Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menyentuh posisi tertinggi sepanjang sejarah pada perdagangan Jumat (12/11/2021). IHSG sentuh posisi tertinggi di 6.714.
Namun, penguatan IHSG hanya sementara. IHSG sempat berada di zona hijau berbalik arah ke zona merah. Pada penutupan perdagangan saham sesi pertama, IHSG turun 0,35 persen ke posisi 6.667,72. Indeks LQ45 turun 0,39 persen ke posisi 954,01. Sebagian besar indeks acuan bervariasi.
Sebanyak 286 saham melemah sehingga menahan penguatan IHSG. 196 saham menguat dan 178 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 804.416 kali dengan volume perdagangan 15,3 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 6,7 triliun.
Baca Juga
Advertisement
Investor asing beli saham Rp 182,68 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 14.231.
Sesi pertama, IHSG berada di level tertinggi 6.714,15 dan terendah 6.662,08. Posisi IHSG sentuh 6.714 merupakan tertinggi sepanjang masa atau all time high selama sesi perdagangan. Sebelumnya all time high terjadi pada 20 Februari 2018 di posisi tertinggi 6.693.
Akan tetapi, rekor baru tertinggi IHSG hingga penutupan perdagangan pada Kamis, 11 November 2021 yang mencapai posisi 6.691.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG memang benar sentuh posisi tertinggi di 6.714. Secara teknikal, IHSG sedang berada pada fase uptren jangka menengah. "Namun rawan koreksi wajar terlebih dahulu,” ujar Herditya saat dihubungi Liputan6.com.
Secara sentimen lain, pergerakan IHSG juga dipengaruhi oleh pergerakan bursa Asia yang cenderung menguat. Bursa Jepang naik 1 persen dan indeks Hang Seng yang juga bertambah 0, 2 persen.
“Namun demikian pelaku pasar juga tetap perhatikan akan adanya koreksi,” kata dia.
Sentimen yang Pengaruhi IHSG
Analis PT Pilarmas Investindo Sekuritas, Okie Ardiastama menuturkan, IHSG sentuh posisi tertinggi dalam sejarah di 6.714, didorong sentimen eksternal dan internal.
Dari sentimen eksternal pelaku pasar global merespons positif data inflasi Amerika Serikat (As) meski cukup tinggi. Tercatat inflasi AS sekitar 6,2 persen pada Oktober 2021. Akan tetapi, dalam jangka pendek, Okkie menilai hal itu memberikan kekhawatiran dengan keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve.
“Dampaknya the Fed akan menaikkan suku bunga,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Adapun sentimen penerapan tapering atau pengurangan stimulus oleh the Federal Reserve, menurut Okkie tidak terlalu berdampak terhadap IHSG. Hal ini mengingat ekonomi Indonesia jauh lebih kuat ketimbang 2013.
Sedangkan dari sentimen internal, pemulihan ekonomi juga menjadi sentimen positif. Okkie mengatakan, pemulihan ekonomi sudah cukup kuat terlihat sepanjang kuartal I hingga III 2021. Diperkirakan kuartal IV 2021, pertumbuhan ekonomi akan lebih baik lagi. Ia prediksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 3-4 persen pada 2021. “Kuartal ekonomi IV akan jauh lebih kuat,” kata dia.
Oleh karena itu, ia prediksi IHSG akan sentuh 6.740 hingga akhir 2021. Penguatan IHSG itu akan didorong dari rilis kinerja emiten kuartal III 2021. Sejauh ini, ia melihat sektor perbankan tumbuh positif.
“Investor juga akan cermati program vaksinasi, pemulihan ekonomi, pengendalian COVID-19 seperti apa pada kuartal IV ini,” tutur dia.
Untuk sektor saham yang akan tunjang pergerakan IHSG ke depan, ia perkirakan, sektor saham perbankan, infrastruktur, telekomunikasi baik menara dan jasa pengguna data.”Penguatan IHSG juga akan didukung sektor industri dasar dan teknologi,” kata dia.
Advertisement