Liputan6.com, Jakarta - Organisasi nirlaba bagian dari GoTo Group, Yayasan Anak Bangsa Bisa (YABB) baru saja meluncurkan program Catalyst Changemakers Lab (CCL). Program ini ditujukan bagi para agen perubahan untuk berkolaborasi dalam mengatasi permasalahan akses air minum yang layak dan ketahanan bencana hidrometeorologi.
Untuk mendukung program ini, YABB pun mengajak startup maupun organisasi masyarakat sipil agar bisa bergabung dan melahirkan inovasi yang dapat diaplikasikan di berbagai kota di Indonesia.
Menurut Chairwoman YABB, Monica Oudang, ada dua isu yang akhirnya mendorong diadakannya program ini. Pertama, air minum layak harus dapat diakses oleh setiap orang. Kedua, bencana terkait air semestinya tidak memberikan kerugian sosial ekonomi berat pada masyarakat.
"Dengan prinsip gotong royong yang selalu menjadi DNA kami, YABB berkomitmen untuk mendorong perubahan yang mengakar dan berkesinambungan. Kami berharap CLL dapat menjadi langkah perubahan pada sistem dengan memanfaatkan kolaborasi, inovasi, dan teknologi," tuturnya dalam keterangan resmi yang diterima, Minggu (14/11/2021).
Baca Juga
Advertisement
Dalam program ini, YABB bekerja sama dengan Social Innovation Accelerator Program (SIAP). Menurut Co-Founder and Managing Partner SIAP, William Hendradjaja menuturkan, CCL akan melanjutkan rangkaian program dengan kampanye aktivasi untuk menyatukan para pemangku kepentingan dalam membahas isu air di Semarang, Makassar, dan Bandar Lampung.
Kehadiran program ini juga didukung dengan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 98 persen bencana yang terjadi sejak Januari sampai Agustus 2021 adalah bencana hidrometeorologi basah. Bencana terkait ini tidak hanya menelan ratusan korban jiwa, dan bencana ini juga menimbulkan kerugian sosial ekonomi yang berat bagi masyarakat di area rentan bencana.
"Kami mengapresiasi upaya yang dilakukan YABB dengan membentuk kolaborasi para changemakers, mulai dari startup, organisasi masyarakat sipil, serta komunitas untuk membantu percepatan akses terhadap air minum layak dan aman," tutur Direktur Perumahan dan Permukiman Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Tri Dewi Virgiyanti.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
GoTo Sebut 4 Juta Mitra Gabung ke Ekosistem Selama Pandemi, Sebagian Besar UMKM
Grup teknologi GoTo mengklaim adanya pertumbuhan UMKM yang bergabung menjadi mitra di dalam layanan mereka selama masa pandemi.
Dalam konferensi pers virtual terkait Konferensi Maju Digital, Nila Marita, Chief Corporate Affairs Grup GoTo mengungkapkan, selama pandemi, lebih dari empat juta mitra bergabung dengan mereka.
"Jadi dari tahun 2020, ada lebih dari empat juta pelaku, sebagian besar adalah pelaku UMKM yang bergabung kepada ekosistem kita. Baik di Gojek, Tokopedia, maupun GoPay," kata Nila, Jumat (12/11/2021).
Nila mengatakan, 92 persen UMKM dari seluruh mitra merchant mereka, lebih cepat beradaptasi di pandemi melalui Gojek.
Nila melanjutkan, menurut data dari Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, estimasi kontribusi ekosistem Gojek dan GoTo Financial sebesar 1,6 persen dari Produk Domestik Bruto nasional.
Advertisement
Peningkatan Transaksi di GoTo Financial
Selain itu, Nila merinci, data dari Tokopedia menyebutkan, tujuh dari 10 pelaku UMKM yang menjadi mitra mereka, mengalami kenaikan volume penjualan.
"Jadi kita melihat juga para mitra di Tokopedia, justru di saat pandemi ini, dari tahun 2020, memang banyak sekali melakukan inovasi-inovasi, sehingga tetap mendapatkan kenaikan penjualan," kata Nila.
Terkait GoTo Financial, survei Lembaga Demografi UI mencatat, selama 2020, mitra usaha GoTo Financial naik tiga kali lipat dan total transaksi naik hampir enam kali lipat.
"Sementara kalau di GoFood, mitra UMKM mendapatkan kenaikan pendapatan sebesar 66 persen di tahun 2021," kata Nila.
"Dari frame data-data yang kami miliki, terutama di masa pandemi, memperlihatkan bahwa para pemain UMKM, sangat bisa terbantu dengan mereka going digital," imbuh Nila.
(Dam/Ysl)