Liputan6.com, Jakarta - The Federal Reserve (Bank Sentral Amerika Serikat) menyebutkan bahwa krisis utang besar di sektor real estat China dapat meluas ke ekonomi global - termasuk AS.
Dalam laporan dua tahunannya tentang stabilitas keuangan, The Fed mengatakan bahwa krisis utang di sektor properti China yang sedang berlangsung dapat meningkatkan "tekanan keuangan di China, dan dapat semakin membebani pasar keuangan global, juga berdampak negatif pada Amerika Serikat," seperti dikutip dari laman CNN Business, Kamis (11/11/2021).
Advertisement
The Fed secara khusus merujuk pada krisis di Evergrande, pengembang properti China yang paling banyak memiliki hutang. Perusahaan ini adalah bagian dari daftar Global 500, yang berarti mereka juga merupakan salah satu bisnis terbesar di dunia berdasarkan pendapatan.
Perusahaan tersebut telah memicu kekhawatiran akan dampak ekonomi sejak September 2021, setelah memperingatkan bahwa ia dapat gagal membayar utangnya senilai lebih dari USD 300 miliar.
Beberapa pengembang real estate lainnya di China juga mulai mengalami masalah pelunasan utang.
"Meskipun otoritas China telah memperkenalkan langkah-langkah untuk mendinginkan pasar properti, ada risiko bahwa kerentanan finansial akan terus meningkat," kata The Fed.
Sekilas Soal Krisis Utang Evergrande
Saham di Hong Kong, New York dan pasar utama lainnya sebelumnya telah terombang-ambing oleh kekhawatiran penularan dampak ekonomi dari Evergrande dan perlambatan pertumbuhan China.
Kekhawatiran itu telah surut dalam beberapa pekan terakhir karena Evergrande berhasil menemukan cukup uang untuk memenuhi pembayaran utang internasional, termasuk mengumpulkan dana sekitar USD 144 juta selama beberapa hari terakhir dari penjualan saham kecil di perusahaan media HengTen Networks Group.
Tetapi, Evergrande masih akan menghadapi tagihan yang jauh lebih besar dalam beberapa bulan mendatang.
The People's Bank of China sebelumnya menyebut Evergrande telah salah mengelola bisnisnya, tetapi risiko terhadap sistem keuangan "dapat dikendalikan." Dan Wakil Perdana Menteri China Liu He telah menekankan bahwa risiko umumnya terkendali, terlepas dari apa yang dia sebut "masalah individu" di pasar properti.
Bulan lalu, pihak berwenang juga meminta perusahaan untuk membayar hutang mereka - dan menebus pembayaran pokok dan bunga obligasi luar negeri mereka, menurut pernyataan pemerintah China, meski perusahaan tidak merujuk secara spesifik perusahaan mana yang dimaksud.
Namun dalam beberapa minggu terakhir, banyak pengembang real estat di China telah mengungkapkan masalah arus kas mereka sendiri, meminta pemberi pinjaman lebih banyak waktu untuk pembayaran atau peringatan potensi default.
Diketahui bahwa sektor real estat — dan industri terkait — menyumbang sebanyak 30 persen dari PDB China.
Advertisement