Uber di AS Digugat karena Naikkan Tarif untuk Penumpang Difabel

Departemen Kehakiman AS (DoJ) menggugat aplikasi Uber atas tuduhan telah membebani orang-orang difabel secara berlebihan.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 16 Nov 2021, 18:00 WIB
Ilustrasi kursi roda. Photo by National Cancer Institute on Unsplash

Liputan6.com, Jakarta Departemen Kehakiman AS (DoJ) menggugat aplikasi Uber atas tuduhan telah membebani orang-orang difabel secara berlebihan.

DoJ mengklaim biaya waktu tunggu Uber mendiskriminasi penumpang penyandang disabilitas yang membutuhkan lebih dari dua menit untuk masuk ke mobil. Padahal Uber tetap harus mematuhi Undang-Undang Penyandang Disabilitas Amerika (ADA).

Dilansir dari BBC, Uber justru mengklaim bahwa biaya waktu tunggu tidak dimaksudkan berlaku untuk penumpang penyandang disabilitas dan telah mengembalikan uangnya.

Kristen Clarke, asisten jaksa agung untuk divisi hak-hak sipil DoJ mengatakan gugatan itu sebagai pesan bahwa Uber tidak boleh mendiskriminasi penyandang disabilitas hanya karena mereka membutuhkan lebih banyak waktu untuk masuk ke dalam mobil.

Uber dan perusahaan lain yang menyediakan layanan transportasi harus memastikan akses yang sama bagi semua orang, termasuk penyandang disabilitas, tambahnya.

 


Bantahan Uber

Uber mengatakan tidak setuju bahwa kebijakannya melanggar ADA.

Seorang juru bicara mengatakan perusahaan telah melakukan pembicaraan dengan DoJ sebelum gugatan tersebut. Juga mengklaim biaya waktu tunggu tidak pernah ditujukan untuk penumpang yang siap di lokasi penjemputan yang ditentukan tetapi mmembutuhkan lebih banyak waktu untuk masuk ke mobil, jelasnya.

Sementara itu, Uber memiliki kebijakan untuk mengembalikan biaya waktu tunggu untuk penumpang difabel setiap kali mereka memberi tahu perusahaan bahwa mereka telah dikenakan biaya, kata juru bicara itu.

"Setelah perubahan baru-baru ini minggu lalu, sekarang setiap penumpang yang menyatakan bahwa mereka difabel akan dibebaskan dari biaya secara otomatis," tambahnya.

Masalah disabilitas Uber

Uber mulai menagih penumpang untuk waktu tunggu pengemudi pada tahun 2016.

Perusahaan mengatakan pengendara dikenakan biaya rata-rata kurang dari 60 sen, dan bahwa perjalanan yang dapat diakses kursi roda atau perjalanan Uber Assist tidak memiliki biaya waktu tunggu secara default.

Ini bukan pertama kalinya Uber menghadapi masalah disabilitas.

Pada bulan April, mereka dituntut untuk membayar seorang wanita tunanetra di San Fransisco sebesar $ 1,1 juta setelah ia ditolak naik 14 kali. Di Inggris, peraih medali Paralimpiade Jack Hunter-Spivey mengatakan pada bulan September bahwa Uber dan pengemudi taksi lainnya langsung pergi lagi setelah mengetahui dirinya adalah pengguna kursi roda.

Sebuah studi tahun 2020 oleh University of Tennessee menemukan bahwa dibutuhkan 28% lebih banyak pendapatan bagi penyandang disabilitas di AS untuk mencapai standar hidup yang sama dengan orang yang bukan penyandang disabilitas.

Maria Town, presiden dan kepala eksekutif American Association of People with Disabilities (AAPD), yang menderita cerebral palsy, mengatakan bahwa penyandang disabilitas sering menghadapi beban ekonomi yang tidak proporsional, seringkali sebagai akibat dari kenyataan yang tidak dapat mereka ubah atau kendalikan, dikutip dari BBC.

 


Perawatan lain lebih tinggi

Selain biaya yang lebih tinggi untuk perawatan kesehatan, persediaan medis, dan alat aksesibilitas, praktik penerapan biaya tambahan untuk layanan, seperti pengiriman bahan makanan atau waktu tunggu tumpangan, ditambah pajak tambahan konsumen penyandang disabilitas, katanya.

Terakhir masalah membebankan biaya waktu tunggu untuk penumpang difabel diharapkan dapat memperbaiki kesetaraan dan perekonomian mereka, tambah Town.

AAPD mengatakan telah melihat banyak kasus di mana pengemudi Uber pergi ketika mereka melihat penumpang menggunakan kursi roda, kruk, alat bantu jalan, atau anjing penolong.

"Menjadi penyandang disabilitas saja terkadang sudah merupakan masalah besar," kata Town, mengingat insiden tahun 2017 tentang seorang pria di Texas yang memiliki kelainan genetik yang memengaruhi penampilannya.

Ia juga mmengatakan betapa tidak adil bagi Uber jika mengharapkan penyandang disabilitas hanya menggunakan layanan yang dapat diakses kursi roda atau Uber Assist.

"Ini tidak adil di sejumlah bidang, hanya segelintir tempat yang tersedia untuk mobil-mobil ini di jalanan, sementara penyandang disabilitas mungkin tidak menginginkan bantuan," tambahnya.

Memaksa seseorang untuk mengambil Assist Uber dapat menyebabkan beberapa interaksi pengemudi-penumpang tegang yang sama sekali tidak perlu, kata Town.


Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya