Cerita Ojol Cirebon Layani Pesanan di Tengah Pandemi Covid-19

Bermodal keyakinan, ceria dan selalu menjaga kesehatan, Dani tetap maksimal melayani permintaan pelanggan melalui aplikasi.

oleh Panji Prayitno diperbarui 06 Nov 2021, 23:00 WIB
Dani Nurjaman salah satu mitra Gojek asal Cirebon tetap gigih mengaspal di tengah pandemi. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Liputan6.com, Cirebon - Penampilan rapi membalut semangat Dani Nurjaman tetap gigih mencari rezeki sebagai pengemudi ojol alias ojek online Cirebon.

Dani menjadi mitra aplikasi Gojek di Cirebon sejak 2019 . Logo Gojek pada jaketnya sudah terlihat sedikit memudar terpanggang matahari.

Debu jalanan dan terik yang membakar tidak membuyarkan semangat Dani melayani setiap pesanan. Bahkan, semangatnya tak pupus ketika pandemi Covid-19 kian menghantui.

Penampilannya selalu terlihat rapi. Jaket, sarung tangan motor hingga masker tak pernah absen. Dani selalu mengenakan celana jeans dan sepatu kets.

Masker dilepas jika Dani sedang menyantap sesuatu atau sekedar ngopi sambil menunggu pesanan berikutnya. Sambil lalu, Dani bercanda gurau dengan sesama pengemudi ojol untuk menutupi kejenuhannya.

"Prinsip saya kalau mau terjun ke dunia ojek online ya memang harus serius jadi jangan tanggung. Kalau sudah paham pasti dapat pesanan terus," ujar Dani kepada Liputan6.com, Minggu (30/10/2021).

Sejak berkarir di dunia transportasi online, Dani selalu menjaga penampilan dan sopan santun. Hal ini dia lakukan agar seluruh pengguna jasa aplikasi Gojek nyaman ketika dilayani olehnya.

Saat pandemi mulai masuk ke Indonesia, Dani mengaku sempat khawatir. Bermodal keyakinan, hati gembira, dan selalu menjaga kesehatan, Dani tetap maksimal melayani permintaan pelanggan melalui aplikasi.

"Saya termasuk mitra Gojek yang prioritas karena mungkin dari rekam jejak saya selama jadi Ojol Cirebon. Alhamdulillah pesanan Goride selalu dapat dan saya selalu mencapai target," kata Dani.

Namun, ketika pemerintah memutuskan PSBB untuk membatasi mobilitas warga, layanan Goride pun tutup. Server Gojek mengubah seluruh sistem tidak ada mitra prioritas.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:


Konsistensi

Dani Nurjaman salah satu mitra Gojek asal Cirebon tetap gigih mengaspal di tengah pandemi. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Dani tak putus asa, dia tetap setia menunggu pelanggan yang memesan layanan lain di aplikasi Gojek. Seperti Gosend dan Gofood.

"Mau tidak mau tapi dari situ ada hikmahnya pelayanan saya selalu dapat nilai baik dari pemesan sehingga penghasilan sehari masih bisa tertutup," ujar dia.

Dani menuturkan, sejak pemerintah memberlakukan PSBB hingga PPKM, dia kerap melayani pesanan untuk masyarakat yang isolasi mandiri karena Covid-19. Mulai dari makanan, alat kesehatan hingga obat pesanan aplikasi Gojek yang bekerja sama dengan aplikasi Halodoc.

"Pastinya saya mengikuti prosedur yang sudah ditetapkan aplikasi," kata dia.

Konsistensi Dani menggeluti dunia ojol terbilang tidak mudah. Dani mengalami pahit getir menjadi ojol sejak awal.

Pada awal terjun di dunia ojol, Dani pernah tidak mendapat pesanan sama sekali.

"Di Gojek ini ada semacam kasta. Pertama driver gacor yang sudah prioritas kemudian driver biasa yang orderannya campur. Terakhir driver anyep yang orderannya cenderung sepi karena sering dapat keluhan pelanggan," kata Dani.

Dia menjelaskan, konsistensi menjadi kunci untuk mendapat predikat driver prioritas. Bahkan, kegigihan Dani berkarir sebagai ojol membuat dia mendapat julukan sebagai driver Rp300 ribu.

Dia mengaku, sejak awal menjadi mitra Gojek, selalu berangkat pagi hari pukul 07.00 WIB. Melayani pesanan Gosend mulai dari siswa hingga masyarakat umum dari berbagai latar belakang sosial.

"Konsisten terus dan sistem akan membaca si ojol itu lebih sering dapat pesanan apa. Kalau seringnya dapat pesanan Gosend atau Gofood nanti sistem akan mengarahkan pemesan kepada driver itu," ujar dia.


