Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar Tengah Susun Tafsir Al-Qur'an Sufistik

Sampai saat ini baru ada empat jilid tafsir Al-Qur'an sufistik yang telah rampungkan. Nasaruddin Umar berencana tafsir Al-Qur'an itu bakal berjumlah 34 jilid.

oleh Yopi Makdori diperbarui 06 Nov 2021, 09:52 WIB
Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Dr KH Nasaruddin Umar MA (kiri) didampingi penulis buku PMII di Era Disrupsi, Muhammad Syarif Hidayatullah saat peluncuran buku tersebut, Selasa (23/2/2021). (Ist)

Liputan6.com, Jakarta - Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Dr KH Nasaruddin Umar mengaku tengah menyusun tafsir Al-Qur'an yang bersifat sufistik. Tafsir ini akan menitikberatkan aspek batin atau esoterik.

"Selama ini tafsir terlalu dominan fiqih, kami sadar bahwa fiqih sangat penting tetapi kalau tidak diimbangi dengan tasawuf, maka napasnya dalam kehidupan masyarakat itu nanti kita akan mendapati masyarakat yang terlalu formal," kata Nasaruddin dalam acara peluncuran sejumlah buku terbarunya di Jakarta, Jumat malam (5/11/2021).

Padahal menurut Nasaruddin Umar, aspek kebatinan pada masyarakat yang kini menghadapi banyak tantangan itu teramat penting. Tafsir itu juga menurut Nasaruddin akan menekankan aspek sifat feminim dari Allah SWT.

"Jadi kalau kita lihat asmaulhusna (99 sifat Allah), 80 persen itu adalah sifat feminin, hanya 20 persen maskulin," katanya.

Dari sana Nasaruddin menyimpulkan bahwa sifat Allah lebih condong memiliki sifat feminin ketimbang maskulin.

"Berarti Allah subhanahu wa ta'ala lebih menonjol sebagai The Mother of God daripada The Father of God. Lebih menonjol sebagai The Feminime God daripada The Masculine God," ujar Nasaruddin.

Sifat ini juga dimiliki oleh nabi-nabi Allah. Bahkan imam besar Masjid Istiqlal ini memandang bahwa Al-Qur'an pun banyak memuat sifat kewanitaan, ketimbang maskulin.

"Sifat-sifat Allah yang feminin berulang-ulang setiap halaman dalam Qur'an. Sekedar perbandingan Ar Rahim, Maha Penyayang yang sangat feminin. Bandingkan dengan Al Muntaqim (Yang Maha Pemberi Balasan), Ar Rahim 114 kali terulang dalam Al-Qur'an, Al Muntaqim hanya satu kali," katanya.

"Jadi nama-nama maskulin Allah selain sedikit, pengulangannya (dalam Al-Qur'an) juga sedikit sekali," sambungnya.

Untuk itu, ulama kelahiran Sulawesi Selatan 62 tahun silam itu merasa aneh jika ada umat Islam yang mengedepankan sifat maskulin, padahal menurut Nasaruddin, Allah bersifat feminin.

"Jadi Tuhannya Maha Feminin, Nabinya sangat feminin, kitab sucinya sangat feminin, (maka) aneh kalau hambanya super maskulin," sebut dia.   


Bumi Akan Rusak Jika Hamba Allah Terlalu Maskulin

Nasaruddin memandang bumi ini akan rusak jika hamba-hamba Allah bersikap terlalu maskulin.

"Kalau kita menjadi khalifah over masculine, pasti umur bumi ini akan pendek. Rusak alam ini kalau tangan-tangan maskulin yang menjamah alam semesta ini," ucapnya.

Sampai saat ini baru ada empat jilid tafsir yang telah rampungkan. Nasaruddin berencana tafsir Al-Qur'an itu bakal berjumlah 34 jilid.

Tafsir ini juga dilengkapi dengan catatan kaki dari berbagai sumber. Hal itu supaya berbagai pihak dapat melacak sumber yang digunakan untuk menyusun tafsir tersebut.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya