Liputan6.com, Jakarta Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah mengkritisi lemahnya peran anggota legislatif Indonesia yang mestinya bertindak sebagai oposisi.
Dia menerangkan, berbeda dengan negara yang mengadopsi sistem parlementer, di mana ada partai oposisi dan pemerintah, pada negara yang menerapkan presidensial layaknya Indonesia tidak berlaku demikian.
Di negara yang menjalankan sistem presidensial, menurut Fahri yang berperan sebagai oposisi adalah DPR.
Baca Juga
Advertisement
"Jadi semua anggota parlemen itu harusnya oposisi, nah ini yang lemah. Ini yang sudah dikangkangi lama, ini yang sudah gara-gara dikasih satu kursi kabinet pada diam semua. Dan yang lain-lain juga dapat proyek, dapat bagian diam semua," katanya dalam sebuah video yang diunggah lewat akun Instagram Fahri, Kamis (11/11/2021).
Fahri mengatakan, sebenarnya Presiden Joko Widodo atau Jokowi menginginkan adanya oposisi vokal yang menurut Fahri disebut oposisi hidup. Pasalnya Jokowi ingin agar mereka mengawasi menteri di kabinetnya.
"Karena Pak Jokowi sendiri merasa kalau parlemen itu enggak ngawasin menteri-menteri saya, lah terus saya apa mampu mengawasi menteri saya. Gitu berpikirnya. Jadi Pak Jokowi ngomong ke saya ya, berkepentingan oposisi itu hidup supaya menteri-menterinya ada yang jagain," katanya.
Parlemen Disebut Mati
Menurut Fahri, DPR mestinya mengawasi menteri-menteri di kabinet Jokowi. Namun saat ini parlemen dianggapnya mandul menjalankan peran ini.
"Karena itu yang ngawasin menteri adalah parlemen, parlemen ini yang dianggap mati. Akhirnya kemudian gak ada lagi kritik, gak ada lagi. Padahal skandal demi skandal terjadi," tegasnya.
Terakhir ia berharap supaya partainya dapat memenangkan pileg di 2024 sehingga mampu untuk menguatkan DPR RI untuk berjalan di lintasannya sebagai oposisi.
"Mudah-mudahan Partai Gelora menang supaya parlemennya kuat," tandasnya.
Advertisement