Liputan6.com, Jakarta - Mata gatal, batuk-batuk, dan iritasi di tenggorokan merupakan sejumlah gejala khas yang dikaitkan akibat polusi udara.
Polusi udara bisa menyebabkan masalah kesehatan serius. Juga menyebabkan dampak jangka panjang yang mengkhawatirkan lantaran memengaruhi organ vital.
Polusi udara pun merupakan kondisi yang dapat memerburuk kondisi lain yang sudah ada sebelumnya. Para pakar mengingatkan bahwa tingkat polusi yang mematikan merupakan ancaman besar bagi kelompok risiko tertentu, membuat mereka rentan terhadap kesehatan yang buruk, rawat inap, bahkan berisiko kematian.
Baca Juga
Advertisement
Berikut kelompok paling berisiko dari dampak polusi udara seperti dikutip dari situs Times of India pada Minggu, 14 November 2021.
1. Pasien jantung
Tingkat Particulate Matter (PM) yang menyebabkan polusi udara merupakan penentu kuat yang terkait dengan kesehatan jantung ataukardiovaskular yang buruk.
Sementara orang yang menderita masalah jantung, atau mereka yang pernah menderita penyakit jantung atau stroke sebelumnya perlu mengubah gaya hidup mereka secara signifikan, dan menghadapi risiko peradangan.
Polusi yang meningkat juga dapat memerburuk kesehatan jantung lebih lanjut.
Telah ditemukan bahwa kadar PM 2.5 dan PM 10 dapat menyebabkan penumpukan plak dan penyumbatan arteri tingkat tinggi, yang berarti bahwa setiap individu dapat menghadapi risiko serangan jantung yang lebih besar.
Advertisement
2. Wanita hamil
Polusi udara tidak hanya menimbulkan risiko bagi wanita hamil, tapi juga memengaruhi kesehatan bayi di dalam janin, fungsi pernapasan, dan kesehatan kognitif.
Sebuah studi baru-baru ini juga menemukan bahwa wanita hamil yang menghadapi risiko polusi udara juga memiliki risiko lebih tinggi untuk lahir mati dan kelahiran prematur.
3. Penyintas COVID-19
Kesehatan para penyintas COVID-19 juga bisa berakibat fatal akibat udara yang tercemar, terutama mereka yang menderita COVID-19 parah.
Meskipun ada peningkatan jumlah orang yang mengeluhkan peningkatan komplikasi pernapasan, gejala COVID-19 yang berkepanjangan saat ini, penyintas COVID yang telah mengalami gangguan atau pemulihan fungsi paru-paru dapat menghadapi risiko komplikasi dan kesehatan yang buruk.
Orang yang memiliki fungsi paru-paru yang terganggu atau buruk, tingkat polusi yang berlebihan dapat memperpanjang gejala, meningkatkan gejala pernapasan, dan masalah seperti cedera paru-paru. Bagi mereka yang menderita asma, atau menderita alergi yang terus-menerus, gejalanya dapat meningkat dan membutuhkan perhatian segera.
Advertisement
4. Lansia
Pertahanan kekebalan orang lanjut usia (lansia) menurun dengan cepat dan ada juga risiko beberapa penyakit penyerta menyebar.
Ketika tubuh semakin lemah dan fungsi vital terganggu, polusi udara tidak hanya membuat seseorang tersedak dan sulit bernapas, tetapi juga menyebabkan penurunan fungsi paru-paru.
Lansia, mereka yang berumur di atas 65 tahun juga menghadapi risiko lebih tinggi terkena demam, mengembangkan gejala saluran pernapasan atas akibat paparan udara yang tercemar.
Jika ada masalah paru-paru atau kardiovaskular, seseorang harus sangat berhati-hati dan menghindari risiko polusi, baik di dalam maupun di luar ruangan.
5. Anak-Anak
Studi selama bertahun-tahun telah menetapkan bahwa anak-anak yang lebih muda bisa sangat rentan terhadap penyakit polusi udara yang mengerikan, dan juga dapat mengembangkan komplikasi kesehatan di kemudian hari.
Bayi dan balita sebisa mungkin tidak terpapar udara yang tercemar karena mereka memiliki paru-paru yang masih berkembang, dan memiliki kemungkinan lebih tinggi terkena infeksi pernapasan.
Selain itu, karena mereka cenderung menghirup lebih banyak udara daripada orang dewasa, kemungkinan gejala terkait polusi udara dan infeksi pernapasan meningkat. Anak kecil juga bisa mengalami fluktuasi suasana hati, merasa mudah tersinggung, karena tingkat polusi juga bisa menembus otak.
Advertisement