Hari Pahlawan, Saatnya Merenungi Falsafah 'Si Tou Timou Tumou Tou' Sam Ratulangi

Sam Ratulangi merupakan cendekia asal Minahasa yang punya falsafah hidup 'si tou timou tumou tou', yang artinya manusia hidup untuk menghidupkan manusia lain.

oleh Yoseph Ikanubun diperbarui 10 Nov 2021, 06:00 WIB
Rektor Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado Ellen Joan Kumaat meresmikan Wale Sam Ratulangi di salah satu sudut kampus tersebut.

Liputan6.com, Manado - Rektor Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado Ellen Joan Kumaat meresmikan Wale Sam Ratulangi di salah satu sudut kampus tersebut. Hal itu merupakan salah satu upaya untuk melestarikan pemikiran sang Pahlawan Nasional yang bernama lengkap Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi.

“Merupakan suatu kehormatan bagi kami komunitas akademik Universitas Sam Ratulangi untuk bisa meresmikan Wale Sam Ratulangi di tengah momentum ulang tokoh besar Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi,” ujar Ellen di Kampus Unsrat Manado, Jumat (5/11/2021).

Ellen memaparkan, Sam Ratulangi terkenal dengan falsafah hidupnya dalam bahasa Minahasa, si tou timou tumou tou yang artinya manusia hidup untuk menghidupkan manusia lain. Falsafah itu juga yang telah menjuwai menjiwai penyelenggaraan Tridharma di kampus Unsrat Manado.

“Kita semua baru dapat disebut sebagai manusia, jika sudah dapat memanusiakan orang lain,” papar Ellen.

Rektor mengatakan, pihaknya tidak sekadar meminjam dan mencantumkan nama semata. Namun lebih jauh lagi, mewarisi nilai-nilai yang terkandung dalam filosofi hidup Sam Ratulangi yakni mengarahkan kehidupan yang berproses secara terus-menerus mencapai kehidupan yang semakin berkualitas.

“Makna si tou timou menunjukkan manusia yang tidak statis, tetapi terus berkembang. Makna lainnya adalah kesetaraan dalam hal apapun termasuk etnis dan gender,” ujar Ellen.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Makna 'Tumou Tou'

Selanjutnya makna tumou tou atau 'menjadi orang' menunjukkan manusia yang seutuhnya atau berintegritas. Bukan boneka yang bisa dikendalikan atau mudah terhanyut oleh arus-arus yang tidak jelas.

“Kedepan Wale Sam Ratulangi akan terus dimanfaatkan untuk saling membangun dan saling menghargai sebagai bentuk kristalisasi nilai-nilai yang bersumber dari budaya dan pengalaman sejarah Tou Minahasa, yang penuh toleransi dan terbuka terhadap berbagai perubahan positif,” papar Kumaat.

Hadir dalam peresmian itu salah satu cucu Sam Ratulangi, Thor Sutan Assin. Dalam sambutannya, dia mengatakan, filosofi si tou timou tumou tou menjadi fondasi dari kehidupan untuk manusia. Dia juga menyampaikan terima kasih atas segala peringatan hari ulang tahun Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi, dan juga di abadikan di universitas tersebut.

“Keberadaan gedung ini bisa meneruskan dan membawa spirit Opa Sam (kakek Sam Ratulangi) bagi kita semua dalam meneruskan cita-cita memanusiakan manusia lain, bagi seluruh masyarakat Sulut dan juga Indonesia guna mencerdaskan anak bangsa,” ujarnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya