Liputan6.com, Jakarta - Pandemi COVID-19 yang terjadi sejak 2020, membuat PT Kino Indonesia Tbk (KINO) siap menggenjot penjualan ekspor. Direktur Kino Indonesia Budi Muljono menegaskan bila pasar luar negeri merupakan lahan menarik untuk dikembangkan. Oleh karena itu, pihaknya tengah meningkatkan potensial market terkait penjualan ekspor.
"Jika dibandingkan tahun lalu atau awal tahun 2021, sempat ada penurunan sampai 5 persen (pasar ekspor). Tapi sekarang sudah kembali ke 7,5 persen. Harapannya akan makin besar ke depannya," kata Budi dalam paparan publik dikutip Jumat (12/11/2021).
Budi juga menyebut, perawatan tubuh akan menjadi segmen andalan Kino Indonesiaterkait pasar ekspor. Saat ini, perseroan telah merambah beberapa negara di Australia, Eropa, Afrika, Amerika, Asia Tenggara dan Timur.
Baca Juga
Advertisement
"Untuk distributor kami memiliki cukup banyak di beberapa negara, karena itu kami optimis pasar ini bisa semakin berkembang," tuturnya.
Selain itu, perusahaan yang hendak IPO, PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (Cimory) juga akan memperluas pasar ekspornya, terdapat beberapa negara yang akan dituju yakni Vietnam dan Malaysia.
"Saat ini, kami sudah melakukan ekspor dalam jumlah cukup besar ke Filipina dengan produk yogurt drink. Produk ini sudah tersedia hampir di semua modern trade yang berlokasi di Manila dan juga kota lainya. Untuk Singapura, kami mengekspor produk yogurt squeeze,” kata Presiden Direktur Cisarua Mountain Dairy Farell Sutantio.
p>* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Jurus Kino Indonesia Genjot Pendapatan pada 2022
Sebelumnya, PT Kino Indonesia Tbk (KINO) optimistis ada peningkatan kinerja keuangan pada 2022. PT Kino Indonesia Tbk telah menyiapkan sejumlah strategi untuk dongkrak pendapatan.
"Saat ini salah satu produk yang paling banyak turun itu hand sanitizer. Memang sebelum pandemi kita sudah memiliki hand sanitizer jadi itu menjadi salah satu produk penunjang kita," ujar Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Kino Indonesia Tbk, Rabu (10/11/2021).
Budi menjelaskan, sejak awal COVID-19 menyerang China, pihaknya sudah menyiapkan bahan pembuatan hand sanitizer. Oleh karena itu, pendapatan pada 2020 tidak mengalami penurunan drastis meski sejumlah segmen merosot.
"Jadi beberapa bulan pandemi itu naik signifikan. Tapi ada beberapa pabrikan juga yang survive dan merambah bisnis hand sanitizer sehingga penjualan kita di bisnis ini mengalami penurunan saat ini," ujarnya.
Pada 2022, KINO menegaskan bila pihaknya telah memiliki hand sanitizer food grade sehingga kenaikan penjualan di produk ini diharapkan mampu kembali terjadi.
"Hand sanitizer sudah menjadi habit di masyarakat saat ini. Kita juga sudah mendapatkan food grade dengan itu kita bisa untuk sendok dan garpu untuk bertahan. Selain itu kita yakin perawatan tubuh juga akan ada recovery tahun depan," tuturnya.
Advertisement
Alasan Cimory Lepas Saham ke Publik
Sebelumnya, siap melakukan penawaran umum saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Cisarua Mountain Dairy Tbk menegaskan bila pihaknya ingin melakukan pengembangan dari berbagai sisi.
Presiden Direktur CEO Grup Cimory Farell Sutantio mengatakan, pertumbuhan yang terus terjadi pada perusahaan menjadi faktor utama perseroan akhirnya mau menjadi perusahaan terbuka.
"Kami sadar bila perseroan membutuhkan modal terkait ekpansi dari berbagai sisi, baik itu working kapital dan capital expenditure, sehingga perkembangan pabrik dan gudang bisa terjadi," katanya, Rabu, 10 November 2021.
Perkembangan yang dilakukan perseroan diharapkan mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat dan mengenal produk Cimory lebih dekat, baik itu susu, yogurt dan daging olahan.
"Cimory memiliki daya tarik tersendiri bagi investor karena pertumbuhan yang terjadi dari tahun ke tahun berada di atas 25 persen," ujarnya.
Berada di segmen consumer goods, Cimory optimistis minat akan produknya semakin meningkat seiring dengan pemulihan setelah pandemi.
PT Cisarua Mountain Dairy Tbk akan menjual 1.190.203.000 saham kepada masyarakat melalui penawaran umum saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI). Jumlah saham tersebut mewakili 15 persen dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh Perseroan dengan nilai nominal Rp10 per saham.
Harga saham perdana berada di angka Rp2.780 hingga Rp3.160 per saham. Total dana hasil IPO yang akan dihimpun oleh Perseroan sebanyakbanyaknya yakni Rp3.761.041.480.000, setelah dikurangi biaya emisi.