Sebutan Unik

Dani Nurjaman salah satu mitra Gojek asal Cirebon tetap gigih mengaspal di tengah pandemi. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Dia menjelaskan, selama berkarir sebagai ojol, Dani selalu menargetkan penghasilan Rp300 ribu per hari. Jika sudah memenuhi target, Dani pun menutup aplikasinya dan kembali ke rumah.

Rata-rata pesanan yang didapat sebanyak 30 orang per hari. Namun, saat Covid-19 dan pemberlakuan PSBB hingga PPKM oleh pemerintah, Dani memutuskan untuk mengurangi target pendapatannya sebagai ojol menjadi Rp200 ribu per hari.

"Karena sekarang sudah tidak ada bonus meskipun sistem sudah kembali normal goride dibuka lagi. Kalau skema bonus dibuka lagi target pendapatan pasti naik," ujar dia.

Kalangan Gojek Cirebon sendiri punya sebutan khas yang membuat para ojol semangat berkarir. Sebutan tersebut tidak jauh dari histori para ojol melayani tiga pesanan utama pada layanan yang disediakan Gojek.

Untuk layanan Gosend, para ojol menyebut sebagai akun kardus. Untuk layanan Goride disebut akun 'bokong'.

"Kalau Gofood tidak ada sebutannya karena sudah pasti melayani pesanan makanan dan minuman," ujar dia.

Para ojol prioritas yang melayani tiga pesanan tersebut juga memiliki ciri khas. Untuk Gosend dan Gofood, posisi helm cenderung ditaruh di jok belakang motor.

Untuk Goride, posisi helm biasanya ditaruh di bagian depan atau dasbor motor si ojol.

"Gosend sama Gofood helm di belakang karena jarang dipakai kalau Goride helm di dasbor motor karena sering dipakai penumpang," papar Dani.


Dampak Covid-19

12 Langkah Gojek Ringankan Beban Driver Ojol yang Terdampak Covid-19. Dok: Gojek Indonesia

Dani menjelaskan, kunci utama menjadi ojol prioritas adalah konsistensi jam online dan offline. Selain itu, hindari banyak menolak dan memilah pesanan.

Semakin sering memilah pesanan, kata Dani, akan memengaruhi performa si ojol sendiri.

"Tiap kota berbeda karakternya. Kalau di Cirebon ya sesuai apa yang saya alami," kata dia.

Hal serupa dialami mitra Gojek lain bermama Riyan Daly. Sepanjang karirnya di ojol, dia mengaku sering menerima pesanan Gosend dengan jarak cukup jauh.

Dia mengaku sangat menikmati karirnya sebagai ojol prioritas yang sering mendapat pesanan Gosend. Meski intensitas pesanannya tidak seramai Goride.

"Sebelumnya sering layani Gofood berubah jadi Gosend karena sering ambil pesanan Gosend. Jujur suka tolak pesanan Goride karena saya lebih nyaman bawa pesanan barang," kata Riyan.

Dia menjelaskan, keunggulan layanan Gosend jika jarak semakin jauh maka pendapatannya semakin besar. Dalam sehari, Riyan mendapat rata-rata 10 pesanan.

Bahkan, ketika Covid-19 gelombang kedua melanda, Riyan mendapat hingga 15 pesanan Gosend per hari. Beragam pesanan selalu dibawa Riyan dalam kondisi baik.


Banjir Pesan Makanan

"Pernah saya bawa pesanan spare part motor satu kardus jarak di aplikasi lebih dari 6 kilometer ya saya ambil karena argonya besar," kata dia.

Selama melayani pesanan Gosend, rata-rata penghasilan Rp150 ribu per hari. Jam kerja Riyan mulai pukul 10.00 WIB hingga 15.00 WIB.

Namun, sejak pandemi semakin terkendali, rata-rata pesanan yang diterima Riyan sebanyak delapan orderan per hari.

"Setelah itu pulang bantu istri jualan seblak di rumah. Sebelum ada PPKM saya layani Gofood. Tapi yang saya rasakan Gosend ada peningkatan 30 persen saat PPKM meskipun sekarang turun tapi tidak drastis karena pesanan selalu ada," kata dia.

Sementara itu, mitra Gojek Cirebon yang lain Fajri Prasetya mengaku pesanan Gofood semakin banyak sejak awal pemerintah menerapkan PPKM. Dalam sebulan, dia mampu melayani 500 pesanan dengan berbagai jarak.

Fajri pun berhasil meningkatkan penghasilan rata-rata Rp75 ribu hingga Rp100 ribu per hari.

"Alhamdulillah sampai sekarang masih stabil 500 pesanan sehari. Tapi untuk Gofood ada yang beda kita baru terasa pegang uang kalau sudah layani minimal 15 pesanan," kata Fajri.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya