Menkes: Kasus Covid-19 Kembali Naik karena Pembukaan Sekolah dan Takziah

Budi mengaku akan segera melakukan konsolidasi dengan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim untuk membahas kasus Covid-19 pada saat sekolah tatap muka.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Nov 2021, 18:24 WIB
Menkes Budi Gunadi Sadikin tentang pengadaan vaksin COVID-19. (Foto: jabarprov.go.id)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, dalam sepekan terakhir tercatat ada 126 kabupaten dan kota yang mengalami kenaikan kasus positif Covid-19.

Dari ratusan kabupaten dan kota itu, ada yang mengalami peningkatan selama tiga pekan berturut-turut. Kementerian Kesehatan telah melakukan pendalaman penyebab kenaikan kasus Corona pada 126 kabupaten dan kota tersebut.

"Sebagian besar kenaikannya memang disebabkan karena adanya kasus positif di sekolah dan takziah (melayat orang meninggal)," ungkapnya dalam konferensi pers, Senin (15/11/2021).

Budi mengaku akan segera melakukan konsolidasi dengan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim untuk membahas kasus Covid-19 pada sekolah tatap muka. Rencananya, konsolidasi dilakukan pekan ini.  

"Rencananya minggu ini kita sudah bisa selesaikan bagaimana kita bisa tetap melakukan program (sekolah) tatap muka, tapi dengan surveilans yang aktif dan lebih kuratif," ujarnya.

Pada 10 November 2021, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan 155 kabupaten dan kota di Indonesia mengalami peningkatan kasus Covid-19. Bahkan, dua kota di antaranya konsisten meningkat dalam tiga pekan berturut-turut.

"Dua kota yang mengalami kenaikan kasus selama tiga minggu berturut-turut, yaitu Jakarta Timur, DKI Jakarta, dan Kota Kendari, Sulawesi Tenggara," jelasnya dalam konferensi pers, Rabu (10/11).

Menurut Nadia, perkembangan kasus Covid-19 di level kabupaten dan kota harus diawasi ketat. Sebab, jika terus mengalami kenaikan akan mempengaruhi level pandemi Covid-19.

 


Target Vaksinasi Belum Terpenuhi

Vaksinator menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada warga saat vaksinasi keliling di Kebon Kacang, Jakarta, Jumat (9/7/2021). Mobil vaksin COVID-19 keliling diluncurkan guna mempercepat pencapaian target vaksinasi COVID-19 untuk mencapai kekebalan kelompok atau herd immunity. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Epidemiolog dari Centre for Environmental and Population Health Griffith University, Australia, Dicky Budiman mengatakan peningkatan kasus Covid-19 pada 155 kabupaten dan kota di Indonesia menjadi alarm bagi semua pihak.

"Sekali lagi, tidak ada namanya peningkatan itu atau ledakan secara tiba-tiba. Semua selalu ada kesempatan untuk kita untuk melakukan mitigasi ketika tanda-tanda sudah mulai timbul," kata Dicky, Kamis (11/11).

Dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung ini mencontohkan sejumlah negara di Eropa, kawasan Asean, bahkan Tiongkok. Ledakan Covid-19 pada negara tersebut berawal peningkatan kasus yang tidak terlalu signifikan.

Penularan Covid-19 di Indonesia, kata Dicky, mendapat dukungan dari cakupan vaksinasi yang belum mencapai ambang batas herd immunity, yakni minimal 60 persen untuk dosis lengkap. Data Kementerian Kesehatan 11 November 2021 pukul 12.00 WIB, baru 128.147.345 orang atau sekitar 61,53 persen divaksinasi dosis pertama dari target 208.265.720.

Sementara vaksiansi dosis kedua atau lengkap baru menyentuh 81.711.099 orang atau setara 39,23 persen.

"Artinya, jumlah orang yang belum memiliki imunitas ini cukup signifikan atau cukup memadai untuk menjadi perantara ledakan atau timbulnya kasus," ujarnya.

Dicky menyebut, berdasarkan penilaian Badan Kesehatan Dunia atau Wolrd Health Organization (WHO), transmisi Covid-19 di Indonesia berada pada level komunitas. Ini menunjukkan, masih banyak kasus di lingkungan masyarakat yang belum terdeteksi.

"Kalau gambaran CDC (Centers for Disease Control and Prevention) Amerika, dari 1 kasus terkonfirmasi, bisa 8 di masyarakat yang tidak terdeteksi. Dan 8 itu signifikan, banyak banget untuk bisa membuat situasi menjadi lebih buruk. Apalagi bicara Delta variant kan dari 1 kasus terinfeksi bisa ke 8 atau 9 orang tertular kalau daerah di situ kurang pendekatannya," sambungnya.

Menurut mantan Sekretaris Dewan Pengawas BPJS Kesehatan ini, pemerintah harus meningkatkan kewaspadaan terhadap Covid-19. Sejumlah langkah bisa dilakukan untuk mencegah ledakan kasus, yakni meningkatkan vaksinasi, 3T (testing, tracing, treatment), dan 5M (mencuci tangan, menggunakan masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilitas).

"Lebih baik sekarang berjaga-jaga, daripada sudah terlanjur besar," tutupnya.

 

Reporter: Titin Supriatin 

Sumber: Merdeka.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya