Dian Swastatika Sentosa Bakal Stock Split dengan Rasio 1:10

PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) akan gelar RUPSLB untuk minta persetujuan pemegang saham untuk stock split.

oleh Agustina Melani diperbarui 15 Nov 2021, 21:23 WIB
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) akan memecah nilai nominal saham atau stock split. Langkah stock split ini untuk meningkatkan likuiditas saham perseroan.

Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (15/11/2021), PT Dian Swastatika Sentosa Tbk akan stock split dengan rasio 1:10.

Dengan demikian nilai nominal saham menjadi Rp 25 per saham. Sebelum stock split nilai nominal saham Rp 250 per saham. Jumlah saham perseroan setelah stock split menjadi 7.705.523.200 saham dari sebelumnya 770.552.320.

“Stock split ini diharapkan dapat meningkatkan minat investor untuk membeli saham perseroan, meningkatkan jumlah pemegang saham perseroan, meningkatkan likuiditas saham perseroan dan mendukung pertumbuhan nilai perseroan,” tulis manajemen PT Dian Swastatika Sentosa Tbk dalam keterbukaan informasi BEI.

Perseroan akan meminta persetujuan pemegang saham untuk melakukan stock split dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 22 Desember 2021.

Pada penutupan perdagangan Senin, 15 November 2021, saham DSSA turun 0,25 persen ke posisi Rp 50.275 per saham. Saham DSSA alami koreksi 125 poin ke posisi Rp 50.275 per saham.

Saham DSSA sempat berada di level tertinggi Rp 50.275 dan terendah Rp 50.275 per saham dengan total frekuensi perdagangan satu kali. Nilai transaksi Rp 5 juta.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Gelar Private Placement

Pengunjung melintas dilayar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (30/12/2019). Pada penutupan IHSG 2019 ditutup melemah cukup signifikan 29,78 (0,47%) ke posisi 6.194.50. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selain itu, perseroan juga akan menambah modal tanpa memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau private placement. Perseroan akan menerbitkan saham sebanyak-banyaknya 10 persen dari jumlah seluruh saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan.

"Saat ini perseroan masih menjajaki kemungkinan untuk mengundang investor strategis untuk investasi dalam penambahan modal perseroan,” tulis perseroan.

Perseroan berharap penambahan modal ini dapat memperkuat struktur permodalan, mendukung pengembangan usaha dan meningkatkan likuiditas saham perseroan. Adapun penambahan modal ini dilakukan setelaj stock split sehingga jumlah saham baru yang akan diterbitkan sebanyak-banyaknya 10 persen.

Jumlah itu setara 770.552.320 saham dengan nilai nominal Rp 25 per saham. Namun, jika stock split tidak atau belum dapat dilakukan, perseroan akan menambah modal dengan menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 10 persen dari jumlah seluruh saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh. Jumlah saham itu sebanyaknya-banyaknya 77.055.232 saham dengan nilai nominal Rp 250.

Rencana penambahan modal ini akan digunakan untuk memperkuat struktur modal termasuk melunasi sebagian pinjaman perseroan dan entitas anak, mendukung pengembangan usaha dan membiayai proyek-proyek baru yang dilakukan perseroan dan entitas anak.

Adapun dengan asumsi keseluruhan saham baru yang diterbitkan dalam private placement ini, pemegang saham perseroan yang tidak mengambil bagian dalam penambahan modal itu akan mengalami dilusi kepemilikan saham sebanyak-banyaknya 9,09 persen.

Perseroan akan meminta persetujuan pemegang saham dalam RUPSLB pada 22 Desember 2021 untuk menggelar private placement.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya