Pelajaran COVID-19 dari Singapura, Vaksinasi Telah 80 Persen Tapi Kasus Melonjak

Singapura mulai hidup normal secara bertahap di pandemi COVID-19.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 09 Nov 2021, 23:54 WIB
Seorang pengunjung, yang mengenakan masker pelindung di tengah kekhawatiran tentang penyebaran Virus Corona COVID-19, berjalan di sepanjang Merlion Park di Singapura pada 17 Februari 2020. (Roslan RAHMAN / AFP)

Liputan6.com, Singapura - Pada September 2021, tingkat vaksinasi Singapura telah tembus 80 persen. Saat itu, tingkat vaksinasi di Singapura melebihi Uni Eropa (65 persen) dan Amerika Serikat (55 persen). Pemerintah Singapura lantas memutuskan untuk melonggarkan aturan COVID-19.

Singapura juga memutuskan "hidup bersama COVID-19". Kebijakan ini diambil secara bertahap. Namun, kasus positif di Singapura malah melonjak.

Menurut laporan Fortune, kasus Singapura menembus 1.647 kasus per hari di akhir September. Namun, angka kematian tidak ikut melonjak.

Setengah dari kasus baru di Singapura sudah mendapatkan vaksin. Pakar kesehatan menilai pandemi di Singapura mulai menjadi endemi.

Fortune menyebut Singapura yang memilih membuka diri, kasus positif melonjak, tapi angka kematian tetap rendah, dinilai bisa menjadi contoh ketimbang negara yang memilih kebijakan nol kasus COVID-19.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Hidup dengan COVID-19

Orang-orang mengunjungi OCBC Skywalk Supertree Grove pada hari pertama pembukaan kembali lokasi wisata tersebut di Gardens by the Bay Singapura pada 7 September 2020. (Xinhua/Then Chih Wey)

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Singapura pada 8 November 2021, kasus harian COVID-19 di Singapura mencapai 2.470 kasus. Namun, ada 3.216 kasus yang pulih.

Mayoritas kasus COVID-19 di Singapura tidaklah bergejala atau memiliki gejala ringan.

Pada Mei 2021, Perdana Menteri Lee Hsien Loong mengungkap rencananya untuk hidup dengan COVID-19 ketimbang terus menarget agar kasus COVID-19 di Singapura bisa mencapai nol.

"Tujuan kita adalah menjaga masyarakat secara kseluruhan agar aman sembari menerima bahwa beberapa orang mungkin bisa terinfeksi," ujar PM Loong.

Pada Juni-Juli, Singapura akhirnya mulai melonggarkan aturan tempat makan, tempat kerja, dan tempat hiburan. Di Agustus, bisnis-bisnis boleh beroperasi dengan kapasitas hampir penuh.

Kasus COVID-19 Singapura pada Juli-Agustus pun naik. Di akhir September, negaa itu akhirnya kembali menerapkan beberapa aturan jaga jarak. Akan tetapi, Singapura tidak kembali lockdown.

 


Aturan Terkini

Orang-orang berjalan melewati dekorasi lampu Natal di luar pusat perbelanjaan di sepanjang kawasan Orchard road di Singapura, Selasa (8/12/2020). Mengusung tema Love This Christmas, acara tahun ini lebih sunyi karena aktivitas jalanan dibatasi di tengah pandemi Covid-19. (ROSLAN RAHMAN / AFP)

Menurut aturan Kemenkes Singapura per Oktober 2021, Singapura mengizinkan seribu orang untuk hadir di acara seperti live music jika sudah divaksinasi. Bioskop dan gym juga boleh buka dengan syarat vaksinasi.

Kelas tatap muka boleh dihadiri hingga 50 orang. Meski demikian, pemerintah Singapura masih mendukung kelas online.

Tempat makan juga tetap dibatasi, yakni 2 orang per grup. Begitu pula acara kumpul-kumpul masih dibatasi.

Meski kasus COVID-19 di Singapura sedang melonja karena varian Delta, kematian akibat corona bisa dijegal, alhasil transisi dari pandemi bisa terus berjalan. 

"Seluruh dunia akan bertransisi karena (COVID-19) menjadi endemi," ucap Ashley St. John, pakar imun dari sekolah kedokteran Duke-NUS di Singapura.

"Tidaklah mungkin untuk mengeliminasinya segera, tetapi kita sekarang memiliki perangkat untuk mengatasinya, termasuk vaksin yang berfungsi," ujarnya.


Infografis COVID-19:

Infografis Hati-Hati Gelombang Ketiga Covid-19 Mengintai Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya