Liputan6.com, Jakarta Hari Pahlawan 2021 selalu diperingati pada tanggal 10 November setiap tahunnya. Momen ini sekaligus untuk memperingati saat Indonesia menghadapi pertempuran besar pada 10 November 1945 di Surabaya.
Menurut pedoman Hari Pahlawan Nasional yang dikutip Liputan6.com, terjadi pertempuran besar antara tentara Indonesia dan pasukan Inggris pada 10 November 1945 silam. Pertempuran di Surabaya merupakan pertempuran yang pertama kali pecah pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Advertisement
Pertempuran ini menjadi salah satu yang terberat dan terbesar sepanjang sejarah revolusi nasional sehingga dijadikan simbol perlawanan bangsa. Pada momen peringatan Hari Pahlawan, rakyat Indonesia umumnya mengenang para pejuang yang membebaskan negara dari penjajah.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), pahlawan diartikan sebagai orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani. Meski demikian, belakangan, makna pahlawan di masyarakat berkembang lebih luas. Tidak hanya diperuntukkan bagi mereka yang memanggul senjata di pertempuran, tapi juga atlet-atlet yang mengharumkan nama bangsa.
Para atlet Indonesia yang berlaga di ajang internasional bergengsi memikul nama bangsa di pundaknya. Tak heran jika segala pencapaian yang mereka ukir akan menjadi tambahan prestasi pula buat Indonesia. Berikut merupakan sederet atlet yang layak disebut sebagai pahlawan olahraga Tanah Air.
[ Baca Juga: Artis Indonesia Berdarah Pahlawan ]
Tiga Srikandi
Tiga Srikandi yang terdiri atas Nurfitriyana Saiman, Kusuma Wardhani, dan Lilies Handayani, menjadi atlet Indonesia yang layak disebut pahlawan. Pasalnya, setelah melakoni tujuh edisi Olimpiade, penantian medali Indonesia berhasil diakhiri oleh ketiganya di Seoul pada 1988.
Berkompetisi di cabor panahan nomor tim putri, 3 Srikandi membawa kontingen Garuda merebut medali perak. Momen keberhasilan mereka lantas menjadi bukti kapabilitas atlet Tanah Air untuk bersaing di kancah internasional.
Adapun, 3 Srikandi kala itu mengantongi keunggulan satu angka atas Uni Soviet pada putaran terakhir. Catatan ini membuat Indonesia menempati peringkat dua bersama Amerika Serikat, di bawah atlet tuan rumah yang tampil dominan.
Dalam pertandingan terakhir, 3 Srikandi akhirnya mengalahkan AS 72-67 sehingga resmi membawa pulang perak sekaligus medali pertama bagi Indonesia sepanjang sejarah Olimpiade
Advertisement
Susy Susanti
Susy Susanti merupakan salah satu pemain nomor tunggal putri terbaik yang pernah dimiliki Tanah Air. Mulai bermain bulu tangkis sejak kecil, puncak karier Susy terjadi ketika dirinya menyabet medali emas di Olimpiade Barcelona 1992 usai mengalahkan tunggal putri Korea Bang Soo-hyun di babak final.
Pencapaian tersebut membuat Susy menjadi atlet Indonesia pertama yang menyumbangkan medali emas Olimpiade. Adapun, cabor bulu tangkis baru pertama kali melakukan debutnya di Olimpiade 1992. Setelahnya, Susy kembali mencatatkan prestasi dengan membawa pulang medali perunggu di Olimpiade Atlanta pada 1996.
Chris John
Chris John merupakan salah satu legenda tinju Tanah Air. Nama Chris John kian dikenal usai dirinya menjadi juara kelas bulu (featherweight) WBA. Ia tercatat berhasil mempertahankan gelar juara kelas bulu WBA sebanyak 18 kali.
Peluang emas bagi Chris John dan bangsa Indonesia datang ketika sang legenda berkesempatan menantang Oscar Leon dari Kolombia pada 26 September 2003 di Bali. Chris John menang angka tipis (split decision) dan dinyatakan berhak menyandang gelar juara dunia WBA sementara (interim title).
Tak lama, WBA menghibahkan gelar juara definitif kepada Chris John, saat sang juara bertahan Derrick Gainer dari Amerika Serikat kalah angka dari Juan Manuel Marquez.
Kala itu, sesuai peraturan badan tinju WBA, Marquez dinyatakan sebagai juara super alias Super Champion WBA karena berhasil menyatukan dua gelar , yakni WBA dan IBF. Sementara itu, Chris John dinobatkan sebagai juara reguler.
Advertisement
Greysia Polii dan Apriyani Rahayu
Kesuksesan Greysia Polii dan Apriyani Rahayu di Olimpiade Tokyo 2020 masih segar di ingatan masyarakat Indonesia. Keduanya sukses menyumbangkan medali emas bagi kontingen Tanah Air usai meraih kemenangan di nomor ganda putri.
Berlaga di Musashino Forest Plaza Tokyo, Greysia Polii / Apriyani Rahayu mengalahkan pasangan Tiongkok Chen Qing Chen/Jia Yi Fan dengan straight game 21-19 dan 21-15. Berkat keduanya, Indonesia berhasil menjaga tradisi emas cabor badminton di ajang Olimpiade, walau sempat nihil di edisi London 2012.
Tak hanya itu, kemenangan Greysia / Apriyani juga mencatatkan sejarah baru bagi bulu tangkis Tanah Air. Pasalnya, pasangan tersebut menjadi ganda putri pertama yang berhasil mengibarkan Merah Putih di Olimpiade.
Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan
Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan merupakan legenda bulu tangkis Indonesia yang masih aktif hingga saat ini. Meski telah memasuki usia rawan pensiun, pasangan yang dijuliki The Daddies ini masih bertengger pada peringkat dua dunia di nomor ganda putra.
Sejumlah prestasi sukses ditorehkan Ahsan / Hendra sebagai pasangan. Pada 2019 lalu, keduanya keluar sebagai juara BWF World Tour Finals 2019 di Guangzhou, China, usai menekuk ganda putra Jepang Hiroyuki Endo / Yuta Watanabe.
Pada tahun yang sama, mereka juga berhasil memenangkan All England pasca mengalahkan pasangan Malaysia Aaron Chia / Soh Wooi Yik, dan menyabet medali emas Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis lewat pertarungan melawan Takuro Hoki / Yugo Kobayashi asal Jepang.
Terbaru, The Daddies juga terdaftar sebagai skuad Thomas Indonesia yang membantu memulangkan Piala Thomas ke Tanah Air setelah 19 tahun. Keduanya sempat bertanding sebagai pasangan pada babak penyisihan grup ketika melawan Aljazair.
Selanjutnya, Ahsan sempat dipasangkan dengan pemain muda Daniel Marthin ketika berhadapan dengan China Taipei. Adapun, Hendra Setiawan kala itu memegang kepercayaan sebagai kapten tim Thomas Indonesia.
Advertisement