Pakaian Tak Laku Dijual Menggunung di Gurun Atacama di Chile

Pakaian tak laku dijual kian menggunung di gurun Atacama di Chile. Pakaian tersebut banyak dari China dan Bangladesh.

oleh Komarudin diperbarui 16 Nov 2021, 19:50 WIB
Ilustrasi tumpukan pakaian (dok.wikimedia commons)

Liputan6.com, Jakarta - Gurun Atacama di Alto Hospicio, Chili jadi tumpukan pakaian yang tidak laku dijual. Tumpukan fast fashion tersebut bagai kuburan yang dengan cepat terus membengkak.

Fast fashion adalah istilah yang digunakan oleh industri tekstil yang memiliki berbagai model fesyen yang silih berganti dalam waktu yang sangat singkat. Selain itu, pakain tersebut menggunakan bahan baku yang berkualitas buruk sehingga tidak bisa  bertahan lama.

Menurut sebuah laporan dari AFP, gundukan besar pakaian tersebut terdiri dari pakaian yang dibuat di China dan Bangladesh yang menuju ke toko-toko di AS, Eropa, dan Asia. Ketika garmen tidak dibeli, pakaian itu dibawa ke pelabuhan Iquique Chili untuk dijual kembali ke negara-negara Amerika Latin lainnya, dilansir dari laman Insider, Senin (8/11/2021).

AFP menemukan bahwa sekitar 59.000 ton pakaian berakhir di pelabuhan di Chili setiap tahun. Dari jumlah itu, 39.000 ton dipindahkan ke tempat pembuangan sampah di gurun tersebut.

Alex Carreno, mantan karyawan di bagian impor pelabuhan Iquique, mengatakan kepada AFP bahwa pakaian itu "datang dari seluruh dunia." Carreno menambahkan bahwa sebagian besar pakaian kemudian dibuang ketika pengiriman tidak dapat dijual kembali di seluruh Amerika Latin.

Pakaian bekas yang dibawa ke tumpukan gurun untuk dibuang kini telah menyelimuti seluruh petak tanah di gurun Atacama di Alto Hospicio, Chili. "Masalahnya adalah pakaian tersebut tidak dapat terurai secara hayati dan memiliki produk kimia, sehingga tidak diterima di tempat pembuangan sampah kota," kata Franklin Zepeda, pendiri EcoFibra, perusahaan yang mencoba memanfaatkan pakaian bekas dengan membuat panel insulasi dari mereka.

Zepeda, yang perusahaannya telah menggunakan limbah tekstil untuk membuat insulator bangunan termal dan akustiknya sejak 2018, mengatakan kepada AFP bahwa dia ingin "berhenti menjadi masalah dan mulai menjadi solusi."

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Bahaya bagi Lingkungan

Ilustrasi pakaian bekas. (dok. Nick de Partee/Unsplash.com)

Fast fashion dengan harga terjangkau sangat berbahaya bagi lingkungan. Pertama, industri mode menyumbang delapan hingga 10 persen dari emisi karbon dunia, menurut PBB.

Pada 2018, industri fesyen juga diketahui mengonsumsi lebih banyak energi daripada gabungan industri penerbangan dan perkapalan. Para peneliti memperkirakan bahwa setara dengan truk sampah pakaian dibakar dan dikirim ke tempat pembuangan sampah setiap detik.

Sementara tingkat di mana konsumen membeli pakaian tidak melambat. Menurut statistik dari Ellen McArthur Foundation, sebuah lembaga think-tank dan badan amal ekonomi sirkular yang berbasis di Inggris mengungkapkan produksi pakaian meningkat dua kali lipat selama jangka waktu 15 tahun dari 2004 hingga 2019.  McKinsey juga memperkirakan bahwa rata-rata konsumen membeli 60 persen lebih banyak pakaian pada 2014 daripada mereka lakukan pada 2000.


Gurun Atacama

Bunga-bunga bermekaran di gurun Atacama, utara Santiago, Chile, Rabu (13/10/2021). Pada musim hujan yang sangat lebat, fenomena alam yang dikenal sebagai gurun yang berbunga terjadi, membuat benih dari 200 tanaman gurun tiba-tiba berkecambah sekitar dua bulan setelah hujan. (MARTIN BERNETTI/AFP)

Gurun Atacama terletak di kawasan gersang di Chili utara, sepanjang 1.100 kilomter dari utara ke selatan. Batasnya tidak ditentukan secara pasti, tetapi terletak terutama di antara tikungan selatan Sungai Loa dan pegunungan yang memisahkan cekungan drainase Salado-Copiapó, seperti dilansir dari Britannica.

Gurun ini disebut sebagai gurun terkering di bumi. Dikutip dari kanal Citizen Liputan6.com, tiap musim hujan tiba (Oktober, November), gurun yang tandus ini mendadak berubah seperti negeri dongeng. Bunga-bunga indah yang 'berhibernasi' di bawah permukaan tanah, mendadak mekar dengan warna-warni yang memukau.

Pada Oktober 2014, seniman asal Chile, Mario Irareazabal membuat patung tangan raksasa diberi nama The Hand of Atacama Desert. Patung tersebut sengaja dibuat untuk menyerupai bangunan kuno untuk mengingat jasa para korban rezim militer di Chile.


Infografis senjata pengolah limbah Pemprov DKI

Infografis senjata pengolah limbah Pemprov DKI (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya