Kunci Restrukturisasi Garuda Indonesia Ada di Tangan Kreditor

Wamen BUMN mengingatkan jika nasib Garuda Indonesia bukan hanya pada pemegang saham semata.

oleh Arief Rahman H diperbarui 09 Nov 2021, 17:53 WIB
Desain masker baru pesawat Garuda Indonesia pada armada B737-800 NG (dok: GIA)

Liputan6.com, Jakarta Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo menegaskan jika kunci sukses restrukturisasi Garuda Indonesia ada pada persetujuan kreditor. Ini bagian dari upaya menyelamatkan maskapai pelat merah tersebut yang secara bersama dilakukan melalui negosiasi.

“Jadi kita harus lakukan negosiasi untuk mengurangi jumlah utang, atau istilah perbankan-nya haircut. Untuk bisa mengurangi jumlah utang dari USD 9,7 miliar sampai ke USD 2,6 miliar,” kata Kartika Wirjoatmodjo dalam RDP dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (9/11/2021).

Dia menekankan jika persetujuan kreditor jadi kunci utama suksesnya restrukturisasi di tubuh Garuda Indonesia. 

Di mana ditegaskan jika nasib Garuda Indonesia bukan hanya pada pemegang saham semata. “Ini penting karena tanpa persetujuan, tidak mungkin pemegang saham bisa bergerak, nasib Garuda Indonesia ini bukan hanya di tangan pemegang sahamnya,” katanya.

Saat ini proses negosiasi dengan para kreditur Garuda Indonesia dikatakan masih terus dilakukan. Para kreditor dinilai harus menyadari bahwa tanpa ada signifikan haircut, tidak akan viable balanced.

"Kami sedang berdiskusi secara aktif sebulan dua bulan terakhir dengan para lessor dengan para bank termasuk himbara, dan Pertamina juga, bahwa memang para kreditur ini harus mengakui bahwa kondisi garuda sekarang dan menerima bahwa harus ada pengurangan utang yang signifikan,” tegas dia.

 


Tekan Biaya

Desain masker baru pesawat Garuda Indonesia pada armada B737-800 NG (dok: GIA)

Wamen Tiko mengatakan dengan langkah negosiasi kepada para lessor mampu menekan biaya signifikan. Namun, yang jadi kendala saat ini yakni banyaknya lessor yang perlu diajak negosiasi.

“Harapannya negosiasi ini bisa tekan biaya leasing hingga 50-60 persen. dan lessor ini cukup banyak ada 32 lessor yang harus dinegosiasi,” ujar dia.

Dari 32 lessor ini perlu negosiasi yang berbeda-beda. Pasalnya, setiap lessor memiliki masing-masing penyewaan pesawat yang berbeda. Jadi, negosiasi harus dilakukan satu per satu.

“Masing-masing lessor punya solusi yang berbeda-beda. Ini kami kesulitan dengan adanya 32 lessor dengan pesawat yang berbeda-beda jadi harus gunakan strategi yang juga berbeda-beda” katanya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya