Kajian BNPB Sebut Lahan Kritis di Perbukitan Penyebab Banjir Bandang Kota Batu

Hasil survei udara BNPB menyebut banjir bandang di Kota Batu dipicu ketiadaan tanaman vegetatif di kawasan hulu

oleh Zainul Arifin diperbarui 07 Nov 2021, 23:52 WIB
Curah atau kali mati jadi lebih lebar dibanding sebelumnya. Banjir bandang mengalir deras dari kawasan atas melalui kali mati ini lalu menerjang permukiman di Kota Batu (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Liputan6.com, Batu - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah melakukan survei udara di sepanjang hulu dan hilir terdampak bencana banjir bandang di Kota Batu. Hasil survei menunjukkan lahan kritis akibat alih fungsi lahan jadi penyebab bencana alam tersebut.

Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, di titik hulu awal bencana banjir bandang Kota Batu terdapat 7 punggungan bukit yang di baliknya ada 6 alur lembah sungai.

“Di bawah lembah sungai itu terdapat aliran air dengan tebing terjal di sisinya yang tak dilindungi oleh vegetasi rapat,” kata Muhari dalam konferensi pers di Kota Batu, Sabtu, 6 November 2021.

Ketiadaan vegetasi rapat berakar kuat yang bisa mengikat tanah dan bisa menyimpan air itu menyebabkan terjadi longsor ketika hujan dengan intensitas tinggi. Longsoran itu lalu membentuk bendung alam di aliran kali mati atau sungai kering dengan lebar antara 2-3 meter.

Material longsoran di beberapa titik tebing itu kemudian menutup badan aliran air, membendung aliran yang ada. Saat hujan lebat membuat debit air di hulu ikut naik, bendungan alam itu tak mampu menahan air yang melimpas.

“Membuat bendungan alam itu hancur, mengalir ke bawah dengan membawa berbagai material termasuk pepohonan,” urai Muhari.

Banjir melalui aliran air atau oleh warga setempat disebut kali mati. Sebab tak ada air mengalir bila musim kemarau, serta air tak begitu dominan mengalir bila musim hujan tiba. Banjir bercampur material longsor deras mengalir sampai ke bawah.

Situasi itu diperburuk dengan banyaknya kebun tanaman semusim di sepanjang bantaran sungai maupun di tebing sungai. Karena akar tanaman semusim tak bisa mengikat tanah, maka turut menggerus menjadi lumpur dan turut larut menjadi material banjir Kota Batu.

“Ketika debit air dari hulu sangat besar maka longsoran tanah dari kawasan tengah dan hilir menambah kontribusi sedimen, ketika di permukiman material lumpur jadi berlipat,” urai Muhari.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Dampak Banjir Bandang

Tim SAR Gabungan terus bekerja merehabilitasi wilayah terdampak banjir bandang di Kota Batu (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Banjir bandang menerjang enam lokasi di Kota Batu pada Kamis, 4 November 2021. Bencana alam ini mengakibatkan tujuh warga meninggal dunia dan enam warga mengalami luka karena terseret arus banjir.

Tim SAR Gabungan sampai saat ini juga terus melakukan penanganan dan pembersihan material pasca banjir bandang. Data sementara BPBD Kota Batu mencatat 89 kepala keluarga terdampak, 35 rumah rusak, 33 rumah terendam lumpur, tujuh mobil, 33 motor dan 107 hewan ternak hanyut.

“Itu masih data sementara, kami terus melakukan pendataan di lapangan,” kata Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya