Liputan6.com, Jakarta - Seiring masifnya upaya menahan laju krisis iklim, Anda mungkin lebih sering melihat barang-barang berlabel ramah lingkungan, tidak terkecuali furnitur. Namun, apa sebenarnya furnitur ramah lingkungan itu?
Desainer produk Alvin Tjitrowirjo menjelaskan, label ramah lingkungan di sini nyatanya bermacam-mcam, dari penggunaan material, sampai efisiensi desain. Dalam kerja samanya dengan brand furnitur lokal, EVERY, Alvin menyebut, salah satu pendekatan mereka adalah memakai material yang 100 persen lokal.
"Kemudian, secara desain, dirancang sedemikian rupa untuk meminimalisir limbah. Kalau dilihat, bisa dibilang desain furnitur kami memang minimal, karena memang tidak mau menciptakan banyak limbah," katanya saat ditemui Liputan6.com di bilangan Jakarta Selatan, Kamis, 11 November 2021.
Baca Juga
Advertisement
Roda berkelanjutan ini, ucap Alvin, akan membentuk kesatuan utuh ketika barang diproduksi secara lokal, memakai material setempat, dikonsumsi pasar domestik, dan saat masa pakainya telah diselesai, bisa "dibuang" secara lokal. "Ini jauh lebih berkelanjutan daripada misalnya impor barang dari Amerika," tuturnya.
"Barang ini dibilang ramah lingkungan, tapi diproduksi di China, dirakitnya di Meksiko, lalu dikirim ke Indonesia. Kalau begitu, energi yang dipakai untuk mengirim jauh lebih besar daripada barang produksi lokal," Alvin menyambung.
Ia menyebut, sekarang lebih banyak orang sadar bahwa kultur sekali pakai tidak bagus. Karena itu, dalam mendesain furnitur, pihaknya memilih rancangan yang tidak lekang waktu.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Nilai Uang Lebih Besar
Secara material, Alvin mengatakan, selama bisa merawat, furnitur-furnitur ini bisa digunakan seumur hidup. "Ya kecuali kalau dijemur, kena air asin, dan segala macam yang bisa jadi karat," katanya.
Ketika sebuah produk berumur lebih panjang, itu tidak hanya lebih berkelanjutan, namun juga punya nilai uang lebih besar. Jadi, nilainya tidak bergantung semata pada harga beli. "Misalnya, membeli barang lebih mahal, bisa dipakai 10 kali lebih lama, otomatis kalau dihitung, cost-nya jauh lebih kecil," Alvin mengatakan.
Berangkat dari gagasan itu, lini koleksi pertama EVERY sengaja didesain untuk lebih mudah dirawat. "Asal jangan terendam air. Banyak yang pakai frame aluminium, jadi enggak bakal berkarat." tuturnya.
"Fabric-nya pun sudah tahan air, jadi ketumpahan air enggak menyerap. Tapi sebenarnya begini, kalau ada barang lebih fragile dan orang aware, mereka akan lebih hati-hati. Di sinilah peran good design untuk memberikan value itu," ujar Alvin.
Advertisement
Jangan Kehilangan Identitas
Terkait prediksi pasar furnitur ramah lingkungan, Alvin mengatakan, generasi muda, karena lebih well-informed, kian peduli terhadap apa yang mereka beli. Ini juga berhubungan dengan isu lingkungan yang jadi salah satu kegelisahan.
"Populasi berkembang. Artinya, yang muda lebih banyak dari yang tua. Jadi, kesadaran untuk barang-barang lebih berkelanjutan, good-design, itu jadi lebih besar jumlahnya," kata Alvin
Kemudian, karena media sosial dan informasi global, gaya, desain, dan tren sudah menyebar ke semua orang. Karena itu, banyak orang mau punya kualitas hidup lebih baik.
"Demand-nya besar setengah mati. Karena itu, jangan sampai Indonesia cuma dibanjiri barang impor. Jangan sampai tidak punya identitas saat masuk rumah. Membeli lebih sedikit, tapi kalau dikelilingi barang yang sesuai value seseorang, hidup juga akan lebih happy," tandasnya.
Infografis Serba-serbi Rumah Ramah Lingkungan
Advertisement