Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), Ririek Adriansyah membeberkan sejumlah motif dibalik rencana pencatatan saham anak usaha Perseroan, yakni PT Dayamitra Telekomunikasi alias Mitratel.
Aksi korporasi berupa penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) Mitratel akan berdampak positif bagi Telkom sebagai induk. Sejalan dengan rencana grup Telkom untuk meningkatkan value atau nilai perusahaan secara jangka panjang. Salah satunya dengan unlock bisnis tower.
"Dengan adanya penjualan tower ini maka secara tidak langsung juga meningkatkan harga saham induknya. Tower ini secara valuasi lebih tinggi dari telekomunikasi,” ungkap Ririek dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (10/11/2021).
Baca Juga
Advertisement
Ririek memaparkan, sebagai acuan perusahaan telekomunikasi dunia, bisnis tower dipisahkan dari bisnis telekomunikasi dengan sejumlah pertimbangan. Pertama, untuk meningkatkan efisiensi dan fokus bisnis di telko. Kedua valuasi bisnis tover yang lebih tinggi dari telko.
"Kira-kira kalau secara multiple EBITDA nya, bisnis tower hampir dua kali lipat dibandingkan telekomunikasi," sebut Ririek.
"Saat ini Telkom berada ada valuasi 5,4 kali. Jadi ketika bisnis tower di-unlock, maka harapannya Mitratel valuenya jadi terekspose lebih besar daripada saat ia berada di dalam Tekom tanpa di unlock. Dengan demikian valuasi Telkom Grup kita harapkan akan lebih besar,” imbuhnya.
Saham perusahaan tower di Indonesia diperdagangkan ada 10-13 kali EV per EBITDA. Di saat bersamaan, Mitratel didorong menjadi perusahaan tower terbesar di Indonesia dan direncanakan untuk IPO pada kuartal IV tahun ini.
"Dengan IPO, Mitratel diharapkan semakin menjadi yang terbaik di industri menara dan infrastruktur digital, menjadi lebih profesional, transparan, memperkuat struktur permodalan dan siap menyongsong tantangan masa depan 5G, edge computing, IoT, dan seterusnya,” kata Ririek.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Proses IPO
Ririek menuturkan, Mitratel telah memulai proses IPO sejak tahun lalu. Mulai dari persiapan dari sisi bisnis hingga perizinan kepada pemegang saham.
Sementara izin dari kementerian baru didapatkan pada Agustus 2021. Selain karena berdampak positif bagi valuasi perusahaan induk, IPO Mitratel juga akan memperkuat struktur permodalan perusahaan untuk mengembangkan bisnisnya.
"Ini akan memperkuat permodalan untuk mengembangkan bisnis lebih lanjut baik organik maupun anorganik," kata Ririek.
Saat ini perusahaan tengah menantikan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bisa didapatkan pada 12 November 2021, sehingga perusahaan menargetkan akan melakukan penawaran umum pada 16-18 November mendatang.
"Kemudian 19 November akan ada alokasi final, terakhir proses ini akan ditutup secara resmi masuk listing di bursa menggunakan kode saham MTEL. Ini kita harapkan dapat dilakukan 22 November tahun ini," ujar dia.
Mitratel akan melepas 25.540.000.000 saham atau setara dengan 29,85 persen dari total saham yang dicatatkan, dengan harga berkisar Rp 775- Rp 975 per saham.
Sebelumnya, Liputan6.com telah mengkonfirmasi mengenai harga IPO Mitratel yang ditetapkan sebesar Rp 800 per lembar saham. Dengan demikian, Mitratel berpotensi meraup dana Rp 20,43 triliun dari IPO. Target perolehan dana IPO tersebut termasuk salah satu yang terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Advertisement