Liputan6.com, Jakarta - Manajemen Pelaksana Kartu Prakerja melaporkan, sebanyak 49 persen dari 40 persen penerima program Kartu Prakerja yang bekerja merupakan wirausahawan. Sementara itu, 60 persen penerima Kartu Prakerja yang pengangguran, sekitar 14 persen kini telah bekerja sebagai entrepreuner atau pelaku wirausaha.
"Hasil survei evaluasi pada penerima Kartu Prakerja mencatat bahwa 72 persen penerima Kartu Prakerja memanfaatkan insentif yang diterimanya sebagai modal usaha," jelas Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari dalam keterangan tertulis, Senin (8/11/2021).
Denni merinci, pemanfaatan insentif untuk modal usaha itu detilnya 79 persen untuk membeli bahan produksi, 76 persen membeli barang untuk dijual kembali, 68 persen untuk membeli alat produksi, 68 persen digunakan untuk membiayai operasional usaha, 64 persen untuk menambah jenis produk/jasa (diversifikasi), dan 58 persen dipakai untuk Beralih menjual produk/jasa lain.
Berdasarkan data per awal November 2021, dengan anggaran Rp 41,2 trilliun pada 2020 dan 2021, penerima SK peserta program Kartu Prakerja mencapai 12.007.516 orang dengan penerima efektif sebanyak 11.409.032 orang.
Hanya 4,7 persen peserta dalam SK yang dicabut kepesertaannya karena tak kunjung mengambil pelatihan dalam waktu satu bulan sejak dinyatakan sebagai penerima.
Dari angka itu, total 96,7 persen dari penerima program Kartu Prakerja efektif dinyatakan selesai pelatihan dan 99 persen di antara mereka yang menyelesaikan pelatihan mendapatkan insentif.
Baca Juga
Advertisement
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
498 Pelatihan
Deputi Kepala Staf Kepresidenan 2015-2020 ini pun membeberkan jenis-jenis pelatihan dari 498 total pelatihan yang dihadirkan oleh 169 lembaga pelatihan di ekosistem Kartu Prakerja.
“Contoh pelatihan Prakerja yang relevan untuk berwirausaha antara lain, Menyusun Model Bisnis untuk Memulai Bisnis sebagai Pemilik Usaha, Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis bagi Tenaga Penjual Ritel, Mengembangkan Komunikasi Efektif, Belajar Teknik Melakukan Riset Produk, Perencanaan Stok hingga Pemasaran Produk Melalui Marketplace & Media Sosial untuk menjadi Pengusaha Toko Online, serta Menyusun Strategi Pemasaran Digital untuk Spesialis Periklanan (Digital Marketing)," paparnya.
Advertisement