Wall Street Mendatar, Investor Menanti Laporan Keuangan Emiten Ritel

Wall street mendatar pada awal pekan, Senin, 15 November 2021 seiring imbal hasil obligasi menguat.

oleh Agustina Melani diperbarui 16 Nov 2021, 06:30 WIB
Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street mendatar pada perdagangan Senin, 15 November 2021. Wall street yang mendatar itu seiring imbal hasil obligasi AS berbalik dan naik lebih tinggi.

Sentimen lain yang bayangi wall street yaitu investor juga menanti laporan keuangan kuartalan dari emiten ritel besar pada akhir pekan ini. Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones turun 12,86 poin atau 0,04 persen menjadi 36.087,45.

Indeks S&P 500 tidak berubah sehingga akhiri sesi di 4.682,80.  Indeks Nasdaq susut 0,04 persen ke posisi 15.853,85 seiring imbal hasil obligasi yang naik.

Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun di atas 1,6 persen, dan bertenor 30 tahun menyentuh 2 persen. Saham teknologi cenderung melemah seiring kenaikan imbal hasil obligasi AS.

"Harga di pasar obligasi hari ini merupakan indikator seberapa cair cerita inflasi sebenarnya," ujar Senior Investment Strategist Allianz Investment Management, Charlie Ripley dilansir dari CNBC, Selasa (16/11/2021).

Ia menambahkan, meski the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) belum sepenuhnya memberi sinyal kemana kebijakan ke depan, pasar terus menyesuaikan ke tempat yang mereka harapkan dari kebijakan the Fed.

Kenaikan imbal hasil obligasi tercermin dalam Tesla. Harga saham Tesla turun 1,9 persen dan melanjutkan penurunannya dari pekan lalu ketika CEO Tesla Elon Musk menjual saham Tesla hampir USD 7 miliar atau sekitar Rp 99,45 triliun (asumsi kurs rupiah 14.207 terhadap dolar AS).

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Investor Menanti Rilis Laporan Keuangan Perusahaan Ritel

Spesialis Michael Mara (kiri) dan Stephen Naughton berunding saat bekerja di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Saham teknologi lainnya Nvidia juga susut 1,2 persen seiring investor kembali menarik posisinya jelang rilis kuartalan perseroan pekan ini.

Sejumlah pihak mengatakan, produsen chip ini overextended dengan basis kekuatan yang relatif. Pekan lalu, Wedbush Securities menurunkan peringkat saham Nvidia menjadi netral dari outperform.

Akan tetapi, fokus utama investor adalah laporan laba kuartalan dari sejumlah ritel besar pada pekan ini. Saham Target naik 1,6 persen, sementara Lowe susut 0,5 persen. Target dan Lowe akan rilis kinerja pada Rabu pekan ini. Selain itu, saham Walmart dan Home Depot juga turun. Dua ritel ini akan laporkan kinerja pada Selasa waktu setempat.

Head of Investment Strategy SoFi, Liz Young mencatat, dalam sebulan terakhir, saham pilihan konsumen telah menaikkan kinerja bahan pokok konsumen. Ia menambahkan, ketika ritel melaporkan kinerja pada pekan ini, mereka ingin laba sesuai dengan kekuatan konsumsi.

"Jika laba datang lebih lambat dari yang diharapkan, Anda mungkin melihat sedikit kemunduran pada sektor konsumsi. Akan tetapi, jika itu seperti sisa kuartal III, sepertinya pendapatan harus solid,” tutur dia.

Ia menambahkan, inflasi akan menjadi hambatan, itu mungkin tidak akan memukul hingga mendengar rilis laba kuartal IV dan kuartal I 2022.


Gerak Saham di Wall Street

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Sementara itu, saham Dollar Tree melonjak 14,2 persen seiring laporan investor aktivis Mantle Ridge mengambi saham Dollar Tree senilai USD 1,8 miliar atau sekitar Rp 25,57 triliun. Hal ini akan mendorongnya untuk berbuat lebih banyak untuk menambah nilai pemegang saham.

Di sisi lain, saham Boeing naik hampir 5,5 persen seiring Saudi Arabian Airlines sedang dalam pembicaraan dengan Airbus dan Boeing untuk pesanan jet berbadan lebar. Pada saat yang sama, Emirates mengumumkan pesanan untuk dua Boeing 777 Freighter di Dubai AirShow 2021.

Rilis inflasi Oktober yang mendorong kenaikan tahunan terbesar dalam lebih dari tiga dekade telah menekan bursa saham. Rata-rata indeks utama menghentikan kemenangan beruntun dalam lima minggu.

Namun, rata-rata indeks utama tidak jauh dari rekor tertingginya. Indeks Dow Jones turun 1,3 persen dari level tertinggi sepanjang masa. Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing 0,7 dan 1,2 persen, jauh dari rekornya.

Pekan lalu, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan rekor 4,4 juta pekerja meninggalkan pekerjaannya pada September 2021. Umumnya hal itu menandakan mereka mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Akan tetap, indeks kepercayaan konsumen turun ke level terendah dalam 10 tahun pada November 2021 karena konsumen yang tampaknya dibanjiri uang tunai semakin khawatir dengan inflasi.

Inflasi Oktober 2021 melonjak 6,2 persen dari tahun lalu. Realisasi inflasi itu jauh di atas perkiraan 5,9 persen dari ekonom yang disurvei oleh Dow Jones.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya