Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) bekerja sama dengan Kedutaan Besar di Riyadh, Arab Saudi menggelar webinar Indonesia - Saudi Arabia Trade Logistic Strategy in the Era of Logistic 4.0 pada Selasa (9/11/2021).
Webinar itu diharapkan dapat memberikan saran, dan pengetahuan baru tentang kerja sama di sektor logistik antara Indonesia dan Arab Saudi.
Advertisement
"Alhamdulillah, sebelum adanya COVID-19 yaitu tahun 2020, tren volume perdagangan kita (Indonesia) meningkat hingga 2,3 persen, sebagian besar produk Indonesia yang diekspor ke Arab Saudi didominasi oleh produk kelapa sawit," kata Duta Besar RI untuk Arab Saudi Arief Hidayat dalam webinar tersebut, Selasa (9/11/2021).
Dalam sambutannya, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan menyampaikan bahwa Indonesia cukup menghadapi tantangan yang cukup besar dalam sektor logistik, karena wilayahnya yang terdiri lebih dari 17.000 pulau, dan 270 juta penduduk.
"Webinar ini merupakan salah satu tindak lanjut dari rencana kerjasama Indonesia-Arab Saudi di bidang logistik dan perdagangan yang telah kami lakukan antara pemerintah kedua negara," tutur Eko.
"Inilah saat yang paling tepat bagi kita bersama untuk bisa bangkit kembali setelah dua tahun mengalami krisis ekonomi akibat pandemi internasional," ujarnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pasar Arab Saudi
General Manager Logistex SBT, yakni Dudi Hermanto, membeberkan alasan pentingnya pasar Arab Saudi bagi Indonesia dalam melakukan perdagangan internasional. Pertama, dengan banyaknya jumlah jemaah dari Indonesia untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah di Arab Saudi.
Kemudian yang kedua, yaitu pasar Arab Saudi merupakan pintu masuk GCC (jumlah negara GCC dan populasi) ditambah lagi dengan banyaknya jumlah ekspatriat yaitu lebih dari 10 juta, kehadiran organisasi internasional di Arab Saudi (OIC dan IsDB).
Adapun tantangan yang dihadapi e-commerce Indonesia di pasar Arab Saudi.
“Belum ada infrastruktur untuk mendukung e-commerce kita, yang mengakibatkan biaya tinggi dan keterlambatan pengiriman," ungkap Dudi.
"Kemudian terkait promosi/marketing,e-commerce Indonesia masih fokus pada pasar domestik, juga tingginya biaya promosi dan marketing untuk mencapai pasar ekspor, yang jauh dari budget UMKM serta pengetahuan mereka," paparnya.
Advertisement