Liputan6.com, Jakarta - Orang dengan gangguan jiwa (mental illness) sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Cara pengobatannya pun berbeda-beda. Dari yang awalnya diperlakukan kasar hingga akhirnya dirawat di rumah sakit jiwa.
Pada awal orang mengalami gangguan jiwa itu dihubungkan dengan fase bulan. Dan, pada 200 tahun lalu pemahaman tentang penyebab gangguan jiwa ini masih sangat sedikit.
Kemajuan dalam penanganan pasien gangguan jiwa ini baru muncul di abad ke-18 dan 19. Saat itu orang yang mengalami sakit jiwa harus dipisahkan dari masyarakat dan dirawat di rumah sakit jiwa. Sayangnya, masih saja ada pengurungan penderita gangguan jiwa hingga kini.
Baca Juga
Advertisement
Steve Parker dalam buku Medicine The Definitive Illustrated History menjelaskan bahwa dalam komunitas yang menjunjung kehormatan leluhur, apabila ada anggota yang 'gila' dianggap noda keluarga.
Akhirnya, penderita gangguan jiwa disembunyikan dari kehidupan publik atau bahkan dikurung hingga dipasung.
Sejarah Panjang Pengobatan Gangguan Jiwa
Model suaka pertama untuk perlindungan orang dengan gangguan jiwa sebenarnya sudah ada selama ratusan tahun, sejak fasilitas pertama disediakan di Baghdad abad ke-8. Yakni berdasarkan prinsip Al-Qur'an tentang perlakuan manusiawi bagi mereka yang 'lemah pemahaman'.
Sedangkan, pendekatan suaka di Eropa dari awal abad ke-15 dan seterusnya didasarkan pada kebrutalan dan penahanan. Orang gangguan jiwa itu malah dicambuk, ditelanjangi, dan ditahan dengan rantai alias dipasung.
Meskipun terjadi perlakuan kasar, sebenarnya sudah ada perlawanan sejak akhir abad ke-18 ketika, di Paris. Philippe Pinel dan Jean-Baptiste Pussin menyatakan bahwa orang dengan gangguan jiwa adalah pasien dan bukan penjahat.
Di Inggris, filantropis Quaker William Tuke menganjurkan agar pasien ditempatkan di tempat yang nyaman dan dirawat dengan kondisi yang minimal tekanan. Penekanan pada 'perlakuan moral' ini menyebar dari Eropa ke AS.
Dari tahun 1890-an dokter Austria Sigmund Freud mengembangkan psikoanalisis untuk pengobatan gangguan mental yang terkubur jauh di dalam pikiran bawah sadar pasien.
Advertisement
Asal Muasal Terjadinya Gangguan Mental
Freud percaya bahwa gangguan mental, dan khususnya histeria, berasal dari emosi dan ingatan yang tertekan, yang dapat dibuka melalui terapi.
Pada teknik penyembuhan dengan berbicara dari Freud ini, pasien didorong untuk berbicara dengan bebas tentang dorongan, keinginan, dan mimpi mereka, yang dianalisis oleh terapis.
Pada Perang Dunia I, (1914-18) terlihat pendekatan baru untuk mengobati gangguan mental, ketika ribuan tentara yang trauma perang dibawa ke rumah sakit spesialis.
Shell shock diakui sebagai gangguan mental yang mempengaruhi semua pangkat dan kelas, meskipun banyak tentara shell-shock dituduh desersi. Setelah Perang Dunia I muncul semangat baru untuk 'terapi fisik' dalam menyembuhkan penyakit mental.
Infografis 6 Tips Bantu Anak Terbiasa Pakai Masker Cegah Covid-19
Advertisement