Investasi Kesehatan Diprediksi Akan Jadi Prioritas Masa Depan Dunia Kerja

Tuntutan perubahan akibat pandemi mengharuskan pelaku usaha menerapkan strategi operasi dengan cara kerja baru agar bisnisnya tetap bertahan.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Nov 2021, 12:41 WIB
Webinar Tren Masa Depan Dunia Kerja dan K3 Usai Pandemi yang digelar International Labour Organization (ILO) bersama Katadata, Rabu (10/11/2021).

Liputan6.com, Jakarta Pandemi mempercepat penerapan otomatisasi dan digitalisasi di dunia kerja. Hal ini menuntut masyarakat untuk lebih adaptif dalam menghadapi otomatisasi proses bisnis, digitalisasi ekonomi, dan munculnya bentuk-bentuk pekerjaan baru. Indonesia bakal menghadapi tantangan besar untuk memulai "new normal" di bidang ketenagakerjaan.

Dalam diskusi webinar Tren Masa Depan Dunia Kerja dan K3 Usai Pandemi yang diselenggarakan oleh International Labour Organization (ILO) bersama Katadata menjelaskan bahwa upaya-upaya persiapan diperlukan untuk menghadapi krisis kesehatan masyarakat di masa depan.

Selama pandemi perusahaan diharapkan tetap berfokus pada ketahanan sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Para pekerja yang rentan terhadap peralihan teknologi juga harus segera diberi pelatihan atau keterampilan baru.

Tuntutan perubahan akibat pandemi mengharuskan pelaku usaha menerapkan strategi operasi dengan cara kerja baru agar bisnisnya tetap bertahan. Salah satu strategi adalah dengan berinvestasi pada kesehatan para pekerjanya.

"Skenario selama masa pandemi ini, kita masih berada pada tahapan disaster relief. Di tahap itu pemerintah harus berfokus pada tiga hal yaitu sektor kesehatan, pendampingan sosial masyarakat dan dukungan terhadap Usaha Kecil dan Menengah," kata Chatib Basri, Ahli Ekonomi dan Mantan Menteri Keuangan dalam acara webinar, Rabu (10/11/2021).

Dengan berfokus pada penanganan pandemi maka kasus di Indonesia akan semakin menurun. Hal ini pelan-pelan akan menciptakan permintaan (demand) di masyakarat yang akan mendorong kembali sektor produksi sehingga bisnis dapat kembali beroperasi dan membuka lapangan kerja.

Kazutoshi Chatani, Spesialis Bidang Ketenagakaerjaan ILO, mengungkapkan upaya pencegahan penularan COVID-19 di tempat kerja perlu diperluas agar bisnis bisa kembali berjalan.

"Sekarang ini banyak perubahan dalam dunia bisnis. Teknologi lebih banyak digunakan untuk mengurangi interaksi antar manusia. Perubahan ini membuat kita harus berpikir bagaimana masa depan dunia kerja setelah pandemi berakhir," kata Chatani.

Webinar yang digelar oleh ILO di bawah proyek "Meningkatan Pencegahan COVID-19 di dan melalui Tempat Kerja" yang didanai oleh Pemerintah Jepang turut menghadirkan Masato Usui dari Kedutaan Besar Jepang, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Pandu Riono Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Aloysius Budi Santoso Chief of Corporate Human Capital Development Astra International dan Vice Chairperson APINDO, serta Elly Rosita Silaban Presiden Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI).

Ahli Epidemiologi dari Universitas Indonesia, Pandu Riono, merasa optimis bahwa pandemi di Indonesia akan segera menjadi endemi, di mana masih ada penularan virus namun tidak membebani fasilitas kesehatan yang ada di negara ini. Hal ini karena selama dua bulan ini Indonesia sudah bisa menekan dampak pandemi tersebut.

"Kita sudah berhasil menekan angka orang yang sakit dengan gejala COVID-19 berat dan jumlah orang yang meninggal," kata Pandu.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengingatkan, saat ini masih terdapat risiko yang sangat tinggi untuk menggerakkan roda perekonomian secara normal. Tempat kerja merupakan lokus penularan COVID-19 yang sangat tinggi. Aktivitas di tempat kerja menjadi salah satu penentu keberhasilan penanganan pandemi.

Elly Rosita Silaban Presiden Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) mengatakan, untuk menyelamatkan kehidupan para pekerja ini dibutuhkan kerjasama yang baik antara pekerja dengan pemerintah dan pengusaha. Pekerja tidak bisa lagi hanya menuntut hak-hak mereka kepada pemerintah dan pengusaha.

"Pekerja juga harus ikut andil untuk memikirkan bagaimana agar perusahaan tempat mereka bekerja bisa kembali menjalankan bisnisnya. Tentu saja pekerja harus sangat patuh dengan aturan kesehatan yang ditetapkan," kata Elly.

 


Perubahan Perilaku Kerja

Tantangan untuk mengubah pola kerja dan keterampilan yang dimiliki menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia. Aloysius Budi Santoso Chief of Corporate Human Capital Development Astra International dan Vice Chairperson APINDO, mengatakan bahwa mayoritas industri atau perusahaan di Indonesia 70 persen pekerjanya hanya lulusan SD dan SMP. Tingkat pendidikan rendah membuat pekerja sulit bertahan di era industri yang sangat dikuasai oleh teknologi.

Hal ini juga terlihat di sektor Usaha Kecil dan Menengah di mana sebagian besar pelakunya masih gagap teknologi karena pendidikan mereka rendah. "Untuk mengejar ketertinggalan ini perlu dipikirkan strategi yang pas," kata Budi.

Pandemi telah mengubah perilaku pekerja dalam menjalankan aktivitas, salah satunya adalah dengan bekerja dari rumah atau Work From Home (WFH).

Hasil survei Katadata Insight Center terkait sistem kerja pasca pandemi COVID-19 terhadap 368 responden di seluruh wilayah Indonesia menunjukkan bahwa penyelenggaraan WFH dinilai tidak sepenuhnya sukses. Responden sebanyak 44,3 persen menyatakan WFH kurang sukses, lebih banyak dari 37,5 persen responden yang menganggap kerja jarak jauh sukses.

Kolaborasi pekerjaan dalam satu perusahaan dengan cara baru imbas pandemi dipandang lebih baik Lebih oleh 40 persen responden dan lebih dari 20 persen menilai kegiatan pelatihan pekerja/buruh dinilai sulit untuk dilakukan.

Pandemi mendorong perusahaan untuk memprioritaskan isu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Para pekerja berharap perusahaan menerapkan protokol kesehatan yang ketat ketika masuk kantor dan opsi WFH selama beberapa kali dalam seminggu menjadi pilihan kedua dari seluruh responden.

Sementara itu, terjadi perubahan perilaku kerja dimana hampir 70 persen pekerja berencana menjalani hidup jauh dari lokasi kantor untuk sementara. Ada juga responden, sebanyak hampir 20 persen berencana pindah permanen dari lokasi kantor dan memutuskan kerja jarak jauh.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya