Beijing Stock Exchange Mulai Beroperasi, 10 Saham Melambung 60 Persen

Lebih dari 80 perusahaan memulai perdagangan saham di Beijing Stock Exchange (BSE) dengan harapan mampu melengkapi dua bursa utama di China.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Nov 2021, 22:25 WIB
Orang-orang bepergian melintasi jalan saat salju turun di Beijing, China, Minggu (7/11/2021). Badai salju awal musim telah menyelimuti sebagian besar Cina utara termasuk ibu kota

Liputan6.com, Beijing - Bursa efek China atau Beijing Stock Exchange yang berfokus pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mulai beroperasi di Beijing pada Senin (15/11/2021). Beijing Stock Exchange ini bertujuan meningkatkan dukungan kepada perusahaan skala kecil akibat pertumbuhan ekonomi melambat dan aksi tindakan keras  terhadap raksasa teknologi domestik.

Lebih dari 80 perusahaan memulai perdagangan saham di Beijing Stock Exchange  (BSE) dengan harapan mampu melengkapi dua bursa utama di China yakni di Shanghai dan Shenzhen. BSE ini sebagai layanan bagi perusahaan kecil yang telah lama sulit mendapatkan dana dari bank.

Media China melaporkan saham dari 10 perusahaan yang baru saja terdaftar di bursa melejit 60 persen. Hal ini lantas memicu aksi penyetopan sementara.

Pembuat suku cadang mobil Henan Tongxin Transmission Co memperoleh keuntungan terbesar dengan lonjakan saham sebanyak 494 persen pada penutupan perdagangan.

Dalam laporan tertulis pula kenaikan rata-rata 10 saham tersebut hampir mencapai 200 persen dari harga awal penerbitan saham. Sedangkan 71 perusahaan lain yang bermigrasi dari dewan menunjukkan kinerja yang bervariasi.

Pada BSE, saham tidak diperkenankan naik atau turun lebih dari 30 persen dalam satu hari perdagangan di bursa. Pada laporan sebelumnya tidak disebutkan batasan catatan per hari.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Dukung Perusahaan Kecil Domestik

Warga berjalan melewati papan reklame taman yang menunjukkan waktu musim panas saat salju turun di Beijing, Minggu (7/11/2021). Badai salju awal musim telah menyelimuti sebagian besar China utara termasuk ibu kota Beijing, mendorong penutupan jalan dan pembatalan penerbangan. (AP Photo/Ng Han Guan)

“Pembukaan bursa baru sangat penting untuk meningkatkan dukungan keuangan untuk UKM, serta mempromosikan pengembangan berbasis inovasi,"ujar  ketua China Securities Regulatory Commission Yi Huiman, saat acara pembukaan bursa yang dilansir dari situs Channel News Asia, Senin pekan ini.

Beijing Stock Exchange ini mengadopsi Shanghai Stock Exchange yang diluncurkan pada 2019. Selain itu, bursa efek baru ini menganut sistem sebagaimana Nasdaq yang berfokus pada daftar sains dan teknologi.

Hal ini akan berjalan ketika pihak berwenang bergerak untuk mengembangkan pasar modal negara di tengah pertumbuhan ekonomi yang melambat.

Bersaman juga dengan Beijing menekan raksasa teknologi dalam upaya untuk membendung ekspansi agresif sektor ini, dugaan penyalahgunaan data, dan praktik monopoli.

Beijing Stock Exchange pun menyediakan saluran penggalangan modal untuk UKM dan menerima perusahaan-perusahaan tingkat atas dari National Equities Exchange and Quotations (NEEQ) yang ada di China, yang didirikan pada 2012.

NEEQ merupakan platform perdagangan saham tingkat awal. Dengan over-the-counter yang memungkinkan perusahaan untuk mengumpulkan dana sebelum mendaftar di bursa saham. Sebanyak 71 perusahaan dari NEEQ  atau "Dewan Ketiga Baru"  dipindahkan ke bursa Beijing dan 10 lainnya terdaftar secara langsung.


Proses Listing Lebih Cepat

Pekerja menyekop salju di depan sebuah mal di Beijing, China, Minggu (7/11/2021). Badai salju awal musim telah menyelimuti sebagian besar Cina utara termasuk ibu kota Beijing, mendorong penutupan jalan dan pembatalan penerbangan. (Noel Celis / AFP)

Aturan bursa Beijing ini memungkinkan proses aplikasi daftar lebih cepat daripada beberapa dewan lainnya. Hong Hao dari perusahaan jasa keuangan Bocom International mengatakan keberhasilan jangka panjang bursa "masih harus dilihat".

"Anda perlu memiliki perusahaan yang kredibel untuk terdaftar di bursa, untuk menghasilkan bunga yang cukup," kata dia kepada AFP.

Beberapa tahun belakangan, banyak perusahaan China termasuk raksasa seperti Alibaba dan Baidu terdaftar di bursa AS yang lebih maju. Namun, pemerintah menekan perusahaan-perusahaan untuk mencatatkan saham di China.

Perusahaan China yang berikeras memperdagangkan saham di Amerika Serikat akan mendapat pengawasan ketat dari regulator di sana karena persaingan ekonomi dan teknologi antara kedua negara semakin dalam.

Hong Kong tetap menjadi lokasi memungkinkan bagi perusahaan-perusahaan besar China yang ingin mendaftar di luar daratan negara itu, berdasarkan catatan pengamat.

 

Reporter: Ayesha Puri

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya