Wajah Ceria Para Lansia di Panti Wreda

Sejumlah lansia sengaja memilih tinggal di panti wreda.

oleh Komarudin diperbarui 08 Nov 2021, 14:44 WIB
Andreas Susanto salah satu penghuni panti werda di kawasan Cibubur, Jakarta Timur (dok.Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Senyum mengembang di wajah Andreas Susanto. Lansia berusia 77 tahun tampak menikmati kehidupan barunya di Sasana Wreda RIA Pembangunan, Cibubur, Jakarta Timur.

"Anak-anak sudah pada nikah. Jadi, saya sendiri di rumah. Nggak ada kegiatan apa-apa boring. Masuk ke sini atas inisiatif saya, karena di sini banyak kegiatan, ada teman ngobrol," ujar Andreas dikutip dari kanal News Liputan6.com, Senin (8/11/2021).

Di sana, Andreas rutin berolahraga. Selain itu, ia juga suka mengobrol dengan orang-orang seusianya. Ia bahkan tampak bercanda dengan teman lansia.

"Kalau bicara dengan anak muda, saya nggak nyambung. Kalian sudah digital, saya masih analog," tutur Andreas tergelak.

Sambil berolahraga, ia tampak senang dipotret oleh lansia yang lain. Ia menyebut lelaki itu yang bernama Suryo sebagai teman ledek-ledekan.

"Dia orang Indramayu," jelas Suryo. Mereka kemudia tertawa, meski wajah ditutup masker.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pulang Jika Tak Betah

Anggraeni, salah seorang penghuni panti jompo di kawasan Cibubur, Jakarta Timur (dok.Liputan6.com)

Pilihan untuk tinggal di panti wreda juga disampaikan oleh Anggraeni yang baru tiba di panti tersebut. Diantar oleh salah seorang putranya, Waskito Tirnanto, nenek berusia 83 tahun itu tampak sibuk membereskan barang bawaannya.

Perempuan berhijab biru itu mengatakan anak-anaknya mencari nafkah dengan bekerja di luar rumah. Keputusan untuk tinggal di panti sempat ditolak anaknya.

"Awalnya, anakku tidak mengizinkan, tapi aku minta diizinin. Aku mau cobain dulu, syukur-syukur kalau betah, aku terus. Kalau enggak betah, pasti balik ke rumah anakku," ungkap Anggraeni.

Ia mengatakan sampai sekarang pun sebenarnya anaknya tak membolehkan tinggal di panti. Namun, karena keinginan tersebut kehendak Anggraeni, mereka menyetujuinya.

"Jadi, ya mereka juga ingin kemauan ibunya itu dituruti, biar senang," tutur Anggraeni. 


Keinginan Sendiri

Kepala Badan Pelaksana, Sasana Tresna Werdha RIA Pembangunan, Ibnu Abbas (dok.Liputan6.com)

Kepala Badan Pelaksana, Sasana Tresna Werdha RIA Pembangunan, Ibnu Abbas menekankan, konsep perekrutan pihaknya adalah atas dasar keinginan dari lansia itu sendiri di mana mereka untuk berada di panti. Dia menilai, lansia memiliki hak menentukan di mana mereka tinggal, termasuk menjalani kehidupan mereka.

Ibnu menjelaskan, tidak sedikit lansia yang ditolak masuk ke STW RIA Pembangunan, karena dianggap bukan keinginannya sendiri untuk berada di tempat yang didirikan pada 14 Maret 1984 itu. Bagi Ibnu, keluarga yang mendatangi panti werdha atau panti jompo sebetulnya sedang mencari pertolongan. Jadi, pihaknya selalu berusaha menawarkan solusi lain kepada pihak keluarga walaupun tidak bisa dirawat di STW RIA Pembangunan.

Orang tua lansia kerap memiliki masalah kesehatan maupun sosial. Semakin tua, terjadi kemunduran-kemunduran sehingga perilakunya menjadi lebih curiga dan lebih sensitif sampai terjadi konflik dengan anak, cucu, dan lingkungan.

Kasus lansia kembali jadi perbincangan hangat publik usai Trimah, perempuan berusia 65 tahun dititipkan oleh ketiga anaknya di Griya Lansia Husnul Khatimah, sebuah panti jompo di Kabupaten Malang, Jawa Timur, baru-baru ini. Ia mengikuti kehendak anak-anaknya, kendati kecewa.


INFOGRAFIS: Lansia dan Panti Jompo di Indonesia

INFOGRAFIS: Lansia dan Panti Jompo di Indonesia (Ilustrasi: Tri Yasni/Liputan6.com)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya