bakteri.
Advertisement