RDMP Balikpapan Siap Dukung Peta Jalan Indonesia Menuju Euro V

RDMP Balikpapan tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kilang, tetapi juga mewujudkan green refinery, kilang hijau yang menghasilkan produk berkualitas dan bernilai tinggi.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 06 Nov 2021, 19:45 WIB
Petugas lapangan memantau Area Tanki LPG (Spherical Tank) di kawasan kilang RU V Balikpapan, Kalimantan, Kamis (14/05). Kilang RU V merupakan kilang pengolahan minyak Pertamina terbesar ke-2 di Indonesia. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta - PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) terus berupaya meningkatkan nilai dan kualitas produk-produknya agar makin sesuai dengan standar internasional dan makin ramah lingkungan.

Hal itu diwujudkan salah satunya melalui proyek pengembangan kilang Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan, Pertamina melalui PT KPI bertekad untuk memuluskan jalan menuju penerapan standar Euro V di Indonesia.

Upaya tersebut juga merupakan dukungan terhadap Pemerintah RI yang telah menetapkan peta jalan penerapan Euro V pada 2027.

Pertamina menyampaikan, proyek RDMP Balikpapan tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kilang, tetapi juga mewujudkan green refinery, kilang hijau yang menghasilkan produk berkualitas dan bernilai tinggi, serta berwawasan lingkungan, sesuai dengan standar Euro V.

Adapun keunggulan lain dari produk standar Euro V sendiri, yaitu tingkat konsumsinya yang lebih hemat.

Dikutip dari rilis PT. Kilang Pertamina Internasional, Sabtu (6/11/2021) Corporate Secretary PT KPI Ifki Sukarya, menyampaikan bahwa proyek yang berlokasi di kota minyak Balikpapan, Kalimantan Timur tersebut merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang diamanahkan kepada Pertamina untuk menyelesaikannya.

Bagi Pertamina, proyek ini adalah proyek yang terbesar yang pernah dikelola, khususnya di sektor refining & petrochemical (pengolahan dan petrokimia).

Ifki menjelaskan, proyek RDMP Kilang Balikpapan dijadwalkan selesai pada 2024 dengan target untuk meningkatkan kapasitas produksi Kilang RU V Balikpapan dari 260 MBSD (ribu barel per hari) menjadi 360 MBSD dan menghasilkan produk-produk berkualitas yang memenuhi standar Euro V.

“Unit RFCC atau Residual Fluid Catalytic Cracking merupakan unit kilang yang memanfaatkan teknologi perengkahan dengan katalis untuk mengonversi minyak berat/residu menjadi produk lebih bernilai dan berkualitas tinggi. Unit ini ditargetkan mulai berproduksi pada semester satu tahun 2024. Sementara itu, unit penghasil High Octane Mogas Component, yaitu komponen gasoline dengan angka oktan tinggi, akan memulai produksinya pada akhir semester dua tahun 2024,” jelas Ifki.

“Kilang Pertamina Balikpapan ini memang saat ini merupakan kilang terbesar kedua yang dimiliki Pertamina. Sekitar 25 persen kapasitas kilang nasional dipenuhi dari sana. Jadi kilang ini memang posisinya strategis, terutama untuk memenuhi kebutuhan energi di wilayah Indonesia timur," ujarnya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pengembangan Kilang Balikpapan Akan Menambah Jajaran Produk-produk Berkualitas Tinggi

Pertamina melalui PT Kilang Pertamina Balikpapan (PT KPB) memasang Column Propane atau Propylene Splitter di RDMP Balikpapan. Foto Pertamina

Ifki melanjutkan bahwa pengembangan Kilang Balikpapan melalui proyek RDMP, akan menambah jajaran produk-produk berkualitas tinggi yang selama ini sudah diproduksi, yaitu High Speed Diesel 50 ppm (HSD 50 ppm), Net Bottom Fractionator (NBF), Smooth Fluid (SF) 05, Low Aromatic White Spirit (LAWS), dan Marine Gasoil (MGO) Low Sulfur.

Di samping itu, Kilang Balikpapan akan memproduksi produk baru, yaitu propylene (propilena) yang digunakan sebagai bahan baku pabrik polypropylene (polipropilena).

Upaya PT KPI dalam skala yang lebih global, memenuhi standar Euro V melalui RDMP Balikpapan juga mendukung komitmen Indonesia dalam menanggulangi perubahan iklim, menurut Ifki.

Sebagaimana diketahui, pada KTT perubahan iklim COP 26 di Glasgow, Skotlandia, sejumlah pemimpin dunia, termasuk Presiden Joko Widodo (Jokowi), telah memperbarui komitmen dalam bertransisi menuju menuju masa depan yang rendah emisi dan berketahanan iklim.

Jokowi, dalam menunjukkan komitmen tersebut, menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) tentang Nilai Ekonomi Karbon (NEK) yang menjadikan Indonesia sebagai pelopor (first mover) penanggulangan perubahan iklim berbasis pasar di tingkat global menuju pemulihan ekonomi yang berkelanjutan.

“Indonesia telah diperhitungkan sebagai negara super power potensial dalam penanggulangan perubahan iklim dan bahkan telah menjadi first mover dengan pengesahan Perpres NEK. Negeri kita berupaya memenuhi target NDC (Nationally Determined Contribution) kedua yang dimutakhirkan, yaitu penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29% pada 2030 atau 41% dengan dukungan internasional. Di sinilah PT KPI hadir mendukung pencapaian target-target tersebut,” imbuhnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya