Survei: 61 Persen Orangtua Lalai Ikuti Aturan Digital yang Diterapkan untuk Anak

Menurut hasil survei, hampir setengah (48 persen) responden mengakui, menghabiskan tiga hingga lima jam di perangkat setiap hari dan sebagian besar mengganggap 62 persen waktu ini normal serta dicontoh oleh banyak anak.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 07 Nov 2021, 16:22 WIB
ilustrasi anak main smartphone (GREG BAKER / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Survei global terbaru Kaspersky mengungkap, 61 persen orangtua sulit menjadi panutan anak-anak. bahkan, orangtua terkadang tidak mengikuti aturan yang diterapkan untuk anak-anak mereka.

Sementara, lebih dari separuh (54 persen) orangtua mencoba membangun kebiasaan dan aturan digital yang sehat untuk seluruh anggota keluarga.

Dalam keterangan resmi Kaspersky yang diterima Liputan6.com, Minggu (7/11/2021), anak-anak cenderung meniru perilaku dan kebiasaan orang dewasa di segala bidang, termasuk di dunia digital.

Banyak anak yang menerima perangkat mereka sebelum usia 9 tahun. Berdasarkan data tersebut, orangtua harus menjadi panutan dalam menggunakan teknologi, jika mereka ingin menerapkan kebiasaan digital yang sehat sejak kecil.

Menurut hasil survei, hampir setengah (48 persen) responden mengakui, menghabiskan tiga hingga lima jam di perangkat setiap hari dan sebagian besar mengganggap 62 persen waktu ini normal.

Hampir separuh anak-anak (48 persen) menghabiskan waktu yang sama di perangkat, yakni 3-5 jam. Meski begitu, lebih dari separuh orang dewasa ingin anak mereka menghabiskan lebih sedikit waktu di perangkat (maksimal 2 jam).

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Beda Aturan Soal Berbagi Foto Anak

Hati-hati, membiarkan anak-anak Anda bermain dengan smartphone sama halnya dengan memberi mereka satu gram kokain. lho.

Dalam beberapa skenario, responden menganggap perilaku tersebut dapat diterima untuk diri sendiri, tetapi tidak untuk anak-anak mereka. 37 persen orang dewasa percaya, berbagi foto anggota keluarga di jejaring sosial adalah hal yang normal. Hanya 24 persen yang menilai bahwa hal ini bisa diterima.

VP Consumer Product Marketing di Kaspersky Marina Titova mengatakan, kini banyak orang tua mencoba membangun kebiasaan digital yang sehat. Namun tidak ada pola perilaku yang tepat untuk menerapkan aturan tersebut.

"Hasil survei memperlihatkan bahwa kebanyakan orang dewasa mengaku sulit menjadi panutan. Bahkan kadang orang tua tidak mengikuti aturan yang ditetapkan untuk anak-anak mereka," katanya.

Menurutnya, ada berbagai alat dan teknik untuk membangun praktik digital yang sehat. Misalnya role play atau gim lain, seperti mengontrol screen time atau menentukan lokasi fisik anak, di mana pun mereka berada.


Fenomena Smartphone

Google Play Store di Smartphone Android. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidaya

Birgitt Holzel dan Stefan Ruzas dari Latihan Munich Liebling + Schatz mengatakan, fenomena smartphone terjadi selama beberapa dekade terakhir.

"Ketergantungan kita pada ponsel adalah alasan mengapa semakin penting untuk mendiskusikan topik ini. Perilaku konsumsi media sosial dalam keluarga juga perlu diatur," katanya.

Berikut adalah sejumlah tips bagi orang tua untuk mengatur anak menghabiskan waktu di internet:

- Berselancar dan belajar bersama. Orang tua bisa memantau di mana anak menghabiskan waktu online, pastikan untuk menjaga mereka tetap aman di ranah maya.

- Pertimbangkan untuk mengunduh aplikasi kontrol orang tua. Diskusikan topik ini dengan anak untuk menjelaskan cara kerja aplikasi tersebut serta alasan kenapa orang tua membutuhkannya.

- Lihatlah diri Anda tiap aktivitas online anak-anak sejak dini, pasalnya anak-anak selalu mencontoh orang tuanya.

(Tin/Isk)


Infografis Tentang Smartphone

Infografis Duel Pasar Smartphone Tiongkok Vs Lokal

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya