Lembaga Keuangan di Indonesia yang Bangun Sendiri Manajemen Fraud Berkurang 10 Persen

Di Indonesia, tren penurunan membangun sendiri solusi internal manajemen fraud lebih jelas terlihat.

oleh Tira Santia diperbarui 14 Nov 2021, 21:13 WIB
Ilustrasi bank (Sumber: Istockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - GBG, sebuah perusahaan teknologi global yang membantu perusahaan mencegah fraud dan memenuhi syarat kepatuhan, mengumumkan studi IDC InfoBrief “Bangun, Beli, atau Sewa: Mengevaluasi Strategi yang Efektif untuk Memerangi Meningkatnya Kejahatan Finansial dan Penipuan di Asia/Pasifik”.

Dalam survei tersebut menyimpulkan bahwa lembaga keuangan (LK) di seluruh Asia-Pasifik terus menyesuaikan strategi investasi manajemen fraud, antara membangun sendiri, membeli, atau menyewa.

GBG menugaskan IDC untuk melakukan riset pasar bertajuk “Next-Gen Financial Crime Management: APAC Finance, Banking, and Ecommerce”. Dalam survei ini melibatkan lebih dari 800 responden di 8 pasar utama di Asia-Pasifik termasuk Singapura, Malaysia, Indonesia, Vietnam, Thailand, Hong Kong, Australia, dan Filipina.

Penelitian ini menemukan bahwa satu dari empat atau 26 persen lembaga keuangan di Asia-Pasifik saat ini menggunakan sistem manajemen fraud dibuat sendiri. Namun, kecenderungan untuk membangun sendiri ini diperkirakan akan menurun, sebab hanya 21 persen responden memilih strategi membangun sendiri sistem manajemen fraud, sisanya memilih membeli atau menyewa saja.

Di Indonesia, tren penurunan membangun sendiri solusi internal ini bahkan lebih jelas terlihat. Ada 25 persen lembaga keuangan di Indonesia saat ini yang menggunakan aplikasi sistem manajemen fraud yang dibangun sendiri. Namun, hanya 15 persen lembaga keuangan di Indonesia yang memilih untu membangun sendiri sistem manajemen fraud untuk mengganti sistemnya yang usang. Hal ini menunjukkan penurunan 10 persen, dibandingkan angka 5 persen untuk wilayah Asia-Pasifik.

Tren penurunan untuk membangun sendiri solusi ini juga terlihat untuk sistem fraud transaksi, platform manajemen kejahatan keuangan hulu ke hilir, solusi anti pencucian uang (AML)/kepatuhan, Know Your Customer (KYC)/solusi verifikasi identitas, machine learning/AI, serta solusi orkestrasi.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Percepatan Digitalisasi

Ilustrasi Bank

Managing Director APAC at GBG Dev Dhiman menjelaskan, membangun, membeli, atau menyewa adalah dilema yang sejak dulu dihadapi oleh perusahaan rintisan maupun lembaga keuangan yang sudah mapan.

Masalah ini semakin mencuat disebabkan oleh pandemi yang mempercepat digitalisasi dan mengubah proses manajemen risiko fraud. Kita sekarang berada di era teknologi cerdas dan hiperkonektivitas, sehingga kompleksitas dan kecanggihan fraud serta kejahatan keuangan juga meningkat.

"Seiring dengan semakin mudahnya akses ke teknologi baru dan meningkatnya waktu yang dihabiskan di perangkat seluler, penipu dapat memanfaatkan taktik-taktik baru serta inovatif yang dapat membahayakan konsumen dan berbagai institusi.” kata dia.

 “Lembaga keuangan perlu mempertimbangkan strategi investasi manajemen kejahatan keuangan mereka dengan lebih hati-hati. Pada dasarnya, perlu adanya pendekatan yang lebih berkelanjutan dalam hal sumber daya TI, skalabilitas yang cepat untuk menumbuhkan saluran dan model bisnis baru, mampu mengelola kompleksitas tipologi fraud saat ini dan yang akan datang, serta seimbang agar dapat memberikan pengalaman pelanggan yang lebih baik,” lanjut Dhiman.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya