Cerita Keseruan Anak Muda Indonesia Ikut ASEAN Youth Fellowship 2021 di Singapura

Indonesia diwakilan empat sosok muda hebat untuk ASEAN Youth Fellowship 2021 di Singapura.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 16 Nov 2021, 06:32 WIB
Peserta ASEAN Youth Fellowship (AYF) 2021 dari Indonesia adalah Cynthia Handriani Wijaya, Leon Patrick Sutanto, Jessica Sari Wau, Aninda Kurnia Dewayanti (Foto: Singapore International Foundation)

Liputan6.com, Singapura - Sebanyak empat sosok pemimpin muda dari Indonesia melenggang sebagai peserta ASEAN Youth Fellowship (AYF) 2021 yang diadakan di Singapura.

Bersama 24 pemimpin muda negara ASEAN lainnya, Cynthia Handriani Wijaya (Head of Business Development & Investor Relations Daya Selaras Group),  Jessica Sari Wau (Deputy Director ASEAN Singapore Institute of International Affairs), Aninda Kurnia Dewayanti (Research Officer ISEAS Yusof Institute), dan Leon Patrick Sutanto membagikan pandangan dengan Wakil Sekretaris Jenderal ASEAN tentang apa yang dilakukan kaum muda guna membantu memajukan kawasan secara berkelanjutan.

ASEAN Youth Fellowship merupakan program yang diadakan Singapore International Foundation (SIF) dan National Youth Council (NYC) Singapura. Pada pelaksanaan AYF tahun ketiga, diadakan selama lima hari sejak 27 sampai 31 Oktober 2021 di Singapura.

Namun, seperti dikatakan Assistant Manager, Impact Networks, Singapore International Foundation (SIF), Sherilyn Chia, pelaksanaan ASEAN Youth Fellowship 2021 agak berbeda lantaran para peserta yang terpilih harus yang tinggal di Singapura.

Mengingat bahwa saat ini dunia masih dihadapkan pada pandemi COVID-19 yang belum kunjung usai.

"Jadi, hanya orang-orang yang tinggal di Singapura saya yang dapat mengikuti ASEAN Youth Fellowship," kata Sherilyn saat berbincang bersama awak media melalui daring belum lama ini.

Terkait ASEAN Youth Fellowship, Sherilyn menjelaskan bahwa kegiatan tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi serta membina para pemikir muda ASEAN yang mungkin saja dapat memengaruhi, menginspirasi, serta menyatukan komunitas yang lebih luas.

"Mereka juga diajak jkarena diyakini bahwa mereka bagian dari generasi pemimpin atau masa depan yang dimiliki ASEAN yang dapat membawa ASEAN sebagai entitas yang kuat," katanya.

Tahun ini, ada pun tema yang dipilih adalah Building a Sustainable Future, Together atau Membangun Masa Depan yang Berkelanjutan Bersama. Dari tema tersebut, para peserta AYF 2021 berfokus pada masa depan ASEAN (future-proofing ASEAN), membangun ketahanan koletif dan memanfaatkan solusi digital untuk kemajuan global yang berkelanjutan.

"Mereka yang terpilih adalah profesional muda yang usianya di bawah 35 tahun. Tepatnya 27 sampai 35 tahun," ujar Sherilyn.


Cerita

Peserta ASEAN Youth Fellowship (AYF) 2021 dari Indonesia adalah Cynthia Handriani Wijaya, Leon Patrick Sutanto, Jessica Sari Wau, Aninda Kurnia Dewayanti (Foto: Singapore International Foundation)

Selama lima hari, 33 peserta mengikuti serangkaian kegiatan yang meski menguras tenaga tapi mendatangkan banyak ide-ide untuk kemudian diimplementasikan di masa depan.

Dari sesi dialog yang mengeksplorasi inovasi dalam bidang manajemen kesehatan publik, standar-standar lingkungan, sosial, dan pemerintahan. Juga membahas perihal kerjasama antara komunitas ASEAN dan peran yang dapat diperankan para kaum muda guna memerkuat suara yang berdampak secara bertanggung jawab untuk membangun masa depan yang berkelanjutan.

Seperti yang diceritakan Aninda Kurnia Dewayanti, penelitian muda dari Indonesia di Singapura.

"Sebetulnya saya tidak asing dengan ASEAN. Kebetulan background saya terkait ilmu internasional dan kajian Asia, jadi, cenderung dekat dengan ASEAN," kata dia kepada Health Liputan6.com di dalam kesempatan yang sama.

Semula Aninda tak menyangka bisa bergabung ASEAN Youth Fellowship 2021. Ketika nama dia direkomendasikan sebagai peserta, Aninda tak membuang kesempatan tersebut.

"Saya tertarik banget karena pertama ikut AYF ini jadi social experience buat saya, enggak cuma teori. Karena kan orang bilang 'Apa itu ASEAN? Seperti apa ASEAN?', kayaknya masing di awang-awang, tidak terbayang ASEAN bentuknya seperti apa," kata dia.

"Saya yang belajar ASEAN secara institusi kemudian ingin merasakan bagaimana bisa berkumpul dengan sesama ASEAN sambil belajar banyak hal," Aninda menambahkan.

Sebab, menurut dia, rata-rata profesional muda yang ikut forum menggunakannya untuk networking atau bussiness oriented, tapi di ASEAN Youth Fellowship tidak seperti itu.

"Kita semua melepaskan itu. Itu sebagai background kita saja," katanya.

"Sehingga yang aku rasakan ketika lima hari ikut AYF 2021 adalah building trust, membangun kepercayaan antara kita karena kita bagian dari ASEAN satu kesatuan," katanya.

Seperti yang dikatakan Sherilyn Chia bahwa program ASEAN Youth Fellowship juga memberikan kesempatan kepada peserta untuk berbagi pengalaman, menjalin hubungan dan menjadi bagian dari jaringan pemimpin muda ASEAN yang dapat melakukan katalisasi perubahan positif di kawasan tersebut.

 


Tentang Aninda Kurnia Dewayanti

Lebih lanjut Aninda menceritakan perjalannya sampai akhirnya terpilih sebagai peserta ASEAN Youth Fellowship 2021 di Singapura.

Program AYF, kata Aninda, ada yang berbasis nominasi beberapa institusi dan ada yang terbuka sehingga siapa saja boleh ikut. Dia terpilih melalui jalur nominasi.

"Senang banget bisa terpilih, karena yang saya tahu sebelumnya dari Indonesia ada Ainun Najib dan banyak anak muda inspiring yang ikut," katanya.

Aninda Dewayanti adalah peneliti di ISEAS-Yusof Ishak Institute, Singapura, yang berfokus pada reformasi tata kelola politik dan iklim Indonesia.

Aninda terdaftar di TF-Learn Program @NUS pada 2015 dan mendapatkan beasiswa RSIS-NTU pada 2017.

"Setelah direkomendasikan, seperti biasa, selalu ada fellowship papers work. Nulis nulis banyak details gitu. Setelah itu diberitahu, aku ternyata lolos, dan ikut program ini selama lima hari," Aninda menambahkan.

Aninda telah banyak menulis di jurnal akademik dan media internasional, termasuk Jakarta Post, Channel News Asia, dan East Asia Forum.

Dia juga mendirikan Godong-Gedang, sebuah inisiatif pendidikan film dan seni lokal di kota kelahirannya, Jawa Tengah.

Aninda juga pernah menjadi juri untuk JAFF 2021. Dia saat ini aktif dengan Jaringan Akademik GERAK Perempuan untuk meningkatkan kesadaran tentang kekerasan sistematis terhadap perempuan di Indonesia.

Sherily, mengatakan, peserta AYF yang berpartisipasi tahun ini terhubung dalam 79 jaringan alumni yang kuat. Peserta terdiri dari calon pemimpin muda masa depan di sektor publik, swasta, danmasyarakat yang tinggal di Singapura.

Mereka dinominasikan dan dirujuk melalui beberapa mitra organisasi yang bekerja sama dengan NYC dan SIF di berbagai bidang, termasuk pengembangan pemimpin muda dan kerja sama regional.

Para peserta diidentifikasi sebagai seseorang yang berpotensi untuk menjadi pemimpin muda dan berkontribusi dalam memajukan ASEAN ke arah yang lebih baik.


Kegiatan Paling Berkesan

Aninda kemudian bercerita, selama lima hari mengikuti ASEAN Youth Fellowship, tidak ada satu hari pun yang kegiatannya membosankan.

Mulai dari panel (soal identitas ASEAN dan investasi dalam sustainable invesment), kegiatan media sosial, bahkan dibahas juga soal COVID-19.

"Yang dibahas berbagai tema tapi tujuannya satu," katanya.

Para peserta berkesempatan untuk berinteraksi dengan para thought leaders dan pejabat publik terkemuka, termasuk Wakil Sekretaris Jenderal ASEAN, Yang Terhormat Tran Duc Binh, yang berbagi pandangannya tentang pentingnya mengembangkan identitas ASEAN, pemberdayaan pemuda dalam agenda pembangunan ASEAN, dan memperkuat hubungan di antara para pemuda ASEAN.

Ketika ditanya kegiatan paling menarik, Aninda menjawab learning journeys,"Learning journeys itu adalah momen saat kita jalan-jalan di Singapura untuk mendatangi tempat-tempat yang menurut saya outstanding, luar biasa.".

Menurut Aninda, momen yang tak terlupakan saat karya wisata ke Sembcorp Tengeh Floating Solar Farm. Saat ini, lanjut dia, Singapura baru membuat solar panel atau panel surya yang mengambang di atas danau di perbatasan antara Singapura dan Johor.

Selain mengunjungi tempat tersebut, Aninda dan peserta lainnya dibawa mengunjungi Sustainable Living Lab (SL2), pabrik daur ulang limbah elektronik otomatis, dan Insectta, sebuah peternakan serangga perkotaan pertama di Singapura yang memelihara Lalat tentara hitam untuk membantu mengubah limbah makananmenjadi biomaterial untuk keperluan industri.

Sherilyn, menjelaskan, kegiatan pembelajaran tersebut membuat peserta AYF 2021 mendapatkan informasi mengenai inovasi sosial, transformasi energi, dan teknologi pangan dan pertanian di Singapura.

"Sebagai orang yang meneliti soal carbon technology, energi, menurut saya itu wow luar biasa. Kita diajak untuk mendapatkan akses melihat Floating Solar Farm itu dikelola, dikembangkan, dan diimplemnatsikan di suatu negara," katanya.

"Kemudian kia juga datang ke Kilang Adventure, yang membayangkan bagaimana sustainable future yang kita puya ASEAN itu bisa dicapai," lanjut dia.

 

 


Infografis Anak Muda Sayangi Lansia, Ayo Temani Vaksinasi Covid-19

Infografis Anak Muda Sayangi Lansia, Ayo Temani Vaksinasi Covid-19. (Liputan6.com/Niman)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya