Liputan6.com, Jakarta - Nama Ismail Marzuki jadi perbincangan di dunia maya bertepatan dengan Hari Pahlawan 10 November 2021. Bertepatan dengan hari istimewa tersebut, Google Doodle pun menampilkan wajah sang maestro musik Indonesia itu.
Ismail Marzuki merupakan salah seorang pahlawan nasional. Namanya ditetapkan sebagai pahlawan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertepatan dengan Hari Pahlawan 10 November 2004 di Istana Negara.
Baca Juga
Advertisement
Ia menikah dengan Eulis Zuraida. Ia mengenal Ismail pertama kali ketika lagunya berjudul 'O Sarinah' menjadi hits di radio.
Sang musisi meninggal pada 25 Mei 1958, Kampung Bali, Jakarta Pusat. Namanya kemudian diabadikan di Taman Ismail Marzuki, pusat kesenian yang berlokasi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, yang saat ini sedang direvitalisasi
Meski begitu, karya-karyanya tetap lestari. 'Panon Hideung', 'Aryati', 'Gugur Bunga', 'Melati di Tapal Batas', 'Halo, Halo Bandung', 'Indonesia Pusaka', adalah sederetan lagu yang dikenal luar. Dilansir dari berbagai sumber, berikut enam fakta unik Ismail Marzuki.
Nama Panggilan
Ismail Marzuki lahir di Kampung Kwitang, Jakarta Pusat, 11 Mei 1914. Di lingkungan keluarga maupun kerabat, ia sering dipanggil dengan sebutan Mail atau Maing.
Ayahnya Ismail Marzuki, Marzuki Saelan, sosok yang cukup disegani di kawasan Kwitang saat itu. Ia juga aktif di kelompok musik di tempat tinggalnya.
Suka Main di Sungai
Semasa anak-anak, ia suka bermain di Sungai Ciliwung. Bersama teman-temannya, ia bebas mandi, berenang, menyelam, dan terjun setiap hari di sungai yang lebar dengan airnya yang masih jernih dan dalam.
Seiring waktu berjalan, malah tak suka dengan mereka yang mandi atau berenang di sungai. Ia takut jika ada yang terbawa arus.
Belajar Ilmu Agama
Supaya mendapatkan ilmu agama Islam dan dapat memahami kitab suci Alquran dengan baik, sore harinya ia pergi belajar mengaji. Ia belajar mengaji di Madrasah Unwanul Fallah di Kwitang yang didirikan seorang ulama bernama Habib Ali Al Habsi.
Mahir Bahasa Belanda
Berbeda dengan anak seusianya, sejak kecil Ismail Marzuki hobi di bidang musik. Bakat musiknya ditopang dengan kemahirannya dalam berbahasa Belanda.
Kemerduan suara dan kemahirannya berbahasa Belanda membuat banyak orang Belanda memanggilnya Benjamin atau Ben. Bakat musik Ismail itu tak lepas dari pengaruh ayahnya, Marzuki Saelan, yang ikut aktif membentuk kelompok musik rebana di Kwitang.
Advertisement
Penjaga Toko
Ismail Marzuki sempat bekerja di sebuah toko. Pekerjaan tersebut diterimanya dengan bermodalkan ijazah MULO dan kehamirannya dalam bahasa Belanda dan Inggris.
Namun, tak lama bekerja di toko, ia mengundurkan diri. Ia lalu diterima di sebuah perusahaan di kawasan HOS Cokroaminoto, Menteng, sebagai kasir dengan gaji 30 gulden.
Penjual Alat Musik
Berbeda dengan pekerjaan sebelumnya, Ismail Marzuki kemudian bekerja di bidang musik, khususnya penjualan alat musik. Ia mampu meyakinkan calon pembelinya dan mendapat banyak komisi dari penjualan piano, radio, dan piringan hitam.
Ismail Marzuki juga dikenal sosok sangat alim dan tidak suka keluyuran. Ia tak hanya pintar bermain musik, tapi juga pintar mengaji Alquran.
Infografis Polemik Revitalisasi Taman Ismail Marzuki Jakarta
Advertisement