11 November 1992: Gereja Inggris Resmi Punya Imam Perempuan

Gereja Inggris akhirnya menyetujui perempuan menjadi imam, meskipun banyak mengalami perdebatan.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Nov 2021, 06:00 WIB
Ilustrasi gereja. (Photo by Brandon Morgan on Unsplash)

Liputan6.com, London - Pada hari ini di tahun 1992, wanita yang memperjuangkan hak untuk menjadi imam Anglikan merayakan kemenangan tipis.

Setelah debat selama lima setengah jam, Sinode Umum parlemen Gereja Inggris mengesahkan undang-undang kontroversial dengan selisih hanya dua suara. Ketika keputusan itu diumumkan, ada adegan gembira di antara para pendukung di luar Church House di Westminster, London.

Uskup Agung Canterbury, Dr George Carey, yang telah mendukung proposal tersebut mengatakan dia menyadari bahwa hasilnya tidak akan menyenangkan semua orang.

"Apa yang mengikat kita bersama dalam kasih Tuhan sebagai Gereja jauh lebih penting daripada perselisihan tentang penahbisan wanita," kata Dr Carey.

Namun, Pendeta Peter Geldard, yang menentang para imam wanita, memperingatkan keputusan itu akan "mengadu keuskupan dengan keuskupan, paroki melawan paroki dan umat paroki melawan umat paroki”, seperti yang dikutip dari BBC, Kamis (11/11/2021).

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Banyak Pihak yang Tidak Setuju

Biarawati asal Perancis yang berusia 116 tahun dinyatakan sembuh dari Corona. Ini kisahnya. | ilustrasi: pexels.com/@mathieu-acker-1282499

Gereja Inggris saat ini mengizinkan wanita untuk melayani sebagai diakon, di mana mereka dapat melakukan pembaptisan, pernikahan, dan penguburan. Namun, mereka tidak diperbolehkan untuk memberikan komuni atau mengelola sakramen lainnya.

Isu tentang penahbisan perempuan sebagai imam telah memecah belah Gereja sejak pertama kali diperdebatkan 17 tahun lalu. Para imam dan uskup tradisionalis telah mengancam akan mengundurkan diri karena masalah ini.

Lebih dari 1.000 imam diperkirakan akan pergi dalam beberapa tahun ke depan dan sebuah kelompok oposisi, Cost of Conscience, berencana untuk membentuk kelompok-kelompok yang memisahkan diri.

Salah satu penentang terkemuka para imam wanita adalah menteri pemerintah Ann Widdecombe yang baru-baru ini meninggalkan Gereja Inggris.

Ann menuduh Gereja mempromosikan kebenaran politik di atas ajaran Kitab Suci yang sangat jelas, dia mengatakan sedang mempertimbangkan untuk menjadi seorang Katolik Roma.

Sekitar 1.400 diakon wanita sedang menunggu untuk ditahbiskan menjadi imam. Penahbisan perempuan diperkirakan tidak akan berlangsung setidaknya selama satu tahun karena perubahan tersebut harus disetujui terlebih dahulu oleh parlemen.

 

Reporter: Cindy Damara

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya