Kenali 5 Jenis Penyakit Paru-Paru yang Bisa Menyerang Segala Usia

Kerap mengalami sesak napas, batuk berkepanjangan, atau suara napas yang berbunyi (mengi) bisa menjadi tanda adanya masalah pada paru-paru.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Nov 2021, 07:00 WIB
Perlu diketahui gejala utama pasien TBC paru, yaitu batuk berdahak selama dua minggu atau lebih.

Liputan6.com, Jakarta - Penyakit paru-paru merupakan gangguan kesehatan yang paling umum di dunia, yang menyerang pasien dari segala usia - pria, wanita, anak-anak, lansia, perokok, dan bukan perokok. Kondisi ini membuat paru-paru tidak dapat berfungsi secara normal.

Gejala penyakit paru-paru yang paling umum ditandai dengan sulit bernapas atau napas pendek, batuk, dan nyeri dada. Terkadang, gejala lain juga dapat muncul, seperti radang saluran udara, dada terasa sesak, sering mengalami infeksi pernapasan, dan produksi lendir berlebih di dalam paru-paru.

Jika tidak diobati, penyakit paru-paru dapat menyebabkan penurunan berat badan, sianosis, batuk berdarah, dan pembengkakan.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penderita penyakit paru-paru di seluruh dunia mencapai 235 juta orang dan sekitar tiga juta orang meninggal karena penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

Dikutip dari WebMd, Jumat (5/11/2021), berikut ini adalah macam-macam penyakit yang menyerang paru-paru:


1. Pneumonia

Pneumonia merupakan infeksi yang menyebabkan kantung-kantung udara di dalam paru menjadi meradang dan membengkak. Pneumonia juga sering kali disebut dengan paru-paru basah, sebab pada kondisi ini, paru-paru bisa dipenuhi oleh cairan atau nanah.

Kondisi ini biasa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau jamur, dimana penularan infeksi ini terjadi melalui udara yang terkontaminasi kuman dari penderita yang bersin atau batuk.

2. Tuberkulosis

Penyakit paru-paru yang satu ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri yang tidak hanya menyerang paru-paru, tapi juga bisa menyebar ke bagian tubuh lain, seperti tulang, kelenjar getah bening, sistem saraf pusat, dan ginjal.

Bakteri TBC menyebar di udara melalui percikan dahak atau cairan dari saluran pernapasan penderitanya, misalnya saat batuk atau bersin.


3. Bronkitis

Bronkitis adalah peradangan yang terjadi pada percabangan saluran udara yang menuju ke paru-paru atau bronkus. Salah satu penyebab yang paling sering adalah infeksi virus.

Virus penyebab bronkitis biasanya ditularkan dari penderita melalui percikan dahak yang dikeluarkannya. Jika percikan dahak terhirup atau tertelan oleh orang lain, maka virus akan menginfeksi saluran bronkus orang tersebut.

4. Penyakit paru obstruktif kronis

Penyakit paru-paru obstruktif kronis (PPOK) adalah peradangan paru kronis yang menyebabkan terjadinya gangguan aliran udara baik menuju dan dari paru-paru. Ada dua jenis gangguan yang terjadi pada PPOK, yaitu bronkitis kronis dan emfisema.

Pada bronkitis kronis, peradangan terjadi pada dinding bronkus (saluran yang membawa udara dari dan menuju ke paru-paru). Sedangkan pada emfisema, peradangan atau kerusakan terjadi pada aveoli (kantung kecil pada paru-paru).

Faktor utama yang meningkatkan risiko terjadinya PPOK adalah paparan asap rokok dalam jangka panjang, baik secara aktif maupun pasif. Sedangkan faktor risiko lainnya adalah paparan debu, asap bahan bakar, dan uap bahan kimia.


5. Asma

Asma adalah penyakit kronis yang ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran pernapasan, sehingga menyebabkan sesak napas.

Penderita asma umumnya memiliki saluran pernapasan yang lebih sensitif. Saat penderita asma terpapar alergen atau pemicu, saluran pernapasannya akan meradang, membengkak, dan menyempit. Hal ini akan membuat aliran udara menjadi terhambat.

Selain itu, akan terjadi peningkatan produksi dahak yang membuat penderitanya semakin sulit bernapas.

serangan asma bisa dipicu oleh beberapa hal, seperti paparan debu, asap rokok, bulu binatang, udara dingin, virus, dan zat kimia.

 

Reporter: Lianna Leticia


Infografis 5 Poin Penting Cegah Penularan COVID-19 pada Anak

Infografis 5 Poin Penting Cegah Penularan Covid-19 pada Anak. (Liputan6.com/Niman)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya