Cetak Sejarah, Pendanaan Fintech di ASEAN Tembus USD 3,5 Miliar pada 2021

Pendanaan teknologi keuangan (FinTech) di ASEAN meningkat pesat pada 2021, naik lebih dari tiga kali lipat dalam sembilan bulan pertama tahun 2021 dibandingkan dengan tahun 2020.

oleh Tira Santia diperbarui 12 Nov 2021, 13:15 WIB
Ilustrasi fintech. Dok: sbs.ox.ac.uk

Liputan6.com, Jakarta Pendanaan teknologi keuangan (FinTech) di ASEAN meningkat pesat pada 2021. Pendanaan fintech tersebut naik lebih dari tiga kali lipat dalam sembilan bulan pertama tahun 2021 dibandingkan dengan tahun 2020 ke rekor tertinggi dalam sejarah, yakni sebesar USD 3,5 miliar.

Menurut laporan FinTech in ASEAN 2021 oleh UOB, PwC Singapore dan Singapore FinTech Association (SFA), rebound dalam pendanaan FinTech didorong oleh 167 kesepakatan termasuk 13 putaran besar yang menyumbang USD 2 miliar dari total pendanaan.

Sebagian besar investor menunjukkan minat yang kuat terhadap perusahaan FinTechs tahap akhir dan berkomitmen mendukung 10 dari 13 mega rounds atau putaran besar tahun ini. Tren ini menandakan adanya pergeseran strategi investor di beberapa negara di ASEAN karena mereka mengambil pendekatan yang lebih berhati-hati dan menghindari risiko dalam mendukung perusahaan yang sudah mapan dan dipandang memiliki peluang lebih besar untuk bangkit dan menjadi lebih kuat dari pandemi.

Dengan meningkatnya pemanfaatan pembayaran digital di ASEAN, investor menaruh kepercayaan mereka pada FinTech tahap akhir dari sektor pembayaran dan juga menyuntikkan dana dalam jumlah tertinggi kepada perusahaan-perusahaan FinTech tersebut.

“Bergairahnya kembali investasi di industri FinTech di ASEAN telah mendorong pendanaan hingga USD 3,5 miliar tahun ini. Melihat rebound yang kuat, peluang untuk menjalin kemitraan yang bersifat saling menguntungkan (win-win-win) antara industri perbankan, perusahaan FinTech dan pemain platform ekosistem dan perluasan di seluruh kawasan akan tetap berperan dalam mendorong pertumbuhan perusahaan FinTech ASEAN yang berkelanjutan," kata Head of Group Channels and Digitalisation, UOB Janet Young dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (11/11/2021).

“Di UOB, kami telah lama berkolaborasi dengan mitra FinTech dalam mendorong pertumbuhan mereka berkat pemahaman kami yang mendalam akan nuansa budaya, bisnis, dan peraturan di ASEAN dan dengan menghubungkan mereka ke ekosistem regional kami. Kolaborasi erat ini juga memungkinkan kami memanfaatkan kekuatan dan kemampuan unik satu sama lain demi menciptakan solusi keuangan yang progresif dan pengalaman digital tanpa batas yang bermanfaat bagi nasabah kami di dunia maya yang semakin meningkat," lanjut dia.

Singapura Mempertahankan Posisi Teratas dalam Pendanaan FinTech.

Perusahaan-perusahaan FinTech yang berbasis di Singapura terus menarik pendanaan terkuat di ASEAN dan menguasai hampir setengah (49 persen) dari total 167 kesepakatan senilai USD 1,6 miliar dalam pendanaan. Hal ini termasuk enam putaran besar atau mega rounds senilai total USD 972 juta.

Tahun ini, Indonesia mempertahankan posisi kedua dengan memperoleh pendanaan sebesar USD 904 juta (26 persen), diikuti Vietnam yang melonjak tajam menjadi USD 375 juta dalam pendanaan (11 persen) sebagai hasil dari dua putaran besar. Perusahaan FinTech di Singapura dan Indonesia menerima pendanaan di hampir setiap kategori, sebuah indikasi industri yang dinamis dan berkembang dengan adegan investasi yang aktif.

