Liputan6.com, Baghdad - Sebuah pesawat tak berawak yang sarat dengan bahan peledak menargetkan kediaman Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi di Baghdad pada Minggu pagi (7/11) dalam apa yang disebut militer Irak sebagai percobaan pembunuhan, tetapi mengatakan Kadhimi lolos tanpa cedera.
Serangan itu, yang menurut sumber keamanan melukai beberapa anggota perlindungan pribadi Kadhimi, terjadi setelah protes di ibukota Irak atas hasil pemilihan umum bulan lalu berubah menjadi kekerasan. Demikian dikutip dari laman Channel News Asia, Minggu (7/11/2021).
Advertisement
Amerika Serikat mengutuk serangan pesawat tak berawak, yang dicirikan sebagai "tindakan terorisme yang nyata".
"Kami lega mengetahui bahwa perdana menteri tidak terluka. Tindakan terorisme yang nyata ini, yang kami kutuk keras, diarahkan ke jantung negara bagian Irak," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price.
"Kami berhubungan erat dengan pasukan keamanan Irak yang bertugas menegakkan kedaulatan dan kemerdekaan Irak dan telah menawarkan bantuan kami saat mereka menyelidiki serangan ini," tambahnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Protes Hasil Pemilu
Kelompok-kelompok yang memimpin protes dan keluhan tentang hasil pemungutan suara 10 Oktober adalah milisi bersenjata yang didukung Iran yang kehilangan banyak kekuasaan parlementer mereka dalam pemilihan.
Mereka menuduh ada kecurangan dalam pemungutan suara dan penghitungan suara.
Tidak ada kelompok yang segera mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap kediaman Kadhimi di Zona Hijau berbenteng di Baghdad, yang menampung gedung-gedung pemerintah dan kedutaan asing.
Sebuah pernyataan dari militer Irak mengatakan bahwa serangan itu menargetkan kediaman Kadhimi dan dia dalam "kesehatan yang baik". Namun, tidak ada detail lebih lanjut.
Akun Twitter resmi Kadhimi mengatakan perdana menteri aman dan menyerukan ketenangan.
Advertisement