Trik Supaya Psikologi Trading Tetap Positif saat Transaksi Saham

Investasi di saham tidak hanya beli dan jual saham tetapi juga memperhatikan faktor psikologi.

oleh Agustina Melani diperbarui 07 Nov 2021, 06:00 WIB
Pekerja tengah melintas di bawah papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Perdagangan bursa saham 2017 ditutup pada level 6.355,65 poin. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Investasi di saham bukan hanya sekadar jual dan beli saja. Namun, ada sejumlah hal yang diperhatikan untuk dianalisis termasuk fundamental dan teknikal. Bukan hanya itu, faktor psikologi dan mental juga penting ketika masuk ke investasi saham.

CEO Komunitas Para Pencari Cuan (PPC) Om Ben pun termasuk salah satu trader yang memilih saham dengan volatilitas tinggi. Ia pun membagikan pengalamannya bagaimana menghadapi faktor psikologis saat trading saham. Hal ini mengingat saham yang dipilih saat bertransaksi memiliki volatilitas tinggi.

Hal pertama yang diingatkan Ben yaitu untuk mengenal dan mengetahui profil risiko sehingga bisa hadapi risiko yang didapatkan terutama ketika memilih saham volatilitas tinggi. Untuk menghadapi faktor psikologis saat trading saham menurut Ben adalah karena akibat bukan sebab.

Hal itu dilakukan dengan disiplin melalui manajemen risiko. Ben menuturkan, dengan faktor psikologi yang positif sehingga lebih tenang untuk menganalisis saham. Dengan demikian dapat mengambil keputusan memilih saham lebih baik.

"Psikologi yang kuat itu akibat bukan karena sebab. Akibat disiplin, psikologis tetap waras punya management money yang bagus dan disiplin," ujar dia saat acara diskusi virtual yang digelar Indonesia Investment Education, ditulis Minggu (7/11/2021).

Ia memilih melakukan money management agar tidak fear of missing out (FOMO) atau takut ketinggalan karena harga yang terus naik. FOMO itu memaksa investor membeli pada harga yang sangat tinggi karena takut ketinggalan.

"Dari pada sekadar FOMO, saya selalu bilang dalam market bagaimana kita ke depankan manajemen risiko. Lebih baik analisis sehingga bisa clear, tenang dan konsisten," tutur dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Buat Trading Plan

Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpampang di Jakarta, Kamis (10/10/2019). Dari 10 sektor pembentuk IHSG, lima sektor saham berada di zona merah. Pelemahan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ia mengatakan, salah satu yang sulit dicari di pasar saham adalah konsistensi. Oleh karena itu, ia mengingatkan untuk membuat trading plan. Hal ini juga bisa menjadi panduan untuk evaluasi ketika masuk ke saham.

"Sistem trading harus kita lakukan. Bikin trading plan, kalau gagal kita evaluasi, kalau berhasil evaluasi bisa dipakai. Dengan sistem trading yang kuat tidak kemakan pompom, hasilnya profit konsisten," ujar dia.

Ia pun mengimbau agar mengetahui profil risiko dari investasi termasuk di saham. Selain itu, menerapkan kedisiplinan dan money management.

"Supaya tidak kena pompom. Kita tidak bisa hindari orang mau ngomong apa. Kita belajar, jadi trader yang cerdas. Mengerti beli dan jual saham karena apa," tutur dia.

Selain itu, ia juga mengingatkan untuk terus belajar mengingat pasar modal yang dinamis. "Tiap hari belajar. Market ini dinamis, market sekarang tak sama seperti tahun lalu. Pergerakan beda-beda, tiap hari belajar," ujar dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya