Liputan6.com, Jayapura - Peraih dua medali emas dan satu perak Paralimpiade Tokyo 2020 Leani Ratri Oktila berencana membangun fasilitas olahraga lengkap di Kota Solo, Jawa Tengah. Ratri bakal menjalankan mimpinya ini setelah gantung raket.
Ratri berniat mengikuti jejak legenda bulu tangkis Indonesia, seperti Taufik Hidayat, Candra Wijaya, Sony Dwi Kuncoro, yang membangun pusat olahraga dan pembinaan atlet usia dini usai pensiun sebagai atlet.
Advertisement
Menurut Ratri, gedung olahraga (GOR) itu akan berstandar internasional dan diutamakan bagi penyandang disabilitas.
Kendati lahir dan besar di Riau, Ratri memilih Solo karena melihat potensi atlet-atlet disabilitas banyak terdapat di kota yang terkenal dengan batik tulisnya itu. Ia ingin muncul lebih banyak lagi bibit atlet disabilitas yang mampu menciptakan prestasi jauh lebih baik dari dirinya.
Ratri juga menargetkan pusat olahraga itu bisa menjadi tempat pembinaan atlet usia dini dari penyandang disabilitas, terutama untuk cabang bulu tangkis. "Saya ingin ada sebuah pusat olahraga mengkhususkan diri bagi pengembangan bakat para penyandang disabilitas, terutama mereka yang berkursi roda," kata atlet kelahiran Bangkinang, Kampar, 6 Mei 1991 ini.
"Fasilitas bisa dibilang masih sangat sedikit. Kenapa tidak di Riau? Salah satunya karena di sana pemerintah setempat sudah menyiapkan bangunan serupa usai saya dari Paralimpiade Tokyo 2020," sambungnya pada konferensi pers di Media Center Kominfo Peparnas Papua, Minggu (7/11/2021).
Melawan Sahabat
Juara Asian Paragames 2018 ini akan turun di nomor tunggal putri klasifikasi SL4 pada Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) 2021 di Papua. Ratri mengincar sekeping emas untuk dibawa pulang ke Riau. Di nomor ini ia diperkirakan akan berjumpa dengan Khalimatus Sadiyah di final.
Khalimatus yang membela kontingen Jawa Timur adalah pasangannya ketika merebut emas di final ganda putri klasifikasi SL3-SU5 Paralimpiade Tokyo 2020. Mereka merupakan ganda putri terbaik dunia saat ini.
"Meskipun kami bersahabat di lapangan dan luar lapangan, ketika turun di nomor tunggal di Peparnas Papua, maka kami akan saling mengalahkan," kata pemilik tiga gelar juara dunia ini.
Advertisement
Setuju Pembatasan
Ratri juga sepakat dengan pola pembatasan atlet disabilitas berkelas internasional hanya boleh main di satu nomor. Lantaran ini sebagai bentuk regenerasi dan memberi kesempatan atlet-atlet lain untuk merebut prestasi.