Liputan6.com, New York - Johnson & Johnson, Toshiba, dan GE mengumumkan rencana untuk membagi perusahaan menjadi beberapa entitas minggu ini. Tampaknya tren pembagian beberapa entitas baru dimulai.
Perusahaan tersebut masuk konglomerasi besar. Wall Street sampai tidak tahu bagaimana menghargai mereka dengan benar. CEO dan perusahaan konglokerasi akhirnya mendapatkan pesan gesit adalah hal yang baru.
Pembagian J&J (JNJ) menjadi dua perusahaan merupakan perombakan teranyar di sektor perawatan kesehatan. Satu perusahaan fokus pada produk konsumen dan satu entitas lainnya memproduksi obat-obatan dan peralatan medis.
Baca Juga
Advertisement
Perusahaan farmasi besar lainnya antara lain Pfizer (PFE), Merck (MRK) dan GlaxoSmithKline (GSK) telah berencana untuk melakukannya bahkan telah memisahkan divisi besar dalam beberapa tahun terakhir.
Investor bersedia membayar harga yang lebih tinggi untuk bisnis obat, biotek, dan peralatan media yang berkembang pesat daripada obat generik dan produk konsumen. Saham J&J naik hampir 2 persen di awal perdagangan pada Jumat, 12 November 2021.
Pecah kongsi pada Toshiba (TOSBF) dan GE (GE) mengindikasikan perpisahan perusahaan tidak terbatas pada perusahaan perawatan kesehatan saja.
"Untuk bertahan hidup dan mengikuti tren pasar, perusahaan harus melihat lini bisnis mereka yang paling menguntungkan dan di mana mereka harus menghabiskan sebagian besar waktu dan fokus mereka," ujar Head of Investment Strategy di SoFi Liz Young, dikutip dari laman CNN, Senin (15/11/2021).
Young menambahkan persaingan yang sangat sengit sehingga mengharuskan perusahaan harus memecah ke dalam entitas lalu kemudian kembali membangun.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pemisahan Entitas di Perusahaan Besar
Baru-baru ini, raksasa teknologi Dell (DELL) memisahkan diri sepenuhnya dari bisnis cloud VMWare (VMW). Ritel L Brands telah pecah menjadi dua perusahan yakni Bath & Body Works dan Victoria Secret.
IBM (IBM) mengubah unit layanan teknologi infomasi menjadi sebuah perusahaan baru bernama Kyndryl. Saat ini, Kyndryl memiliki lebih banyak fleksibilitas untuk melakukan usaha patungan dengan saingan cloud IBM. Pada Jumat, 12 November 2021, Kyndryl mengumumkann kesepakaran dengan Microsoft (MSFT).
"Kami memiliki kebebasan baru untuk masuk ke pasar. Kami dapat terus melayani pelanggan IBM tetapi juga dapat memperluas kemitraan dengan penyedia teknologi lainnya," ungkap Kyndryl Chief Financial Officer David Wyshner.
Advertisement
Upaya Pengembangan Usaha
Pemisahan divisi dalam perusahaan akan memberi otonomi yang lebih besar guna menjalin hubungan bisnis.
Hal ini rasanya tidak masuk akal jika dilakukan mengingat masih menjadi bagian dari kolongmerat raksasa. Selain itu, spin-off dan penjualan aset juga merupakan salah satu cara bagi perusahaan untuk membalikkan keputusan yang awalnya tidak disukai investor.
Misalnya raksasa telekomunikasi Verizon (VZ) dan AT&T (T) telah tertinggal di pasar yang lebih luas selama beberapa tahun terakhir. Hal ini karena pertumbuhan pendapatan dan laba yang lamban serta adanya kekhawatiran atas kedua perusahaan menyimpang terlalu jauh dari bisnis nirkabel inti mereka dengan membuat kesepakatan yang kontroversial.
Verizon membeli AOL dan Yahoo lalu menggabungkannya menjadi satu unit yang pertama kali diberi merek sebagai Oath tetapi berganti nama menjadi Verizon Media.
Akuisisi tidak pernah benar-benar terbayar. Verizon menjual divisi media kepada titan ekuitas swasta Apollo ( APO ) seharga USD 5 miliar setara Rp 70,9 triliun (asumsi kurs Rp 14.191) pada September. Sayangnya posisi ini hanya mempertahankan 10 persen saham di dalamnya.
AT&T berencana untuk memisahkan WarnerMedia dan menggabungkannya dengan raksasa kabel dan streaming Discovery (DISCA). Kesepakatan itu, yang akan selesai pada pertengahan 2022 harapannya akan tercipta perusahaan baru bernama Warner Bros. Discovery.
Reporter: Ayesha Puri