Liputan6.com, Yaounde - Sebuah bom rakitan dilemparkan melalui atap ruang kuliah universitas di Kamerun dan melukai 11 mahasiswa pada hari Rabu 10 November 2021, kata wakil rektor, di wilayah berbahasa Inggris Kamerun yang tengah dalam cengkeraman konflik separatis berdarah.
Wakil Rektor Universitas Buea Horace Ngomo Manga mengatakan ledakan bom terjadi setelah "perangkat itu jatuh ke tanah dan meledak."
"Seorang anak laki-laki dan 10 perempuan terluka," katanya kepada radio pemerintah CRTV seperti dikutip dari laporan Voice of America, Kamis (11/11/2021), seraya menambahkan bahwa semuanya dalam kondisi stabil.
Baca Juga
Advertisement
Dia tidak merinci sifat bom atau siapa yang mungkin melemparkannya.
Buea adalah ibu kota wilayah Barat Daya Kamerun. Baik wilayah Barat Daya dan Barat Laut sebagian besar berbahasa Inggris di negara Afrika tengah yang sebagian besar berbahasa Prancis.
Kampanye selama puluhan tahun oleh militan untuk memperbaiki diskriminasi yang dirasakan di tangan mayoritas francophone (masyarakat berbahasa Prancis) berkobar menjadi deklarasi kemerdekaan pada 1 Oktober 2017, yang memicu tindakan keras oleh pasukan keamanan.
Konflik tersebut telah merenggut lebih dari 3.500 nyawa dan memaksa 700.000 orang meninggalkan rumah mereka, menurut perkiraan LSM yang belum diperbarui dalam lebih dari setahun meskipun ada peningkatan kekerasan dalam beberapa bulan terakhir.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Belum Diketahui Dalang Pelempar Bom
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan organisasi internasional secara teratur mengecam pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan terhadap warga sipil oleh kedua belah pihak.
Pemboman hari Rabu dikampus Kamerun belum ada yang mengklaim sebagai dalangya, tetapi separatis anglophone secara teratur menyerang sekolah dan universitas yang mereka tuduh mendukung pendidikan bahasa Prancis.
Separatis juga baru-baru ini meningkatkan serangan terhadap angkatan bersenjata negara itu menggunakan alat peledak improvisasi.
Pada bulan September, pengadilan Buea menjatuhkan hukuman mati kepada empat pria atas pembunuhan tujuh anak sekolah setahun sebelumnya, namun Human Rights Watch menyebut persidangan itu palsu.
Advertisement