“Kami senang karena FinTech di Asia Tenggara terus berkembang dan tumbuh dengan pesat, sebagaimana dibuktikan oleh rebound yang kuat dalam pembiayaan tahun ini. Salah satu pendorong utama kebangkitan ini adalah pandemi yang telah mempercepat adopsi digital di Singapura dan di seluruh kawasan, serta mendorong peningkatan pembayaran digital dan mempercepat peralihan menuju kanal digital di sektor jasa keuangan," tutur Presiden SFA Mr Shadab Taiyabi.

“Secara khusus, Singapura telah mencatatkan pendanaan paling kuat karena didukung oleh semakin banyaknya FinTech yang ingin mendirikan kantor pusat mereka di negara tersebut berkat adanya dukungan regulasi yang kuat, peluang untuk kolaborasi pada tingkat kawasan, serta ekosistem investor yang berfokus pada perusahaan rintisan (startup)yang terus berkembang. SFA tetap berkomitmen dalam mendukung dan memfasilitasi ekosistem FinTech guna mendorong peluang baru bagi perusahaan-perusahaan untuk berkolaborasi, terhubung, dan berkreasi bersama," ungkapnya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Catatkan Pertumbuhan Paling Kuat 

Ilustrasi Fintech. Dok: edgeverve.com

Dana yang disuntikkan untuk perusahaan teknologi investasi dan cryptocurrency di ASEAN mengalami pertumbuhan yang paling kuat tahun ini dan membawa kedua kategori ke tempat kedua dan ketiga setelah pembayaran. Ini juga pertama kalinya dalam enam tahun pinjaman alternatif telah keluar dari tiga tempat teratas dalam hal pendanaan seiring dengan meningkatnya minat dalam investasi digital dan mata uang digital di kalangan nasabah.

Dibandingkan dengan tahun 2020, tahun ini pendanaan untuk perusahaan teknologi investasi tumbuh enam kali lipat menjadi USD 457 juta. Hal ini sejalan dengan meningkatnya minat konsumen terhadap penggunaan alat perdagangan digital dan manajemen kekayaan atau wealth management. Menurut sebuah survei yang dilakukan UOB, PwC dan SFA, enam dari 10 konsumen ASEAN telah menggunakan alat digital seperti robo-advisors dan platform broker online untuk kebutuhan investasi mereka.

Pendanaan untuk perusahaan cryptocurrency berada di urutan ketiga dengan USD 356 juta karena perusahaan-perusahaan tersebut menarik lima kali lipat dari pendanaan yang diterima pada tahun 2020. Mengingat sembilan dari 10 konsumen ASEAN telah memulai atau berencana untuk menggunakan cryptocurrency dan mata uang digital bank sentral, pangsa perusahaan cryptocurrency di kawasan ini diperkirakan akan tumbuh seiring para pemain yang memanfaatkan meningkatnya minat konsumen.

Pembayaran tetap menjadi kategori FinTech yang paling banyak didanai di ASEAN tahun ini, yakni sebesar USD 1,9 miliar dan terus menjadi mayoritas perusahaan FinTech di sebagian besar negara, kecuali Singapura (cryptocurrency) dan Thailand (alternative lending). Pendanaan ke perusahaan-perusahaan ini akan mempercepat penggunaan e-wallet, kartu debit dan kredit dan aplikasi mobile banking yang sudah menjadi metode pembayaran paling populer di kalangan konsumen ASEAN setelah uang tunai.

“Perusahaan yang telah merangkul FinTech tengah membentuk kembali pasar. Karena pembayaran digital kini sudah menjadi norma, dan bidang-bidang seperti teknologi kekayaan dan aset kripto dengan cepat menjadi populer, temuan dari penelitian kami menunjukkan bahwa konsumen di ASEAN telah merangkul berbagai solusi FinTech bersama dengan pengalaman digital dan mereka siap menghadapi masa depan dengan dunia digitalnya," jelas Wanyi Wong, FinTech Leader, PwC Singapura. 

"Pertanyaannya bukan lagi apakah FinTech akan mengubah lansekap bisnis, tetapi apa cara terbaik untuk mengadopsi dan menanamkan strategi yang berpusat pada FinTech yang didasarkan pada inklusi, kepercayaan, transparansi, dan akuntabilitas sehingga dapat muncul sebagai pemimpin pasar," tutup dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya